"I won't make the same mistakes again so, please, don't leave." Block B--Don't leave
Irene menatap layar lebar yang berisi jadwal penerbangan serta lengkap dengan nomor penerbangan di depannya. Gadis itu menghela napas panjang dan menundukkan wajah jelitanya yang nampak lesu dan tak bersemangat. Jelas sekali di sana, pesawat yang akan dia tumpangi berangkat sepuluh menit lagi. Suara pemberitahuan sudah dia dengarkan berulang-ulang sejak tadi. Meminta penumpang tujuan Australia untuk segera memasuki ruang tunggu karena pesawat telah sedia. Setelah Wendy pamit pergi, yang dilakukan Irene hanya mengedar pandang ke sana ke mari. Menatap ratusan bahkan nyaris ribuan orang berlalu lalang dan suara gesekan roda koper dengan lantai.
Irene beralih dengan ponselnya, ditatapnya benda canggih berbentuk persegipanjang itu dalam diam. Melihat pesan yang dia kirim tadi malam pada Sehun yang hanya dibaca dan tak kunjung mendapatkan balasan. Sepertinya semua perkiraan Irene memang benar. Di mata Sehun dia bukan siapa-siapa. Hanya angin yang numpang lewat dan bahkan tidak berhasil membuat sehelai rambut pria itu bergoyang.
Gadis Bae itu tersenyum perih, di saat dia begitu berat meninggalkan sosok Sehun, pemuda itu justru tidak begitu peduli padanya. Miris, memang. Irene sedikit tersentak dengan suara yang kembali memberitahu agar penumpang tujuan Australia agar segera masuk ke dalam ruang tunggu. Irene lantas bangkit berdiri, kembali menatap layar jadwal penerbangan tetapi melangkah menuju pintu keluar yang terbuka lebar. Masa bodoh dengan pesawat tumpangannya yang akan segera berangkat dalam hitungan menit. Tak menoleh sedikitpun ke belakang dan memunggungi pengumuman yang sudah menyebut namanya baru saja.
Sesampainya di luar gedung bandara, Irene segera menyetop taksi. Di dalam kendaraan umum itu, gadis itu pun menghubungi ibunya yang sudah berada di Australia. Suara panggilan terhubung menjadi aba-aba Irene untuk mulai berbicara.
"Eomma, aku tidak bisa pergi dari Korea. Aku belum siap. Aku akan tinggal di Daegu bersama halmeoni, tidak apa-apa kan?"
L♡DK
Sehun segera melesat ke dalam bandara setelah turun dari taksi yang telah membawanya ke Bandara Incheon. Tak peduli dengan keringat yang bercucuran dan napasnya telah terengah-engah. Sehun segera mendekati meja informasi membuat staff informasi memandangnya sedikit kaget.
"Ada yang bisa saya—"
"Pesawat menuju Australia..." potong Sehun cepat dengan napas putus-putus.
"Pesawat menuju Australia yang berangkat pagi ini hanya ada satu, Tuan. Dan sudah berangkat setengah jam yang lalu," balas staff wanita itu seraya tersenyum sopan. Sehun lantas ber-ah-ria pelan. Memutar tubuhnya dengan lemas dan menjambak rambutnya frustasi.
Dia terlambat. Irene sudah berangkat setengah jam yang lalu. Kenapa Sehun harus bergerak dengan lama? Harusnya dia memahami maksud kalimat Irene di dalam pesan itu tadi malam dengan baik. Kenapa dia tak menelpon gadis itu semalam dan kenapa dia tak mengakui perasaannya saja sejak kemarin-kemarin? Sehun menyesali segalanya. Menyesal telah meninggalkan Irene bersama luka yang berhasil dia torehkan di hati gadis itu. Irene selama ini begitu baik, begitu memperlakukannya seolah-olah pemuda itu adalah barang yang bisa hancur kapanpun. Senyum Irene yang begitu tulus dan meneduhkan serta suara gadis itu yang lembut juga menenangkan. Semua fakta itu Sehun masa bodohkan hanya karena perasaan bersalahnya yang tak kunjung mampu dia hadapi. Sehun terlalu pengecut sampai-sampai membiarkan gadis yang dia sayangi pergi tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal secara langsung.
Sehun duduk di salah satu kursi di sana menangkup wajahnya dan mencoba menahankan air mata yang hendak merembes keluar. Irene tak akan kembali dan Sehun akan hidup dalam penyesalan. Sehun jadi mengerti, apa yang Irene rasakan saat dia pergi saat itu. Sakit. tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
L♡DK: Living With You
Fanfic[COMPLETED] Bae Irene adalah seorang gadis SMA yang tinggal sendirian di flatnya sendiri. Kehidupannya begitu tentram dan damai. Itu dulu, sebelum dia berurusan dengan pangeran sekolahnya, Oh Sehun, yang nyatanya tinggal di sebelah flatnya. Serangk...