1.4

1.8K 396 56
                                    





Hyeongseob tersenyum kecil memperhatikan interaksi sang suami juga kedua anak-anaknya yang tengah menghabiskan akhir minggu dengan bermain di pekarangan rumah. Sesekali terdengar gelak tawa geli dari si kecil Heejin yang kini dapat berjalan (usianya menginjak dua tahun).

Hyeongseob ingat benar saat itu usia putrinya menginjak tiga belas bulan. Saat itu pagi dimana suaminya— Woojin hendak berpamitan untuk berangkat bekerja (dan mengantar euijin terlebih dulu).

Tanpa aba-aba atau pertanda apapun, langkah tergesa putrinya menubruk kaki jenjang sang ayah. Menengadahkan kepalanya, melempar senyuman merekah untuk Woojin yang mematung sempurna.

Hyeongseob terkejut. Sebab belum lama, putri kecilnya itu masih gigih merangkak meski sesekali mencoba berdiri dengan kakinya yang gemetar. Namun, hari itu diluar pikirannya. Putrinya melangkahkan kaki untuk pertama kalinya. Menubrukan diri di kaki Woojin dengan menyuguhkan gurat senang.

Hyeongseob pun tak akan menyangka jika reaksi yang diberikan Woojin akan sedemikian rupa. —lelakinya menangis. Menjatuhkan setitik airmata begitu memandang senyuman cerah putri mereka.

Mengangkat gadis kecilnya tinggi-tinggi, menciumi bulatan penuh di pipi Heejin dengan sayang. Berkali-kali memuji gadisnya.

"Kau berjalan untuk ayah hm? Heejinie ingin ayah berpamitan denganmu juga? pintarnya putri ayah"

Hyeongseob menghangat. Tersenyum lembut disana. Saat Euijin pertama kali melangkah pun, ia menangis haru. Memeluk putranya erat lantas menciumi wajahnya. Hyeongseob mengerti apa yang tengah dirasakan sang suami.

"Putri ayah yang cantik. Putri ayah yang pintar. Yatuhan, kau benar-benar penuh kejutan nak"

Si ibu muda terkekeh. Sementara Woojin masih asik memberikan ciuman bertubi-tubi di pipi gempal gadis kecilnya, hingga membuat si kecil merengek kesal.

"Sebagai hadiah, ayah akan belikan Heejinie sepasang sepatu yang cantik untuk putri ayah yang pintar. Ayah mencintaimu sayang"


"Hyeongseob-ah, hei sayang kau melamun?"


Hyeongseob mengerjap lucu. Tanpa ia sadari Woojin sudah ada dihadapannya. Ah, mengingat momen tumbuh kembang putri kecilnya membuat Hyeongseob tak sadar.

"Apa yang kau pikirkan hm? memikirkan suami tanpanmu?"

Hyeongseob terkekeh, menjawil hidung bangir prianya saat disuguhi tatapan menggoda yang Woojin berikan.

"Anak-anak?"

Woojin menarik bahu sempit sang istri. Membawanya bersandar di dadanya. Mengecupi pucuk kepala Hyeongseob sesekali menghirup aroma shampoo yang tersisa.

"Kau terlalu asik melamun, Heejin mengantuk dan Euijin menemani adiknya tidur. Kau belum menjawab pertanyaanku love"

Hyeongseob merengkuh pinggang Woojin. Membiarkan pria dewasa itu menciumi rambutnya.

"Hanya teringat saat Heejinie berjalan pertama kalinya. Kupikir, waktu berjalan sangat cepat Woojin"

Woojin mendengung. Membenarkan ucapan Hyeongseob. Woojin bahkan seperti baru kemarin sore menggendong Heejin kecil yang menangis keras saat malam hari. Dan sekarang, putri kecilnya mulai tumbuh menjadi gadis kecil dengan atmosfer cerah disekitarnya.

"Aku akan merindukan masa-masa mengganti popok dimalam hari. Atau melihatmu menimang Heejin yang menangis, aku pasti merindukannya"

Woojin tersenyum. Mengecup lembut dahi Hyeongseob yang tertutup helai rambut hitamnya. Masa seperti ini, setiap orang tua pasti akan merasakannya. Akan tiba-tiba tak rela saat anak-anak mulai bertambah dewasa nantinya.

"Jika begitu, sesekali kau bantu Minhyun mengurus Minseok. Ia pasti kerepotan karena Hyunbin sedang tak ada disisinya"

Hyeongseob mengangguk. Omong-omong, Minseok— Kwon Minseok adalah putra kedua Hyunbin dan Minhyun yang lahir lima bulan yang lalu. Dan tentang Hyunbin, kakaknya itu disibukan dengan syuting variety show yang belakangan merekrutnya menjadi anggota tetap.

Hyeongseob sangat ingin membantu Minhyun mengurus si tampan Minseok. Hanya saja, Hyungnya itu akan menolak dan berkata jika ia bisa (lagi pula, ibu hyunbin ikut andil menjaga cucunya).

"Jangan menunjukkan ekspresi begitu. Bagiku, dengan kau memberikan Euijin dan Heejin sudah lebih dari cukup, sayang"

Dikecupnya belah bibir si ayah. Membelai rahang tegas prianya dengan sapuan tangannya yang lembut.

"Bagaimana ini— aku semakin mencintaimu Woojinie"

Woojin terbahak. Mengusak surai legam Hyeongseob. Membingkai wajah manis sang istri dengan telapak tangannya. Menatap bulatan bening Hyeongseob, menyelam dibalik iris hitam istrinya.

"Aku pun begitu love, mencintaimu— dan selalu bertambah disetiap harinya"

Lantas menyatukan bibir. Memagut mesra bibir Hyeongseob dalam ciuman lembut tanpa kesan menuntut. Bersikap seolah dunia hanya milik berdua, tanpa menghiraukan putra sulungnya yang bergidik memandang kedua orangtuanya dari kejauhan.

"Oh astaga— orang tua itu benar-benar"






































dikit dulu ((: mau ngecek masi ada yg kangen apa engga hehe

disini usia euijin sekitaran 8/9 tahun ya ;)) aku jd agak2 bingubg sendiri wkwk ya intinya 9tahunan/?

[2]  Little Girl (after the story) ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang