-salju yang jatuh pasca perpisahan

4.3K 571 40
                                    





Kepulan uap tipis muncul tiap kali ia mengembuskan napas, menandakan seberapa dingin cuaca malam itu. 


Berlari tak tentu arah, menyusuri tiap kerumunan manusia ditengah hujan salju.


Woojin meniti tiap sudut. Memasuki cafe dengan semerbak aroma kopi, hingga memasuki warung tenda dipinggir jalan.


Namun sosok yang ia cari tetap tak dapat ia tangkap.


Woojin terlambat.




Ia kehilangan sosoknya.




Udara yang semakin dingin membuatnya memutar langkah. Memutuskan untuk kembali dan memulai pencariannya esok hari.


"Tuan, bagaimana?"


Jisung lantas diam begitu mendapati wajah majikannya nampak kelabu. Pasca berlarinya Hyeongseob dengan sangat terburu-buru beberapa menit lalu, Jisung langsung menghampiri Woojin yang nampak mengusap wajahnya frustrasi. Ia mengerti jika baru saja mereka; hyeongseob dan woojin, bertengkar hebat. Dengan melarikan dirinya Hyeongseob tanpa Woojin yang mencegah.


Jisung pun sadar jika Hyeongseob pergi tanpa mengenakan baju hangat atau sekedar syal yang mengikat. Anak itu, pergi terburu dengan pipi yang basah.


Jika saja Jisung tidak meninggikan suaranya (berusaha menyadarkan woojin)  berteriak keras jika badai salju akan segera datang, ditambah Hyeongseob yang tak mengenakan apapun selain sweater rajut dan celana jeans. Mungkin Woojin akan tetap bergeming ditempatnya.



Setelahnya seolah tersadar. Woojin cepat-cepat menyambar mantelnya, berlari keluar menyusul Hyeongseob yang saat itu entah berada dimana. Yang Jisung lakukan hanya berharap jika tuannya tak terlambat.

Namun yang terjadi adalah sebaliknya.

Woojin kehilangan Hyeongseob. karena kebodohannya sendiri.

"Saya akan buatkan sup untuk menghangatkan tubuh anda"

Woojin menolaknya, melenggang memasuki kamar, "Aku— akan mencarinya lagi esok"

Menutup mata, berusaha menghilangkan bayang Hyeongseob yang bersimbah airmata dengan tubuh gemetar.



"Maaf— hyeongseob-ah"























[...]


















Pagi harinya ia dibangunkan dengan pekikan dering ponsel. Haknyeon menghubunginya, mengingatkan Woojin jika ada rapat penting dan agenda lainnya yang harus segera ia selesaikan hari ini juga. Tak ada pilihan lain untuknya selain mengiyakan ocehan panjang pria jeju dibalik sambungan telepon.


Woojin memilih bangkit, beranjak membersihkan diri berharap tubuhnya lebih segar.


Tidak, tidurnya sama sekali tak nyenyak. Woojin berulang kali mengubah posisi tidur, tadi malam. Bergerak gelisah kekiri lalu kekanan. Berulang kali terbangun saat terasa mulai terlelap.

Bayangan Hyeongseob yang menangis, sama sekali tak dapat ia singkirkan sepersekian menit pun.

Bergegas menuju perusahaan, melewati sarapan dengan dalih terburu. Nyatanya ia hanya tak ingin kembali terbayang Hyeongseob yang tengah berkutat dengan alat dapur (disibukan menyiapkan sarapan untuknya).

[2]  Little Girl (after the story) ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang