Setelah berkeliling di istana dan sekitarnya, Axelle dan Vertozoa pun akhirnya mengobrol di ruang tengah. Mereka berbincang-bincang santai sambil menikmati pemandangan hujan di luar istana.
"Oh ya, Ayah," panggil Axelle.
"Ada apa?" tanya Vertozoa.
"Kenapa ada Negeri Kegelapan? Bukannya tidak ada roh yang membuat negeri itu?"
"Begini, Negeri Kegelapan itu sebenarnya terbuat dari kedengkian, amarah, dan hal negatif dari manusia sendiri. Setelah hal negatif itu mencapai titik tertentu, maka terciptalah sebuah siluman.
"Siluman itu sendiri ada beberapa macamnya, ada pula yang mendukung kerajaan lain. Siluman ada empat macam, yaitu Siluman Manusia, Siluman Hewan, Siluman Tumbuhan, dan Siluman Iblis.
"Para Siluman yang mendukung perihal penguasaan Fa'Diel oleh Siluman akan bergabung dalam Negeri Kegelapan. Jika mereka berhasil menguasai Fa'Diel, maka efeknya akan datang ke sekitarnya. Ada juga manusia yang bergabung dengan Negeri Kegelapan, lalu mereka menanamkan benih siluman dalam tubuhnya," jelas Vertozoa panjang lebar.
"Jadi, Negeri Kegelapan adalah Negeri para Siluman? Mereka tak punya nama negeri?" tanya Axelle.
Vertozoa memangku dagunya dengan tangan dan terdiam sebentar, seolah sedang berpikir. "Ya, memang Negeri Kegelapan adalah Negeri para Siluman. Tapi, nama Negeri Kegelapan tak boleh diucapkan, mereka akan menyerbu negeri kita jika begitu."
"Oh, kalau begitu baiklah." Axelle mengangguk mengerti. "Artinya, tak banyak orang yang tahu?"
"Benar. Memang tak banyak orang yang tahu."
Axelle mengangguk sebentar lalu terdiam, dan akhirnya membuang muka ke sembarang tempat. Matanya menangkap sebuah rak buku yang berdebu. Tak lama, mulutnya tak mengatup lagi.
"Ayah, kenapa rak buku itu berdebu? Tak dibersihkan?" tanya Axelle.
"Oh, rak buku itu memang tak dibersihkan, itu karena buku-buku di sana merupakan buku yang rapuh."
Setelah itu suasana dingin yang canggung menyelimuti. Axelle tak menyangka kalau ia akan datang ke sini. Awalnya, tubuhnya yang lebih tua tak serasi dengan jiwanya. Lalu sekarang ia tak hanya mendapat keserasian, tapi juga jati diri.
"Em, Yah ...."
"Ada apa, Axelle?"
"Apa kita ada di bawah air? Kriptone sendiri Negeri para Duyung atau bukan?"
"Oh ... seperti yang kau lihat, kita ada di daratan. Lalu, Kriptone disebut sebagai Negeri para Duyung karena para penduduknya bisa berubah menjadi Duyung tanpa mantra atau ramuan."
"Tadi, aku menjadi Duyung di darat, tapi kenapa aku tak jatuh?" tanya Axelle.
"Karena mode Duyung ini dipakai untuk dua metode. Yaitu, di dalam air dan di darat. Duyung dalam air dipakai untuk berenang, sedangkan yang di darat dipakai agar tak kelelahan."
"Oh, seperti itu ...."
"Negeri lainnya juga punya keunikannya tersendiri," lanjut Vertozoa.
"Contohnya?"
"Lumina, ingat negeri apa?" kata Vertozoa mengetes ingatan Axelle.
"Lumina ... apakah Negeri Bulan?" tebak Axelle.
Vertozoa menggeleng sembari mendesah. "Um, um. Bukan Bulan."
"Artinya ... Negeri Cahaya?" tanya Axelle.
"Benar. Di sana, ada festival tahunan yang disebut Festival Lentera. Mereka akan melepaskan lentera dan akhirnya beterbangan hampir ke seluruh daerah Lumina."
"Wah! Indahnya!"
"Memangnya pernah lihat?" tanya Vertozoa.
"Hehe, belum sih. Tapi membayangkannya saja sudah indah, apa lagi melihatnya langsung? Pasti sangat cantik, 'kan?"
Vertozoa terkekeh melihat kelakuan putrinya. "Haha, benar sekali. Oh, ya. Axelle, besok kau akan pergi ke Akademi Titanix."
"Oh, untuk bersekolah?" tanya Axelle usil.
"Tentu saja. Akademi Titanix ada di Kerajaan Pradohartz bagian Tenggara. Cukup mudah mengetahui letaknya; dari istana belok ke kiri, setelahnya masuki pemukiman tersebut dan beloklah ke kanan."
"Baiklah. Apa yang harus kubawa?" tanya Axelle.
"Tas tentunya. Pastikan diisi oleh buku dan alat tulis, jangan lupa bawalah ini." Vertozoa mengulurkan tangannya terbuka.
"Apa ini?" tanya Axelle mengamati benda tersebut.
"Ini adalah pendeteksi kelasmu. Kata Eowyn, ia telah menjelaskan beberapa hal mendasar tentang kelas. Benarkah begitu?" tanya Vertozoa memastikan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Mermaids
Fantasy[ON-HOLD] Book 1 of Queens Series Axelle kecil menghilang. Tubuh yang tak dapat mengemban jiwanya. Beberapa orang juga merasakan hal yang sama dengannya, lalu menyadari kejanggalan yang mereka alami di sekitar. Mereka tak tahu banyak hal, begitu pul...