V menatap Seokjin apakah ini waktu yang tepat untuknya mengatakan segalanya pada Seokjin. Angin berhembus kencang udara sangatlah dingin Seokjin menggigil kedinginan.
Mantel yang di pakainya tidak cukup hangat untuk menghangatkan tubuhnya yang kedinginan karena cuaca buruk.Cukup lama V hanya menatap Seokjin tanpa bicara. Seokjin yang sudah sangat kedinginan mulai meringkuk dan bibirnya mulai bergetar.
"Sampai kapan kau hanya menatapku V, apa kau tidak ingin bicara?."
Seokjin mulai bicara dengan nada gemetar karena dingin.
"Apa kau kedinginan Jin hyung?."
"Ani, sekarang ceritalah apa yang bisa aku bantu untukmu."
Bibir Seokjin mulai pucat sekarang. Karena melihat Seokjin kedinginan V mengurungkan niatnya untuk bercerita.
"Lebih baik kita masuk ke tokomu Jin hyung, kau sangat kedinginan sekarang."
"Aku tidak kedinginan ayo ceritakan masalahmu."
"Aku pasti cerita tapi tidak sekarang. Lebih baik kita masuk aku gak ingin kau sakit karena di luar udaranya sangat dingin."
V terus memaksa Seokjin untuk masuk ke dalam toko. Dengan berat hati Seokjin menuruti V untuk masuk ke dalam toko.
"Di mana kamar mu Jin hyung?."
"Di dalam rumahku."
"Ayo aku antar kau kesana biar kau bisa menyelimuti tubuhmu."
"hem, baiklah."
.
.
.Seokjin merebahkan tubuhnya di ranjang kamar yang sangat di rindukannya. Ia memang lebih sering tidur di toko sehingga ia jarang menempati kamarnya tersebut.
V menyelimuti tubuh Seokjin agar Seokjin merasa lebih hangat. Ia juga membelai rambut Seokjin agar dia bisa cepat tidur.
"V."
"Ne."
"Ceritalah."
"Aku ingin dengar kau dulu yang bercerita Jin hyung."
"Aku bertemu dengan seseorang yang sangat familiar di mataku. Aku fikir dia adalah temanku dan dia akan menyapaku saat kita bertatap muka namun dia bersikap seperti orang asing jika bertemu denganku."
"Memang sudah berapa lama kau berteman dengannya hyung."
"Cukup lama jika hanya mengingat nama."
"Mungkin dia punya penyakit pikun hyung mangkanya dia melupakanmu. Memang seperti apa sih orangnya itu Jin hyung?."
Seokjin memandang V dengan sedikit senyum masam di wajahnya.
"Sepertimu V."
Sontak V menghentikan aktivitas tangannya yang membelai rambut Seokjin. Ia menundukkan kepalanya dan membuat Seokjin bingung. Seokjin mengambil tangan V dan menatapnya kembali.
"Sepertiku Jin hyung."
"Ne, Apa kau memiliki kembaran V."
V membelalakkan matanya dan detik berikutnya air mata mulai menetes di pipinya. Seokjin segera duduk dan memeluk V mencoba menenangkan namja manis tersebut.
"Maafkan aku jika kata-kataku membuatmu sedih V."
"Kau benar hyung aku kembar."
Seokjin mulai mendengarkan V. Terlihat V menceka air matanya kasar dan menarik nafas dalam sebelum ia bercerita.
"Aku dan kembaranku Kim Taehyung hanya selisi 5 menit saat kami dilahirkan itulah sebabnya kami sangat sulit di bedakan secara fisik."
Seokjin mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.
"Dia lebih periang dan lebih banyak yang menyayangi dirinya. Aku sangat iri dengannya."
"Semua orang punya kepribadian masing-masing. Dan aku yakin kau lebih menarik darinya."
"Aku yakin kau akan merubah pendapatmu saat kau bertemu dengannya Jin hyung."
Seokjin menggeleng. V kembali membelai rambut Seokjin setelah merebahkan tubuhnya di ikuti oleh Seokjin yang rebahan juga di sampingnya.
.
.
.Taehyung harus menyalahkan Namjoon karena gara-gara Namjoon Taehyung melupakan buku gambar dan pewarnanya untuk pelajaran seni pagi ini. Apalagi dosen Taehyung adalah dosen paling galak di kampusnya. Ia tidak akan memberi ampun pada mahasiswa atau mahasiswi yang tidak disiplin.
"Ini semua salahmu hyung, aku jadi lupa membawa buku gambar dan pewarnanya." ujar Taehyung marah-marah pada hyung nya Namjoon.
"Kenapa nyalahin hyung kau yang salah karena gak nyiapin itu semua di malam hari saja." Namjoon menasehati Taehyung.
"Lalu gimana sekarang."
"Hiiihhh, berisik amat sih Tae."
Namjoon menghentikan mobilnya di depan sebuah toko yang tidak lain adalah toko milik Seokjin.
"Sudah, beli lagi sana. Cerewet kayak emak-emak aja kerjanya."
Taehyung segera turun dari mobil. Ia masuk ke dalam toko yang ramai di padati ibuk-ibuk yang sedang belanja. Taehyung bingung mencari barang yang di carinya. Ia mencari seseorang yang tidak sibuk untuk di mintai bantuan.
Seokjin memasuki toko untuk berpamitan pada Eommanya sebelum ia berangkat ke kampusnya. Melihat Seokjin yang berdiri di dekat kasir Taehyung menarik lengan Seokjin. Merasa tangannya di tarik Seokjin menatap si pelaku.
"Hyung bisa tolong bantu saya."
Seokjin menatap tanpa berkedip membuat Taehyung bingung.
"Apa orang ini jantungan," batin Taehyung setelah ia melihat Seokjin tidak bergerak.
"Seokjin anak itu meminta bantuanmu," ujar eommanya Seokjin.
Seokjin segera sadar dan menatap Taehyung. Sangat mirip begitulah di pikiran Seokjin sekarang.
"Apa yang bisa aku bantu Taehyung."
Taehyung terkesima kenapa orang asing bisa tahu namanya padahal baru pertama kali Taehyung beli sesuatu di toko ini.
"Kau tahu namaku," ujar Taehyung penasaran.
"Tae cepat entar telat," Namjoon teriak-teriak sambil bunyiin klakson mobilnya.
"Ne hyung cerewet amat," kesal Taehyung.
"Aku membutuhkan buku gambar dan pewarnanya hyung."
Seokjin segera mengambil barang yang di minta Taehyung. Dengan cepat Taehyung membayar.
"Sudah selesai kan, ayo cepat," ujar Namjoon segera menjalankan mobilnya setelah memastikan Taehyung sudah ada di dalam mobil.
"Cerewet amat sih hyung, seharusnya kau yang pantas jadi emak-emak."
Namjoon tidak menghiraukan Taehyung ia terus fokus menyetir. Seokjin melihat uang Taehyung terlalu banyak ia pergi keluar untuk mengembalikannya namun ia tidak menemukan Taehyung.
"Mungkinkah dia akan datang kesini lagi."
**TBC**

KAMU SEDANG MEMBACA
22:30
Fanfiction"Seandainya aku bertemu denganmu lebih awal kau pasti sudah menjadi kekasihku Jin hyung,"_V Seokjin x taehyung