Hari pertama di Dwina Caffe

647 44 6
                                    

Alya Febriani.

          Pagi ini aku bangun dengan penuh semangat, berkat teman kostku yang bernama Sinta aku diterima bekerja di Coffe shop, tepatnya Dwina Caffe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini aku bangun dengan penuh semangat, berkat teman kostku yang bernama Sinta aku diterima bekerja di Coffe shop, tepatnya Dwina Caffe.

Caffe itu buka sekitar jam 9 pagi sampai jam 12 malam. Kebetulan hari ini aku dan Sinta bekerja Shift pagi jadi aku harus segera berangkat kesana secepat mungkin. Hidup di Jakarta tidak boleh sembarangan, kita telat berangkat sedikit aja bisa-bisa ketinggalan angkot dan harus menunggu angkot selanjutnya.

"Selamat pagi, bu" sapaku setelah masuk ke ruangan Bu Dwi, beliau adalah pemilik Caffe ini.

"Ya. Pagi," beliau menoleh ke arahku. "Apa kamu yang bernama Alya?"

"Iya betul bu,"

"Ohh, oke, kalau begitu kamu boleh langsung bekerja hari ini, semoga kamu betah yaaa" katanya dengan ramah.

"Iya bu, makasih, mohon bimbingannya."

"Kalau sudah tidak ada yang di sampaikan saya permisi ya bu."

"Oh iya silahkan." Jawabnya ramah. Lalu aku keluar menuju ruang karyawan meletakan tas ku lalu mulai bekerja. Teman-temanku yang lain juga sudah bersiap-siap melayani pelanggan.

******

Shift ku sudah selsai, tepat jam 4 sore aku keluar caffe untuk pulang ke kost an ku. "Sin, ayoo udah selsai belom?" Tanya ku pada Sinta yang dari tadi masih siap-siap merapikan barang bawaannya.

"Bentar duluuuuuu...." teriaknya dari dalam ruangan karyawan.
Saat aku berdiri di depan Caffe, ada sebuah mobil yang baru datang dan sepertinya akan berhenti di Caffe ini. Setelah mobil itu terparkir, sosok laki-laki yang ku kenal keluar dari mobil itu.

"Arfan.." tanpa kusadari aku menyebut namanya. Sepertinya orang itu mendengar suaraku tadi. Arfan? Apa kamu benar-benar Arfan? Batinku.

"Ayokkk Al... malah bengong," suara Sinta yang menyadarkanku. Lalu aku dan Sinta pulang masih dengan pikiran tentang laki-laki tadi.

Sampai di kost an aku masih terbayang-bayang tentang orang tadi, apa betul itu Arfan?

Oiya.. Arfan itu dulu pacarku waktu aku masih sekolah SMA, kita pacaran cuma 9 bulan sebelum Arfan tiba-tiba meminta kita putus. Sakit? Tentu. Kukira dia memacariku hanya untuk menghindar dari kejaran fans-fans nya di sekolah dulu.
Menjadi pacarnya selama 9 bulan, aku tidak cukup tau betul kepribadian dia seperti apa. Dia sangat tertutup, bahkan selama kita pacaran dia belom pernah sekalipun mengatakan CINTA padaku.

Menjadi pacarnya tentu adalah sebuah dambaan semua cewek-cewek di sekolahku dulu, bahkan dulu dia idola di sekolah, sangat ku akui kalo dia memang sangat ganteng, cool, dan juga kaya. Menjadi pacarnya entah sebuah keberuntungan buatku atau malah justru sebaliknya.
Dulu aku memang sempat patah hati waktu Arfan tiba-tiba memutuskan hubungan begitu saja, tapi aku cukup tau diri, kita itu berbeda, dia orang kaya, keren, terkenal, sedangkan aku hanya anak yatim piatu yang diurus oleh seorang nenek tua, dengan kehidupan yang sangat serba sederhana. Bisa sampe kuliah dengan beasiswa yang kudapatkan aja aku udah sangat beruntung, yaa walaupun ga sampe lulus.

Rahasia CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang