1.1

2.6K 452 106
                                    




Hyeongseob merapikan simpul dasi milik Woojin. Membiarkan sang suami menghirup rambut hitamnya sesekali mengecup gemas disana. Woojin kembali menjalani rutinitas seperti biasa saat putri bungsu mereka menginjak umur satu bulan (itu pun dengan hyeongseob yang terus mengocehinya agar cepat kembali mengurus kantor).



Saat ini Heejin berusia tiga bulan, bayi kecilnya itu sedang giat belajar menelungkup dan mulai meraih barang-barang yang ada didekatnya. Putri bungsu mereka bahkan sudah mulai mengenali suara milik kedua orangtuanya, Heejin mulai merespon saat seseorang memanggil namanya. Woojin tentu sangat bersemangat memantau perkembangan gadis kecilnya. Letupan bahagia tak luput dari dalam jiwanya.


"Maaf tak sempat sarapan bersama kalian"


Hyeongseob tersenyum maklum. Dua pekan belakangan Woojin sibuk bukan main, pergi saat fajar belum nampak dan kembali saat bulan menerangi langit. Untuk sekedar sarapan bersama keluarga kecilnya pun Woojin tak dapat melakukannya. Pekerjaannya sedang 'gila-gilanya', Hyeongseob mengerti benar.


"Makan bekalmu, jangan lupakan beberapa vitamin yang harus kau minum sayang"


Woojin mengusak surai istrinya. Rasanya sangat berat meninggalkan rumah untuk beberapa jam kedepan.

"Aku akan menengok anak-anak lebih dulu, janji tidak akan membangunkan Heejinie"


Baru saja Hyeongseob hendak membuka mulut mengingatkan suaminya, namun Woojin lebih dulu memotong, ia sudah sangat hapal dengan wejangan Hyeongseob yang satu itu.

Kaki panjang ayah dua orang anak memasuki kamar si sulung yang masih membungkus tubuh dalam gumpalan selimut hangat. Membelai rambut hitam putranya dengan sayang, lantas mengecup dahinya hati-hati. Woojin menyesal tak bisa mengantar Euijin ke sekolah seperti sebelumnya, suatu saat ia akan menebus penyesalannya dengan mengajak sang kakak berjalan-jalan. Woojin janji.

Setelahnya memasuki kamar dengan aroma bayi yang menguar kuat, Woojin melangkah hati-hati. Mendapati putri kecilnya tengah terlelap dengan beberapa mainan dan boneka kecil disisinya. Woojin tersenyum lembut. Membelai pipi gembil Heejin, mendaratkan kecupan disana. Waktu cepat sekali berlalu, ia merasa baru kemarin malam terbangun karena tangisan Heejin. Dan sekarang gadis kecilnya itu sudah dapat menelungkup. Bayinya tumbuh dengan cepat.


"Woojinie, kau akan terlambat sayang"


Woojin beranjak meninggalkan tempat, mendekati sang istri diambang pintu. Perengkuh pinggang kecilnya dengan tatapan saling beradu. Hyeongseob-nya terlihat kurus, ia pasti lelah menjaga Euijin yang mulai bersekolah dan Heejin yang sedang dalam masa aktifnya. Istrinya itu mengadu sebelumnya jika berat badannya turun tujuh kilogram satu bulan terakhir.

"Jangan melihatku begitu"

Woojin terkekeh. Memberikan kecupan kilat dibibir ceri istrinya.

"Makanlah yang banyak, agar orang-orang tau jika kau bahagia menikah denganku love "

Hyeongseob balas mengecup rahang tegas Woojin. Mengalungkan tangan dileher jenjang pria yang lebih tua.

" Terlepas dari apapun, aku sangat bahagia menikah dengan mu dan memiliki anak-anak. Aku mencintaimu Woojinku"

Woojin tersenyum senang. Hubungannya dan sang istri bertambah harmonis meski ia sibuk bukan kepalang. Hyeongseob sangat mengerti dirinya.

"Ciuman sebelum aku berangkat bekerja?"

Hyeongseob bersemu, lantas mendekatkan wajah.

[2]  Little Girl (after the story) ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang