Chapter 2

568 69 14
                                    

Alyssa menutup map yang berisi data-data pemeriksaan terhadap cedera yang Archie alami. Sungguh ia merasa sangat bersalah akan apa yang terjadi pada Archie saat ini. Mungkin ini memang bukan kesalahan ia sepenuhnya, tetapi tetap saja ia merasa tidak bisa menjalankan tanggung jawabnya dengan baik.

Biar dijelaskan. Kemarin, tepatnya beberapa jam sebelum pertandingan, Archie memohon padanya agar mengatakan kepada pelatih jika kondisinya sudah fit seratus persen. Jelas ia menolak. Kondisi Archie pada saat itu tidak begitu baik, cedera yang didapatkannya saat latihan membuat Archie masih harus mendapatkan perawatan medis.

Tetapi nyatanya Archie benar-benar keras kepala, ia memohon--lebih tepatnya mendesak Alyssa agar tidak memberitahukan keadaan yang sebenarnya kepada pelatih. Sebisa mungkin Alyssa menolak permintaan bodoh Archie itu, ia tidak mau cedera Archie justru bertambah parah jika dipaksakan untuk bermain.

Archie yang tetap ingin bermain, sampai harus mengikuti Alyssa kemanapun ia pergi. Alasan demi alasan keluar dari mulutnya untuk meyakinkan Alyssa jika dirinya sudah mampu bermain. Alyssa yang lelah terus menerus diikuti oleh Archie pun pada akhirnya menyetujui permintaan lelaki itu, namun dengan satu syarat. Archie hanya boleh bermain dari bangku cadangan, tidak boleh bermain dari awal. Menyadari hanya itulah satu-satunya kesempatan yang dimilikinya membuat Archie mau tidak mau menyetujui persyaratan Alyssa.

Dan setelahnya, kejadian yang ditakutkan Alyssa pun terjadi. Archie yang masuk di babak kedua dan baru bermain selama lima belas menit, harus menghentikan pertandingan karena terkena tackle yang cukup keras dari lawan. Seperti inilah jadinya, cederanya bertambah parah bahkan harus melakukan operasi agar bisa kembali bermain lagi.

Tidak bisa dijelaskan lagi seberapa besar penyesalan Alyssa sudah menyetujui permintaan bodoh Archie. Seharusnya ia bisa mempertanggung jawabkan pekerjaannya sebagai first-team doctor. Kalau sudah begini, tidak ada lagi yang bisa ia perbuat selain menunggu kondisi Archie agar kembali seperti semula.

"Sudahlah, lebih baik aku melihat keadaan Archie sekarang," Alyssa bergumam pelan untuk menghilangkan fikiran-fikiran itu dari otaknya. Gadis itu segera merapikan kertas dan map yang berada di mejanya kemudian beranjak bangun dan berjalan keluar dari ruangannya.

Baru beberapa langkah berjalan, kedua mata Alyssa langsung disugukan dengan suatu kejadian yang membuat kedua alisnya bertaut. Dua orang lelaki yang baru keluar dari lift salah satunya ia yakini adalah petugas keamanan di rumah sakit ini dan lelaki satunya lagi adalah Ar---tidak, Archie pasti masih berada di ruangannya, jadi bisa dipastikan lelaki itu adalah Harry. Petugas keamanan itu terlihat mencegah Harry untuk berjalan lebih jauh lagi, seakan Harry adalah orang terlarang yang tidak boleh berada di rumah sakit ini.

Rasa penasaran membuat Alyssa melangkah mendekati kedua lelaki itu. Semakin ia berjalan mendekat, semakin ia mengerti keadaan yang sedang terjadi. Harry mabuk, sangat terlihat jelas dari wajahnya serta penampilannya yang acak-acakan. Pantas saja petugas melarangnya masuk.

"Maaf, bisakah anda melepaskan lelaki itu?" ujar Alyssa yang langsung mendapatkan tatapan dari kedua lelaki itu.

Harry yang dalam keadaan setengah sadarnya masih dapat melihat Alyssa hanya bisa tertawa keras. Ia menunjuk Alyssa dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya ia gerakkan seakan menyuruh petugas yang sedari tadi menahannya untuk pergi.

"Apa kau tuli, huh? Gadisku itu sudah menyuruhmu pergi, tunggu apalagi, pergi sana."

Gadisku.

Tubuh Alyssa sedikit bergidik mendengar Harry menyebutnya dengan panggilan gadisku. Ia tahu Harry mengatakan itu di bawah pengaruh alkohol, tetapi tetap saja rasanya aneh saat Harry memanggilnya dengan sebutan itu. Bahkan ia baru bertemu Harry secara langsung kemarin malam.

Different StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang