Menyakiti & Tersakiti

6.8K 407 20
                                    

Menyakiti

Pagi menjelang, sudah hampir pukul enam. Reno membuka tirai kamar Abel, dan hal itu membuat Abel terbangun karena sinar matahari begitut menyilaukan matanya.

Reno memandangi Abel dengan wajah sayu, lalu dia kembali duduk di sofa yang berada tepat di depan ranjang Abel. Sejak semalam dia menunggui Abel, khawatir akan terjadi sesuatu jika meninggalkannya begitu saja di apartemen ini.

Walau telah mengetahui semuanya, Reno tak mau berpikir picik, dia tidak meninggalkan Abel sendirian, dan sama sekali tidak mencuri kesempatan saat Abel benar-benar tertidur tak sadarkan diri. Reno tahu diri. Dia menjaga gadis itu sepanjang malam, bahkan sampai tertidur di sofa.

Beberapa menit kemudian Abel terbangun, dia menggeliat sambil melenguh pelan merasakan pusing yang terasa menusuk-nusuk kepalanya. Sesaat Abel terdiam sambil membiarkan kesadarannya berangsur pulih. Matanya menyipit kesilauan, lalu dia mencoba menghindari sinar matahari dan berbalik ke lawan arah. Dan Abel benar-benar syok pada pemandangan yang dilihatnya saat berbalik.

"RENO!!" Abel benar-benar terkejut saat menyadari ada Reno ada di depannya. Di kamarnya!

"Lo?? Ngapain lo ada disitu?!!" Abel berteriak histeris. Refleks dia duduk dan bergerak mundur sampai mepet ke sudut ranjang, menjauhi Reno dengan waspada.

Reno menatap Abel datar, dia sudah memperkirakan hal ini pasti akan terjadi. Gadis ini pasti akan bersikap reaktif melihat keberadaannya di kamar ini begitu kesadarannya pulih.

"Kenapa diem aja? Jawab Reno!"

"Syukurlah lo masih ngenalin gue, berarti alkohol itu udah seratus persen hilang dari tubuh lo." sahut Reno santai.

"Arrgghh..!" Abel meremas kepalanya kuat-kuat. Pusingnya minta ampun.

Abel mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Dia tau ini kamarnya, tapi kenapa Reno ada disini??

Dia meringis, kepalanya pusing sekali. Sekelebat pikiran kembali melayang pada kejadian semalam di mana dia sengaja membuat dirinya mabuk.

Abel ingat semalam minum terlalu banyak di pesta Iren, dan itu yang sekarang membuat kepalanya sakit sekali.

Arrgh, rasanya sudah lama tidak merasakan pusing seliar ini, terakhir mungkin saat di Singapore dulu, entahlah. Dengan kuat Abel meremas rambut-rambut di kepalanya.

Reno terlihat khawatir, dia meraih segelas air putih dari atas meja rias dan menyerahkannya kepada Abel.

"Minum."

Abel menatap Reno dengan penglihatan yang belum sempurna.

Abel meraih gelas itu dan meneguknya hingga habis.

"Harusnya lo minum empat sampai lima gelas lagi. Supaya pusingnya bisa cepet dinetralisir."

Abel kembali meremas-remas kepalanya, tidak memedulikan Reno yang terus mengawasinya dengan seksama.

Dan sedetik kemudian tiba-tiba Abel teringat sesuatu yang begitu penting. Sesuatu yang membuatnya berani memutuskan untuk mabuk semalam.

"Mana Aliya?" tanya Abel panik.

Reno mengernyit. Dia merasakan kepedihan kembali menjalar di hatinya.

"Semalem lo mabuk Bel, gue yang bawa lo ke sini." jawab Reno hati-hati.

"Gak mungkin, yang anterin gue pulang tuh Aliya!" Abel menatap Reno tak percaya, dia masih sebal dan bingung dengan keberadaan Reno di kamarnya ini.

Dia sama sekali tidak ingat dengan kehadiran Reno.

Reno menggeleng. "Bukan Bel, gue yang bawa lo pulang...."

ALIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang