[Espoir]
^
^
^
^
^Yunji membuka pelan pintu kamar rawat Taehyung, membuat Namjoon yang sedang mengoles lotion di tangan sang adik menoleh. Wanita itu mematung saat mata Namjoon mengarah padanya. Namun Namjoon tidak ingin berlama-lama memandangi si wanita.
"Masuklah. Bersyukur saja karena Jimin tidak di sini. Jadi tidak ada yang mengusirmu sebelum kau membuka pintu itu, Yunji."
Yunji mengembuskan napas lega. Setidaknya ia bisa sedikit tersenyum karena disambut oleh Namjoon. "Bagaimana keadaan Taehyung, Kak?"
"Tak ada yang berubah. Dia tetap tak mau membuka mata." jawab Namjoon datar.
Yunji menunduk sedih. Rasa bersalah menyelimuti hatinya. "Maafkan aku." Ujarnya.
"Sudah kumaafkan." sahut Namjoon.
"Terima kasih, Kak. Terima kasih karena tidak membenciku ..." ucapan Yunji terhenti sejenak. "... seperti Jimin." Lanjutnya.
Namjoon berdecih. Ia mengelap sisa lotion dari tangannya dengan tisu. "Siapa bilang aku tidak membencimu?"
Yunji tertohok. Tubuhnya terasa kaku saat diserang dengan kalimat itu. "Aku sudah benci karena Taehyung terlalu memujamu, tapi sebesar apapun kebencianku, Taehyung akan tetap mencintaimu dan aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghentikannya." Tukas Namjoon.
Yunji terdiam, sementara Namjoon memandangnya dengan tatapan tajam. "Rasa benciku mungkin sama besarnya dengan yang Jimin rasakan. Aku pun sama seperti Jimin. Ingin sekali menghentikan perasaan Taehyung padamu, tapi aku juga tidak ingin melukai hati Taehyung. Aku masih menghargai perasaan adikku yang begitu mencintaimu."
Setiap kata yang Namjoon sampaikan menusuk setiap bagian hati Yunji tanpa ampun. Yunji menelan ludah dengan susah payah. "Entah apa yang bisa kulakukan untuk memperbaiki semua ini." Suara Yunji hampir tak terdengar.
"Tidak ada." Namjoon menjawab cepat. "Semua ini sudah rusak dan tidak ada yang bisa kau lakukan untuk memperbaikinya."
Lagi-lagi, Yoonji dibuat tak berkutik. Namjoon tak menunjukkan wajah marah, tapi kata-katanya sangat menusuk tepat ke jantung Yunji.
"Jangan pernah salahkan Jimin karena sangat membencimu." Kali ini, pandangan Namjoon terkunci pada wajah Taehyung. "Jimin adalah bagian dari keluarga yang kupertahankan bersama Taehyung. Dia sangat menyayangi Taehyung. Jimin adalah orang yang keras kepala. Seharusnya kau sudah tahu karena kau adalah temannya sejak masa sekolah dulu. Karena itulah, ketika kau membuatnya benci, maka kau harus bertahan dengan kebencian yang akan kau terima akibat telah menyakiti siapa pun yang berharga baginya."
Yunji menggeleng. Air matanya sudah membasahi pipi. "Maafkan aku, Kak. Sungguh ... aku memohon maaf." Isakan lolos dari mulut Yunji. "Tidak bisakah sedikit saja ... aku mendapat pengampunan darimu dan Jimin?"
Namjoon membenahi selimut Taehyung. Menggantungkan pertanyaan Yunji cukup lama. "Pulanglah. Yang kau lakukan takkan membuat Taehyung bangun. Karena dia tidak ingin bangun hanya untuk melihat orang yang dicintainya, mencintai orang lain."
Yunji mendongak, lalu menggangguk mengerti. Hati Namjoon tak bisa lagi ia menangkan. Yunji menatap Taehyung, berharap pemuda itu bangun dan mencegahnya pergi. Namun yang Yunji lakukan hanya hal yang sia-sia. Ia akan menyiksa diri sendiri karena membiarkan Namjoon menusuknya berkali-kali dengan kata yang setajam pedang. Yunji pergi tanpa pamit. Ia tahu Namjoon tidak peduli jika Yunji tetap berada di sana atau memilih pergi.
Saat Yunji sudah meninggalkan kamar, Namjoon meraih tangan Taehyung dan menempelkannya di pipi. "Yang kulakukan adalah tindakan paling benar ..." Namjoon menatap sendu pada Taehyung. " ... ya kan, Taehyung?"
Namjoon memejamkan mata. Mencoba menikmati keheningan dalam kamar Taehyung. Menenangkan diri yang sedari tadi menahan emosi membara saat Yunji datang. "Tak ada yang kumiliki di dunia ini selain dirimu. Bahkan ayah dan ibu tidak lagi peduli pada kita. Jadi, bangunlah. Kembalilah padaku dan Jimin." ujar Namjoon dengan mata terpejam. Ia menghela napas panjang. Helaan yang terdengar begitu lelah. Tanpa air mata, Namjoon menangis tersedu dalam hatinya.
....
Temukan kisah selengkapnya dalam eBook Version
(Only 40k)
Hubungi 0882 7703 0613^
^
^
^
^[Espoir]
9 September 2021
<09.11 am>
KAMU SEDANG MEMBACA
[BOOK] Espoir
Fanfiction"Kau adalah harapan itu sendiri." (Start: February 2018) (End: June 2018) (Re-published : November 2018)