"Oh, iya." Axelle menatap hujan deras di luar. Dinding yang berbahan kaca membuat setiap cahaya dapat masuk-keluar ruang tengah. "Ia hanya memberi tahu tentang jenis-jenisnya saja, sih."
"Jenis-jenisnya?" Vertozoa terdiam sejenak. Suasana dingin menusuk karena hujan yang merasuk ke tulang.
"Iya. Ada Megos, Archeeus, dan ...," kata Axelle seingat-ingatnya.
"Hah? Bukan tahu!" kata Vertozoa terkekeh.
Wajah Axelle mengerut. "Lah, lalu apa?"
"Megos, Achreas, Swardas, dan Cuarda. Ada beberapa orang yang dapat mengendalikan lebih dari satu jenis, tetapi jarang."
Perapian hangat berbunyi-bunyi saat kayu dibakar. Hari mulai sore, walau begitu langit masih terhalang awan hujan. Bahkan kini warna awannya kian gelap.
Axelle menatap pemandangan itu intens. "Hujannya ...," katanya, dengan sedikit jeda sebentar, "Menenangkan, ya."
Vertozoa berdiri, lalu ia berpamitan dengan Axelle, karena ia harus melakukan pekerjaannya. Tenggang waktu yang singkat akan membuatnya jarang menemui gadisnya lagi, tetapi ia tahu bahwa gadisnya itu kuat.
Axelle mendesah. "Huah, bosan. Apa aku harus di sini terus?"
Tiba-tiba pintu di sebelah kiri Axelle terbuka perlahan. Menampilkan seorang pelayan wanita tua.
"Tuan Putri, seseorang ingin bertemu dengan Anda."
Dengan sigap Axelle berdiri. Siapa yang ingin bertemu dengannya? Ia bahkan belum tiga hari tinggal di Kriptone, Fa'Diel. Ah, tetapi ya sudah lah.
Axelle mengikuti pelayan itu keluar dari ruangan. "Em ... siapa yang ingin bertemu denganku?" tanya Axelle.
"Tuan Eowyn. Ia bersama tiga temannya."
Axelle sampai di ruang tamu, yang berisi dua sofa panjang yang berhadapan. Di sana, duduklah seorang yang ia kenal, yaitu Kyle Eowyn.
"K-Kyle?"
"Huh?" kata Kyle yang membuat tiga orang lainnya menengok pada Axelle. "Oh, Axelle! Akhirnya. Terima kasih, Bu."
Pelayan tua tadi tersenyum. "Tak masalah," katanya, lalu pergi.
Suara pintu ditutup pun terdengar. Axelle duduk di sebelah Kyle. Sedangkan tiga orang yang Kyle bawa duduk di hadapan mereka berdua.
"Kau ... Axelle?" tanya seorang gadis. Gadis itu seumuran dengan Axelle, rambutnya pirang kecoklatan, perawakannya mungil dan imut.
Axelle mengangguk perlahan. "Iya, benar."
Gadis itu sigap berdiri dan menghampiri Axelle. Ia memeluknya. "Ke mana saja kau? Kami mencarimu ke mana-mana, tetapi kau pergi! Mengapa kau meninggalkan kami?"
"Tu-tunggu dulu, apa yang kau maksud?" tanya Axelle. Namun setelah Axelle lihat, wajah gadis itu berkaca-kaca. Semua yang berada di ruangan itu terdiam, seakan merenungi nasib Axelle.
"Axelle ...," ucap salah satu pemuda yang ada di hadapan Axelle.
"Kalian ... kalian kenapa?" tanya Axelle lagi. Namun tak ada yang menjawabnya.
"Kami kehilanganmu," ucap Kyle, "Kami kehilangan dirimu selama bertahun-tahun."
"Ber--- hah?! Bertahun-tahun?! Aku bahkan baru ada di sini."
Sinar mentari warna jingga terlihat di ufuk barat, sedangkan bulan---tidak, dua bulan---muncul secara perlahan.
"Kau ... kau tak ingat, ya?" tanya salah satu pemuda lain yang ada di hadapan Axelle.
Axelle menggelengkan kepalanya perlahan, lalu menunduk. "Maafkan aku ... semua ini salahku."
"Salahmu? Justru salah kami karena tak menjagamu dengan baik."
"Tapi ... apa yang kalian bicarakan?"
Gadis yang barusan memeluk Axelle perlahan melepaskan pelukannya. "Kau yakin, kalau kau tak tahu apa-apa?"
Axelle menunduk. "Tidak."
"Sudah kuduga! Kyle, dasar pembohong! Sudah kuduga, sudah kuduga, sudah kuduga! Axelle sudah meninggal waktu itu!" teriak gadis itu, matanya menumpahkan air mata.
"Tidak, bu-bukan!"
Gadis itu memeluk dirinya sendiri. "Sudah kuduga! Kau berbohong! Kau pikir lebih baik berbohong demi kebahagiaan kami?! Aku ingat! Aku sangat ingat! Axelle rambutnya abu-abu gelap! Sedangkan Axelle yang ini? Rambutnya merah padam! Kau tak bisa membohongiku!"
Gadis itu pun berlari ke luar ruangan. Disusul kedua pemuda yang mengejarnya. "Oi, Karen!" kata seorang pemuda. Mereka pun meninggalkan ruangan, menyisakan Axelle berdua dengan Kyle. Pintu ruangan ditinggal terbuka.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Mermaids
Fantasy[ON-HOLD] Book 1 of Queens Series Axelle kecil menghilang. Tubuh yang tak dapat mengemban jiwanya. Beberapa orang juga merasakan hal yang sama dengannya, lalu menyadari kejanggalan yang mereka alami di sekitar. Mereka tak tahu banyak hal, begitu pul...