[Espoir]
^
^
^
^
^"Honey! Honey!" lengkingan Areum menggema di dalam rumah besar yang miskin penghuni.
"Ya, Nek!" jawaban itu beriringan dengan derap langkah menuruni tangga. Sang nenek tersenyum ketika melihat gadis favoritnya hadir di depan mata.
"Honey. Nenek ingin memberitahukanmu sesuatu."
Honey berlutut di depan nenek yang duduk di kursi roda. Areum mengeluarkan secarik kertas. "Ketika kau sedang membersihkan kamar di atas tadi, tiba-tiba aku teringat resep turun-temurun keluarga ini untuk membuat lemon pie. Aku segera mencatatnya agar tidak terlupa lagi."
Honey mengangguk sambil membaca tulisan di kertas kecil yang berisi bahan-bahan dan cara membuat lemon pie sederhana.
"Baiklah. Aku akan menyimpan kertas ini dan menyalinnya di laptop agar tidak hilang. Jadi, kita bisa membuatnya kapan pun." Honey membuat sang nenek tersenyum puas.
Gadis itu melirik ke jam dinding di atas kulkas. Sudah waktunya makan siang. Dengan gesit, Honey menyiapkan sup makaroni untuk nenek dan dirinya sendiri. Areum mengangkat sendoknya, tapi wajahnya tampak tak berselera pada menu di hadapannya.
"Tidak ada makanan lain ya?" rengek Areum.
Honey duduk di hadapan sang nenek. "Nek, untuk beberapa hari ini, Nenek belum boleh memakan makanan lain selain bubur dan sup. Pencernaan Nenek masih dalam proses pemulihan."
Berbagai bujukan dan rayuan Honey lontarkan agar sesuap sup bisa masuk ke dalam mulut sang nenek. Tak lama, seseorang datang dan langsung bergabung bersama mereka di meja makan. Duduk di samping Areum setelah mengecup puncak kepala sang nenek.
"Kak Yoongi? Kenapa kau pulang jam segini?" tanya Honey.
"Aku hanya pulang sebentar. Nanti kembali lagi ke rumah sakit. Jadwal praktikku belum selesai." jawab Yoongi. Suasana menjadi hening karena Yoongi juga mulai menyantap makan siang yang disiapkan Honey untuknya. Bosan dengan hening, Areum berdeham memecah keheningan. "Yoongi, kau sudah memiliki kekasih?" tanya sang nenek, memulai pembicaraan dengan topik yang sangat Yoongi hindari. Langsung saja Yoongi tersedak, begitu pula dengan Honey yang juga kaget mendengar pertanyaan nenek yang tak terprediksi.
"Nenek sudah menanyakan hal itu berpuluh kali setiap harinya. Jawabanku akan tetap sama, Nek. Aku tidak memiliki kekasih." jawab Yoongi sambil tersenyum tipis, berusaha untuk tidak mengecewakan. Namun, Areum nyatanya selalu kecewa dengan jawaban Yoongi. Ia memautkan bibirnya setelah mengembuskan napas kasar.
"Sampai kapan kau akan hidup sendiri seperti ini?" Yoongi mengembuskan napas pelan. Areum memulainya lagi. Pembicaraan yang tidak Yoongi harapkan.
"Aku hidup bersama Nenek, Honey, dan Bibi Hwan. Siapa bilang aku hidup sendirian?"
"Sekarang memang tidak sendirian. Maksud Nenek, kau tidak ingin punya pendamping hidup yang akan menemanimu sampai akhir hayat? Apakah kau tidak ingin memiliki istri?"
"Aku tidak butuh istri." Sahutan cepat Yoongi membuat sang nenek menghela napas panjang.
"Yoongi, kau tidak boleh begitu. Kau tidak bisa selamanya hidup dengan Nenek atau Hwan saja. Kau tidak kasihan pada dirimu sendiri?" Yoongi terdiam.
Kini, tangannya tak mampu lagi mengangkat sendok dan hanya memutar-mutarnya di dalam mangkuk. Ingin pergi dari ruang makan rasanya sangat tidak beretika, tapi ia benar-benar ingin menghindari serangan pertanyaan dari sang nenek.
"Kau harus memikirkan dirimu, masa depanmu. Keluarga ini harus tetap bertahan. Harus ada penerusnya. Setelah Nenek meninggal, satu-satunya keturunan keluarga Lee hanya tinggal dirimu. Jika kau tidak menikah, maka kau tidak akan punya anak. Lalu, kau akan menua begitu saja, meninggal, dan tak ada lagi yang meneruskan keluarga ini di muka bumi."
Tidak ada yang berani mengangkat wajah saat Areum mulai menekan nada bicaranya pada beberapa kata. "Hentikan sikap egoismu itu, Nak. Ayah dan ibumu juga mengharapkan kau untuk melanjutkan kehidupan dengan baik setelah kepergian mereka."
Yoongi menghela napas panjang. Membahas tentang orang tua membuat kesedihan hinggap kembali di hatinya. Tidak mudah untuk melupakan tragedi yang merenggut kedua belahan jiwanya itu. Sebuah kecelakaan yang membuatnya berakhir di rumah ini bertahun-tahun lamanya. Tinggal bersama sang nenek sejak usianya delapan belas tahun. Yang membuat Yoongi sangat bersyukur adalah besarnya kasih sayang yang sang nenek berikan. Ia menyadari bahwa dirinya tidak benar-benar menyedihkan. Masih ada yang mampu membuatnya bertahan hingga menjadi sosok dokter yang disegani sekarang ini. Tidak ada yang lebih ia inginkan selain terus menjaga nenek sampai akhir hayat. Tidak terpikirkan olehnya untuk berbagi kasih dengan orang lain, atau lebih tepatnya untuk wanita lain.
"Mungkin ini juga kesalahanku." Areum angkat bicara lagi. "Aku sakit-sakitan, sementara cucuku menahan kesedihan sendirian." Areum memelankan suara, tercekat.
Dengan cepat Yoongi beranjak dari kursi dan merangkul neneknya. Ia mengusap pelan bahu dan lengan Areum, mengalirkan ketenangan. Ia tidak ingin neneknya kembali stres dan memperburuk kesehatannya.
"Maafkan aku yang merepotkanmu untuk merawat tubuh tua ini bertahun-tahun. Harusnya aku yang menjaga dan menyemangatimu, tapi aku malah menyusahkan. Aku membuatmu kehilangan semangat untuk mencari pasangan hidup. Kau pasti sudah terlalu lelah untuk merawatku, hingga kau tak ingin lagi merawat istri masa depanmu." Areum terisak.
"Shh ... Nek, jangan berpikiran seperti itu. Aku tidak pernah merasa terbebani karena merawatmu, Nek. Kaulah alasanku untuk tetap hidup hingga hari ini." Yoongi memeluk Areum. Sedangkan Honey hanya bisa menyaksikan mereka dari tempatnya duduk. Ia tidak ingin merusak suasana haru.
"Aku akan menikah, Nek. Tenanglah. Aku akan mencari seseorang dan memberikanmu cicit. Kau akan menjadi nenek buyut terbaik sejagat raya. Jadi, jangan berpikir yang aneh-aneh, ya?"
Yoongi sendiri sedikit menyesal mengatakan hal itu, karena ia sendiri tidak tahu kapan akan merealisasikannya. Namun setidaknya, untuk saat ini janji manis itu bisa menenangkan Areum.
"Carilah wanita yang baik. Kau bisa mencari wanita seperti Honey. Honey ini adalah contoh wanita yang baik dan juga ..." Areum melirik Honey dengan senyum tipis, " ... dia cantik."
Honey membulatkan mata, terkejut saat namanya terdengar. Ia tak bisa menutupi pipi yang merah karena malu. Sementara itu, Yoongi juga tersenyum melihat tingkah kikuk Honey yang lucu, lalu mengangguk untuk menanggapi sang nenek.
"Oh iya! Nenek juga tidak keberatan jika Honey menjadi istri dari cucu Nenek." Timpal Areum, membuat Honey batuk dengan sengaja untuk menutupi wajahnya yang bersemu. Yoongi tertawa melihat Honey yang salah tingkah.
"Iya, Nek. Aku akan memikirkannya nanti. Sekarang, habiskan makanan Nenek ya?"
Areum tersenyum puas, lalu kembali memusatkan perhatian pada makanannya. Begitu pula dengan Honey yang kembali menyantap lahap makanannya, meski wajah merahnya karena meahan malu masih membekas.
...
Temukan lebih banyak lagi dalam Espoir versi eBook
(Only 40k)Hubungi 0882 7703 0613
^
^
^
^
^[Espoir]
7 September 2021
<02.51 pm>
KAMU SEDANG MEMBACA
[BOOK] Espoir
Fanfiction"Kau adalah harapan itu sendiri." (Start: February 2018) (End: June 2018) (Re-published : November 2018)