"Axelle! Apa yang sedang kau lihat?" tanya seorang wanita.
"I-itu ..." ucap Axelle gelagapan, "apa itu? Aku takut. Makhluk itu menyeramkan, Ibu."
"Huh? Di sana tak ada apa-apa! Jangan mengkhayal!" kata ibu Axelle.
"Di situ, Ibu. Kau lihat makhluk itu? Bulunya biru laut, di tengah bulunya ada warna kuning dan jingga. Makhluk itu seperti Merak, Ibu. Tapi, cakarnya berbeda. Cakarnya bagai cakar burung elang dan paruhnya seolah-olah bergigi runcing!
"Ibu, apa kau tidak lihat makhluk itu? Matanya seperti mata Singa, dapat membesar dan mengecil. Dia menatapku, Bu."
"Axelle Dea Fariella! Berhenti mengkhayal dan masuk ke dalam rumah!" titah ibu Axelle.
"Ibu, ini bukan khayalan! Ini nyata, bagaikan aku melihat sebuah makhluk baru yang tidak dikenal!" ujar Axelle.
"Axelle! Kau membuatku marah! Cepat masuk ke dalam rumah!"
"Ibu, kata makhluk itu, ia tak ingin aku pulang. Katanya, temani dia dan jangan pulang dulu," jawab Axelle.
"AXELLE!" bentak ibu Axelle.
"Ibu, tung---"
"A-aw! Sakit, Bu! Hiks, hiks!" ucap Axelle memegang telinga merahnya.
Ya, sudah berkali-kali ibu Axelle menyuruhnya pulang dan ia tak mau. Dua hari yang lalu, kejadian ini juga terjadi. Mungkin, Axelle memiliki mata batin yang terbuka, hingga ia melihat beberapa roh yang mengubah bentuknya menjadi suatu makhluk aneh.
"Ibu sudah bilang, Axelle. Abaikan benda itu jika kau melihatnya lagi. Ibu tidak dapat melihatnya, tapi ibu mengerti kalau kau dapat melihatnya."
"I-iya, Bu. Maafkan Axelle sudah nakal."
Ibu Axelle tersenyum. "Hmph ... baiklah. Tapi kau harus janji jangan bertindak konyol seperti tadi lagi. Oke?"
"Oke!" ucap Axelle dengan tersenyum manis.
"Karena sudah jam setengah dua, ayo tidur siang. Ayah sebentar lagi akan pulang."
"Iya, Bu. Axelle mau ke kamar, ya."
"Selamat tidur, Axelle." ibu Axelle duduk di kursi makan, setelah Axelle menaiki anak tangga dan masuk ke kamarnya.
"Axelle ... sudah 7 tahun aku bersamamu dan aku masih belum tahu siapa dirimu ...," gumam ibu Axelle.
"Kuharap kau menyelesaikan ini, Frederick," lanjutnya.
"Ada apa, Clara?" orang yang tiba-tiba memasuki rumah itu bertanya.
"Axelle sudah lama tinggal dengan kita."
"Memang," ujar Frederick, "dia sudah cukup besar sekarang."
"Iya. Aku mulai merindukan Axelle 4 tahun yang lalu."
"Aku membawa beberapa hasil, Axelle adalah anak yang bukan berasal dari dunia ini."
"Benarkah ... benarkah itu?!" ucap Clara tak percaya.
"Ya. Ada kemungkinan orangtuanya yang berasal dari dunia lain atau memang Axelle ditakdirkan di dunia tersebut."
"Aku tak percaya! Frederick, kau jangan macam-macam! Beritahukan yang sesungguhnya!"
Frederick tertawa. "Hahaha, kau tahu saja kalau aku sedang bersandiwara. Jangan marah ya, Clara."
"Huh, kau ini selalu bermain-main." Clara menghela napas.
"Jadi, bagaimana hasilnya?" tanya Clara.
"Aku belum menemukan hasil yang jelas, tapi selama ini hasilnya bukan yang kita inginkan."
"Apa itu?"
"Axelle diberi kekuatan hitam oleh orangtuanya dulu. Tapi, itu masih kemungkinan."
"Dari mana kau tahu hal itu?" tanya Clara.
"Itu kata beberapa pemuka agama---Pastor, Pendeta, dan Imam---yang kuwawancarai."
"Kalau begitu, baiklah. Aku harus memasak dulu."
"Baik, Clara. Hari ini menunya enak, 'kan?" tanya Frederick usil.
"Semuanya enak, kok. Tenang saja." Clara tertawa kecil. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Mermaids
Fantasía[ON-HOLD] Book 1 of Queens Series Axelle kecil menghilang. Tubuh yang tak dapat mengemban jiwanya. Beberapa orang juga merasakan hal yang sama dengannya, lalu menyadari kejanggalan yang mereka alami di sekitar. Mereka tak tahu banyak hal, begitu pul...