Bagian 3

3.7K 82 33
                                    


Tepat waktu Salat Dzuhur, Bedhor memnyelinap masuk ke dalam hutan jati. Ia mencari air untuk berwudhu. Bedhor menuruni jurang yang cukup terjal. Di dasar jurang nampak kubangan air yang bening sekali. Ia mempercepat langkahnya untuk segera sampai di dasar jurang. Bedhor mengisi botol bekas pestisida yang ia bawa dari Reja Mulya. Botol itu sudah kosong, setelah air yang di bawa dari Reja Mulya habis di tenggaknya.

Bedhor berdiri ke arah kiblat. Ia mengumandangkan azan di dasar jurang hutan jati itu. Seraya angin seperti berhenti berhembus. Mengendap di dasar tanah. Tidak ada daun jati yang berserak bergoyang sedikitpun. Tidak ada daun yang tanggal dari ranting-ranting dahaga. Burung-burung berhenti cecuitan. Mereka menunduk takzim mendengarkan seruan suci yang sudah langka terdengar. Serangga-serangga yang bersembunyi di balik daun-daun kering pun berhenti bergerak. Belalang kayu yang hinggap di batang-batang jati berhenti terbang.

Bedhor mendirikan salat pada sebuah batu besar yang datar. Ia menghadap kiblat dengan khusyuk dan takzim. Seraya alam semesta ikut mendirikan salat, menyembah Yang Maha Kuasa pemilik seluruh jagad. Burung-burung, para serangga, melata, pohon-pohon, sisa rerumputan yang masih hidup, semua ikut memuja Allah. Lalu bagaimana dengan manusia-manusia? Berapa sisa dari seluruh populasi yang hidup di muka bumi yang masih mendirikan salat lima waktu?

Jalan negara beraspal hitam legam itu seperti menguapakan air dari kejauhan. Daun jati yang tiba-tiba luruh dari tangkainya menimpa jalan, segera ban-ban kendaraan yang melitas dengan tega melindas tanpa ampun. Tidak ada jerit tangis atau darah yang muncrat dari kelepar daun-daun jati kering yang terlindas itu. Bedhor terseok-seok menyusuri pinggiran jalan itu terus ke arah Barat. Belum ada tanda-tanda ada kampung di pinggir jalan negara itu.

Dari kejauhan nampak ada sebuah truk yang berhenti di pinggir jalan. Ada dua orang yang seperti berlutut di samping ban belakang sebelah kiri. Kian lama, Bedhor kian mendekati truk berhenti itu. sebuah terpal warna coklat menutupi bak truk. Entah apa yang ada di dalam bak truk itu. Dari kejauhan nampak lukisan wanita setengah telanjang yang terlentang di pintuk bak belakang. Lukisan yang mempertontonkan aurat wanita itu nampak mencolok dan menarik perhatian. Bedhor beristighfar dan membuang muka melihat lukisan itu. Namun, ia sempat mebaca tulisan yang mencolok di bawah lukisan wanita setengah telanjang yang terlentang itu. "Jangan Mengaku Cantik Kalau Belum Macarin Pria Beristri."

Sungguh tulisan itu tidak mendidik, gumam Bedhor dalam hati. Ia terus melangkah mendekati truk yang rupanya kempis ban belakang sebelah kirinya. Nampak Kenek truk yang berkaos kumal seperti kain lap dapur, sedang melepas ban yang kempis. Sopir berperut buncit berdiri berkacak pinggang di belakang kenek. Ia tampak memberikan perintah kepada kenek layaknya juragan kepada budaknya.


BIDADARI DARI TEPI SURGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang