Rasa penasaran

3.1K 322 11
                                    

Merasa kesal karena V tidak menyapanya bahkan tersenyum padanya saja tidak, membuat Seokjin tidak menghiraukan pertanyaan V padanya.

"Malam ini sangat sepi, apalagi tidak ada suara manis nan merdu miliknya. Apa dia marah padaku tapi kenapa," V mulai bicara sendiri.

Seokjin yang mendengar V bicara sendiri langsung meliriknya.

"Apa dia sudah gila bicara sendiri," batin Seokjin yang menyaksikan namja manis di depannya ngoceh sendiri.

Terdengar petikan gitar yang sangat merdu dan suara bass penyanyinya membuat Seokjin tenang. Perlahan ia lupa kalau ia sebelumnya sedang marah.

"Aku tidak menyalahkan radio atau pemutar musik kenapa?. Merdu sekali suaranya," Seokjin mulai menggoyang-goyangkan kepalanya menikmati lagu yang ia dengar.

"Sudah dengar laguku sekarang  Jin hyung ayo bayar," ujar V yang duduk di meja kasir dengan gitar di tangannya.

Jadi alunan musik dan suara yang merdu tadi V yang melakukannya. Tidak ingin terlalu lama terperanga Seokjin menghampiri V di meja kasir.

"Kau masih disini," tanya Seokjin.

"Aku ingin sedikit menghiburmu Jin hyung. Sepertinya kau marah padaku."
"Aku tidak marah padamu. Aku hanya kesal dengan kejadian tadi sore."

"Kejadian apa itu Jin hyung?."

Seokjin mulai bercerita tentang kejadian tadi sore dimana seorang eomma-eomma marah di dalam tokonya karena salah paham.
Ia tidak menceritakan bahwa sebenarnya ia marah karena ia menganggap V tidak menyapanya di dalam bus.
.
.
.
Kedekatannya dengan V membuat Seokjin senang setiap hari ia menunggu jam 22:30 agar ia bisa bertemu dengan V dan menceritakan kejadian yang di alaminya selama seharian sebelum jam 22:30.

Sahabatnya Jhope bahkan seperti tidak di anggap oleh Seokjin karena Seokjin lebih banyak bercerita kepada V dari pada bercerita pada Jhope sahabatnya.

Kenapa V selalu datang di jam 22:30 Seokjin tidak pernah mempertanyakannya. Menurut Seokjin kemisteriusan seorang V membuatnya berbedah dari yang lain.

"Jin hyung apa kau tahu dimana rumah V yang selalu kau ceritakan itu," tanya Jhope. Ia menyeruput kopi yang ia pesan sebelumnnya di kantin kampusnya.

"Ani, aku tidak perna menanyakan asal usulnya. Memangnya kenapa?," Seokjin balik bertanya pada Jhope.

"Kau harus menanyakannya Jin hyung, Siapa tahu saja dia itu seorang penjahat yang sedang buron,"

"Aku rasa itu tidak mungkin Jhope, dia sangat manis dan baik mana mungkin dia penjahat."

"Lalu kenapa dia hanya menemui pada saat malam saja Jin hyung?. Bahkan mendekati tengah malam."

Seokjin mulai terprofokasi oleh ucapan Jhope. Yang di katakan Jhope memang benar V hanya menemuinya saat malam hari tiba dan itu pun hampir tengah malam.

"Entahlah Jhope."

"Lebih baik tanyakan padanya Jin hyung."
.
.
.

Malam ini hujan kembali mengguyur kota Seoul. Hujan tersebut tidak deras tidak pula gerimis. Hujan sedang yang berkepanjangan.

"Hujan seperti ini apa V akan datang," Ujar Seokjin yang mondar mandir di depan jendela kaca besar di toko miliknya tersebut.

Setiap menit Seokjin menatap arolji di tanganya sesekali menatap jam dinding di tokonya. Pukul 22:30 Seokjin mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari keberadaan V. Matanya menatap seluruh bagian toko dan jalanan namun ia tidak nenemukan keberadaan V di manapun.

"Sepertinya dia memang tidak akan datang," Batin Seokjin.

ia merasakan tangan seseorang merangkul tubuhnya. Tangan yang terasa sangat dingin sedingin es batu.

"Aku kedinginan Jin hyung."

"V???."

"Kau sangat hangat Jin hyung bolehkah aku memelukmu sebentar saja aku menggigil."

Perasaan aneh mulai di rasakan oleh Seokjin. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Rasa geli di perutnya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan disana. Seokjin memejamkan matanya sesaat sampai ia merasakan tangan V mulai melonggar.

Di tariknya tangan tersebut oleh Seokjin agar tetap memeluknya erat. V tersenyum sepertinya Seokjin tidak ingin lepas darinya. Selama beberapa menit mereka seperti itu hingga seorang pelanggan beteriak karena terkejut melihat Seokjin dan V berpelukan.

"Woaaahhhh."

Seokjin melepaskan tangan V yang bersarang di tubuhnya karena kaget. Ia kembali ke meja kasir untuk melayani pembeli. Matanya menatap sosok V sedang memilih minuman soda di sudut toko.
.
.

Seokjin menghampiri V dan memberikan selimut untuk sahabat barunya tersebut. Mengajak V untuk duduk di sofa yang nyaman di dekat kasir tempat Seokjin istirahat bila berada di toko.

"gomawo hyung,"

"Karena hujan kayak gini aku pikir kau tidak akan datang V."

Seokjin memberikan secangkir kopi hangat untuk V namun V lebih memilih soda yang sebelumnya ia ambil sendiri.

"Aku tahu kau pasti menungguku Jin hyung itulah sebabnya aku datang untukmu,"

Seokjin tersedak minumannya sendiri kata-kata V membuat jantungnya kembali tidak normal.

"Apa kau tidak apa-apa Jin hyung? mangkanya aku tidak meminum minuman itu aku gak mau bernasip sama sepertimu," Tertawa melihat Seokjin tersedak.

Seokjin yang di tertawakan tersenyum nenatap V yang tertawa sangat lebar dan memukul-mukul sandaran sofa yang ia duduki.

"Sangat manis," batin seokjin menatap intens V yang masih tertawa.
.
.

"Mian Jin hyung aku malah menertawakanmu. Apa kau tidak apa-apa?."

"Aku tidak apa-apa."

Suasana mulai hening, tidak ada satu pelangganpun yang datang ke toko Seokjin. Mungkin karena sudah terlalu malam atau karena hujan yang masih setia mengguyur kota Seoul.

"V???," Seokjin memulai pembicaraan.

"Ne."

Sesaat Seokjin menunduk lalu mengangkat kepalanya menatap V dengan serius.

"Selama ini aku selalu menceritakan segalanya padamu."

"Ne Jin hyung ceritalah."

"Aku tidak ingin cerita V, aku ingin bertanya."
Seokjin mengambil nafas sesaat.

"Apa aku boleh menanyakan sesuatu padamu?."

"Tentu Jin hyung, apa?."

"Kenapa kau selalu datang saat pukul 22:30 saja tidak lebih tidak juga kurang?,  maaf sebelumnya apa kau ini seorang penjahat yang sedang buron."







**TBC**






22:30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang