Sontak Seokjin memutar badannya dan tersenyum. Taehyung yang melihat ekspresi Seokjin langsung menghampirinya.
"Kau mau ke kelas hyung aku ikut denganmu," ujar Taehyung mengandeng lengan Seokjin.
Seketika Seokjin menepis tangan Taehyung dari dirinya. Tatapannya kembali dingin kepada Taehyung. Sementara yang di perlakukan seperti itu hanya senyum-senyum saja.
"Taehyung ini buku gambarmu, dosen meyuruhku memberikannya padamu," ujar salah satu teman Taehyung.
Tiba-tiba Seokjin ingat sesuatu yang berhubungn dengan buku gambar. Ia ingat kalau ia harus mengembalikan uang lebih milik Taehyung. Seokjin merogoh saku celananya dan mengambil dompet miliknya. Ia mengambil uang yang akan di berikannya pada Taehyung.
"Kenapa kau memberiku uang hyung," ujar Taehyung tidak mengerti dengan sikap Seokjin yang tiba-tiba memberi dia uang.
"Itu uang mu yang kelebihan. Waktu itu kau membeli buku gambar dan pewarna di tokoku."
"Jadi kau sudah mengingatku hyung," senyum Taehyung. Ia senang Seokjin mengingatnya.
"Aku ingat uang mu bukan mengingat siapa dirimu." Seokjin pergi meninggalkan Taehyung.
.
.
.Dalam kelas Taehyung terus menatap Seokjin dengan posisi satu tangan menopang kepalanya. Dalam benaknya ia berfikir kenapa Seokjin begitu misterius. Sadar akan tatapan Taehyung Seokjin menoleh dan membuat gelagapan Taehyung hingga ia menjatuhkan kepalanya keras ke atas meja. Bunyi jatuhnya pun sangat keras. Taehyung meringis kesakitan sementara Seokjin memasang wajah tidak perdulinya.
Seokjin kembali memfokuskan pandangannya kedepan karena dosen yang megajar pelajaran kedua sudah datang dan pelajaran akan segera dimulai. Taehyung mengelus-elus kepalanya.
Sebagian mahasiswa yang ada di kelas menahan tawa melihat Taehyung."Ada yang perlu di tanyakan," ujar sang dosen.
"Tidak pak," ujar semuanya kompak.
"Baik, besok kalian presentasikan apa yang sudah saya tulis di depan jangan lupa membawa gambarnya."
Jam pelajaran kedua juga telah usai Seokjin bergegas untuk pulang. Namun di tengah koridor ia sudah di tunggu oleh banyak namja dengan perawakan sama seperti tadi di kantin. Mereka menatap Seokjin seakan ingin segera menerkamnya.
"Mau apa mereka ," batin seokjin.
Ia berjalan santai di tenga-tenga kerumunan namja-namja tersebut. Mereka tidak ada yang bersuara. Kepala mereka menunduk kebawah dan membuat Seokjin heran. Tadi mereka seakan ingin menerkamnya namun sekarang mereka menunduk kayak baju kusut yang sudah perna di pakai.
Seokjin mendengar sepasang kaki mengikutinya di belakang. Dengan memasang kuda-kuda Seokjin membalik tubuhnya dan menyerang seseorang di belakangnya. Otomatis orang tersebut langsung tersungkur karena ulah Seokjin.
"Argh, sakit Jin hyung."
Seokjin membelalakkan matanya ketika tahu yang di pukulnya adalah Taehyung. Ia mengulurkan tangannya membantu Taehyung berdiri.
"Maafkan aku Taehyung aku pikir kau orang-orang tadi."
"Tidak apa hyung, Akhirnya kau mengingat aku juga, kau ingat namaku Jin hyung?," ujar Taehyung memastikan.
"Tentu, baru tadi kau mengatakan namamu. Kau pikir aku pikun apa."
"Bukan begitu Jin hyung kau salah paham, sebelumnya kau juga sudah tahu namaku sebelum aku memberitahumu. Bagaimana kau bisa tahu namaku Jin hyung."
Taehyung menatap penasaran dengan jawaban Seokjin."Seseorang memberitahuku tentang dirimu," ujar Seokjin.
Taehyung malah berfikir kalau Seokjin adalah orang yang di kirim Tuhan untuknya. Taehyung sudah menaruh perasaan pada Seokjin sejak pertama bertemu dengannya.Semenjak Seokjin mengetahui namanya di pertemuan pertama mereka.
"Seseorang siapa Jin hyung."
Seokjin hanya berlalu tanpa menghiraukan Taehyung."Apa aku dan dia bertemu dalam mimpi," pikiran bodoh Taehyung.
.
.
.Seokjin merapikan barang-barang di tokonya. Seseorang menepuk pundaknya dan memberikan sebuah surat merah pada Seokjin. Setelah memberikan surat orang tersebut langsung pergi. Seokjin berusaha mengejar orang tersebut namun tidak terkejar.
"Siapa dia," ujar Seokjin mulai membuka surat yang ia dapatkan tadi.
"Untuk apa orang tersebut memberikan surat aneh seperti ini, Siapa sebenarnya dia?."
Seokjin bicara sendiri setelah membaca surat dari orang misterius tersebut."Seokjin tolong kau bantu eomma mengantar paket ini lagi, alamatnya sudah ada di atas paketnya," ujar eomma Seokjin.
Seokjin mengambil paket yang dimaksud oleh ibunya. Setelah berpamitan Seokjin pergi untuk mengirim paket tersebut. Ia mengecek alamat sang penerima paket. Alamat yang ia tujuh sudah benar namun Seokjin berfikir sejenak. Rupa-rupanya ia perna datang ke rumah ini.
"Sepertinya aku perna kesini. Keluarga Kim, hem...," Seokjin membaca tulisan di tembok rumah tersebut.
Seseorang menabraknya dari belakang hingga Seokjin ingin sekali mengumpat kesal. Orang tersebut langsung meminta maaf hingga Seokjin urung untuk mengatainya.
"Mian aku tidak sengaja," ujar sang penabrak.
"Kau? rupanya kau lagi yang mesan ini di tokoku, pantas saja aku merasa perna kesini," ujar Seokjin.
"Ani hyung, aku gak mesan apapun hari ini," Ujar Jungkook orang yang tadi menabrak Seokjin.
"Tapi alamat ini benar kan?."
"Ne hyung, ini memang alamat rumahku."
"Pasti salah satu keluargamu yang memesan, ya sudahlah sekarang terima paket ini dan tanda tangan di sini juga," ujar Seokjin memberikan paket tersebut pada Jungkook.
Tiba-tiba Seokjin mendengar suara orang menyanyi. Suara tersebut sangat familiar di telinganya dan suara tersebut berasal dari dalam rumah Jungkook. Seokjin terdiam dan menimang-nimang suara siapakah itu. Otaknya bekerja dengan baik ia perna mendengar suara itu ya tidak salah lagi itu adalah suara sahabatnya V.
"Jungkook~ah."
"Ne hyung."
"Apakah yang bernyanyi di dalam itu saudaramu?."
Jungkook mencoba mendengar suara dari dalam rumahnya. Ternyata memang ada suara orang bernyanyi di dalam sana dan Jungkook tahu siapa yang sedang bernyanyi tersebut.
"Ne hyung, dia adalah hyung keduaku dia hobi menyanyi. Dia sibuk kalau jam-jam seperti ini. Em, sebenarnya ia memang selalu sibuk," jungkook menundukkan kepalanya. Raut wajahnya tampak sedih.
Seokjin tidak begitu memperhatikan Jungkook. Ia tersenyum sendiri mendengar suara sang penyanyi yang ia yakini adalah V tersebut.
"Ya sudah Jungkook~ah aku permisi pulang. Dan aku boleh minta tolong padamu. Katakan pada hyungmu aku ngefans padanya."
"Kenapa tidak mengatakannya langsung saja hyung?. Ayo masuk kedalam pasti hyungku juga senang fansnya datang," ajak Jungkook yang memang ragu ingin menyampaikan pesan Seokjin.
"Tidak terimakasih, Katakan saja Kim Seokjin sangat ngefans padanya."
"Baiklah kalau begitu."
Setelah mengirim barang ke rumah Jungkook Seokjin membantu eommanya yang sangat sibuk di tokonya. Pandangannya tertuju pada seseorang yang baru saja masuk kedalam tokonya.
"Hi Jin hyung."
Seokjin mengulas senyum termanisnya menyambut kedatangan orang tersebut.
"Dia langsung datang setelah aku mengatakan aku ngefans padanya. Padahal ini kan masih sore," batin Seokjin tertawa dalam hati.
"Aku datang lagi hehehe."
**TBC**

KAMU SEDANG MEMBACA
22:30
Fanfiction"Seandainya aku bertemu denganmu lebih awal kau pasti sudah menjadi kekasihku Jin hyung,"_V Seokjin x taehyung