Eleventh Hope

1.2K 127 9
                                    

[Espoir]

^
^
^
^
^

Semilir angin membuat dua insan itu betah berlamalama di bawah pohon. Duduk berdua sambil bercakap tentang beberapa hal, kemudian kembali diam dam menikmati keheningan tanpa canggung.

"Tidak akan ada yang menyangka bahwa mereka adalah penderita kanker. Mereka tampak sangat sehat." ujar Jimin sambil memandangi beberapa anak yang berlari-lari di koridor. Mata Honey juga tertuju pada hal yang sama.

"Mereka bahagia, Jim. Itulah obat paling mujarab untuk penyakit mereka." sahut Honey dengan senyum di bibir. Jimin menoleh, begitu pula dengan Honey. Membuat pandangan mereka bertemu. Jimin memandangi Honey dari matanya, hidungnya, dan bibirnya, lalu berkedip sendu. "Apakah menurutmu aku bisa sembuh?" tanya Jimin, mengajukan pertanyaan asal.

"Tentu saja. Kenapa tidak?" Jimin menunduk, memperhatikan tangan kirinya yang tidak bisa digerakkan seperti biasa. "Semakin lama, keadaanku semakin memburuk." Tutur Jimin. "Aku berbeda dengan anak-anak itu. Sel kanker mereka mungkin akan hilang, dan mereka sembuh. Sedangkan aku? Aku akan semakin lemah. Aku akan lumpuh. Aku akan semakin tidak berdaya dan akan semakin menderita karena masih harus melihat diriku yang tidak bisa melakukan apa-apa lagi." Suara Jimin terdengar sangat putus asa.

Honey mengembuskan napas, lalu menatap Jimin dengan serius. "Jim, kau itu apa?" Alis Jimin bertaut.

"Aku? Manusia?"

"Lalu, bagaimana denganku? Aku apa?" tanya Honey sambil menunjuk diri sendiri.

"Eum ... Malaikat?" canda Jimin, mengundang pukulan ringan dari Honey.

"Aih, aku serius, Jim!"

Jimin tertawa renyah. "Kau manusia, Honey. Manusia istimewa." Jawab Jimin.

Honey menjentikkan jari. "Ya, aku dan kau sama-sama manusia. Anak-anak itu juga manusia. Kita semua sama. Kau tahu apa yang membuatmu berbeda dengan mereka?"

Jimin mengangkat bahu karena benar-benar tak tahu harus menjawab apa. "Mereka punya harapan, sedangkan kau tidak." Ucapan Honey sebenarnya terdengar menyinggung, tapi Jimin tidak merasa demikian. Ia mengakui bahwa yang dikatakan Honey adalah benar. "Apa kau merasa kehilangan harapan karena sisa hidupmu hanya dua tahun? Kau percaya pada perkataan Kak Yoongi?" Jimin mendelik mendengar itu. Yoongi pasti menceritakannya pada Honey dan kini Honey pasti tahu semua tentang keadaan Jimin.

"Kehidupan yang kau anggap buruk juga dialami oleh orang-orang. Tidak perlu saling membandingkan, tapi setidaknya kita perlu belajar bahwa jika orang lain tetap bisa berjalan dengan kepala terangkat, penuh keyakinan dan semangat, maka apa pun kesakitan di dunia ini dapat dikalahkan. Jika kau lihat anak-anak di sini, dari mata mereka terpancar harapan dan juga rasa takut. Rasa takut itu tetap ada, tapi nyatanya, mereka memilih untuk menguatkan harapan agar rasa takut tidak menguasai mereka. Mereka memilih untuk bahagia. Mereka masih bisa tertawa ceria. Bertingkah seperti anak-anak normal lainnya. Mereka bisa melakukan semua itu karena mereka memiliki harapan, Jim." Honey tidak melepaskan pandangannya dari Jimin yang kini menatap rerumputan yang ditiup angin.

"Mereka merawat harapan yang sudah mereka tanam dalam diri mereka, agar dapat tumbuh subur dan dapat menjadikan kehidupan mereka lebih bahagia. Mereka berusaha untuk meraih harapan yang mereka ciptakan. Tidak perlu memikirkan apakah mereka mampu atau tidak. Yang penting mereka tetap berusaha."

Jimin tertegun mendengar ucapan Honey. "Harapan mereka pun sederhana, Jim. Mereka ingin menjadi orang yang bahagia selama masih bisa bernapas. Jika sampai pada waktunya, mereka tetap ingin bahagia.

"Kau ingin sembuh kan? Maka, milikilah harapan. Harapan untuk sembuh." Honey menatap Jimin yang kini sudah memberanikan diri untuk memandang Honey. Setiap kata yang dilontarkan Honey seperti memantik sesuatu dalam diri Jimin. Suara Honey yang lembut berhasil menggetarkan jiwa Jimin yang tadinya lemah.

"Ayo, ciptakan harapan itu bersama, Jim."

Ajakan Honey membuatpipi Jimin terangkat perlahan. Menandakan bahwa Jimin bersedia untuk mencoba menangkap kembali harapan yang sebelumnya hampir hilang. 

...

Temukan selengkapnya di eBook Espoir Full Version
(Only 40k)
Hubungi 0882 7703 0613

^
^
^
^
^

[Espoir]

27 September 2021
<06.58 pm>

[BOOK] EspoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang