0.3

2.6K 473 79
                                    

Hyeongseob berjengit. Senandung halus dari belah bibirnya otomatis terhenti kala lengan kekar milik seseorang mengapit pinggang, memeluk perutnya dari belakang. Seulas senyum tipis muncul disana. Aroma maskulin milik —uhuk suaminya terlampau ia hapal.

"Selamat pagi sayang, tidurmu nyenyak?"

Tanpa menoleh, masih melanjutkan acara memasak sarapannya tanpa terganggu dengan lilitan lengan Woojin yang kian mengerat.

"Selamat pagi love, sangat nyenyak karena semalam penuh kau terus didalam pelukanku"

Suara serak ciri khas bangun tidur menjawab. Hyeongseob terkikik. Mengecup pipi suaminya kilat.

Woojin sudah siap protes hanya karena mendapatkan kecupan kilat dipipi. Berusaha menjangkau bibir istrinya, namun dengan cepat Hyeongseob menghindar.

"No. Tidak ada poppo sebelum kau mandi Mr. Park, dan tolong bangunkan pangeran kecil kita eum? "

Woojin mencebik. Masuk di pekan kedua setelah mereka menyandang status baru, namun Woojin malah direpotkan dengan segala kesibukan kantor. Berbagai macam pertemuan ia hadiri selama dua pekan penuh; tanpa istirahat. Perusahaannya tengah menangani proyek besar yang melibatkan beberapa cabang yang ada di Jepang dan Hongkong.

Woojin meringis dalam hati. Usai menikah ia malah berkutat dengan berbagai laporan. Mengenyampingkan bulan madu yang ia idam-idamkan, menghabiskan waktu seharian penuh bersama keluarga kecilnya urung ia lakukan. Bukan cuti yang ia dapat, tapi pekerjaan yang tiada habisnya.

"Kau bilang hari ini ada pertemuan penting kan? lekaslah mandi, aku akan menyiapkan bajumu"

Woojin beringsut memeluk pinggang Hyeongseob. Menyembunyikan wajahnya diceruk leher sang istri. Menghirup dalam-dalam aroma manis shampoo  rasa buah yang digunakan Hyeongseob.

"Maaf, aku malah semakin sibuk. Dan tidak bisa membawa kalian berlibur dalam waktu dekat, padahal kita baru saja menikah-- maafkan aku love "

Tangannya tanpa ia sadari mengelus surai sang suami. Hyeongseob tersenyum maklum. Memahami pekerjaan Woojin adalah tugasnya sekarang.

"Aku mengerti sayang, lagi pula Euijin pun tidak rewel. Fokuslah, selesaikan pekerjaanmu dan jaga selalu kesehatanmu"

Keduanya saling bertukar pandang. Sejurus kemudian saling melempar senyuman diiringi kekehan tipis si dominan.

"Bunda mandi~ "

Woojin buru-buru mendekati sosok kecil yang terlihat masih setengah terbangun, dengan tangan kecilnya yang mengusak mata bulatnya yang enggan terbuka.

"Hari ini jagoan mandi dengan ayah"

Tak lama pekikan nyaring Euijin menggema. Ahh, putranya itu sangat menyukai sang ayah. Entah apa yang mereka lakukan bersama, Euijin pasti akan memekik senang karenanya.

Usai keduanya menghabiskan waktu membersihkan diri bersama; yang didominasi tawa Euijin. Hyeongseob memulai tugasnya sebagai seorang ibu. Membubuhi bedak tipis dipermukaan wajah sang anak, merapikan rambut hitamnya, memakaikan--

"Bunda, Euijin pakai sendili. Bunda jangan bantu"

Lihat. Putranya semakin dewasa sekarang. Menolak bantuan Hyeongseob saat dirinya kesulitan memasang kancing.

"Dasimu--"

Woojin mendekat. Mengukung tubuh kecil sang istri dihadapan cermin, sementara Hyeongseob dalam kegiatannya memasang simpul dasi Woojin.

"Kenapa cemberut begini hm? "

Hyeongseob mengembungkan pipinya. Mendumal tak jelas disana. Woojin terkekeh, menjawil gemas hidung Hyeongseob.

[2]  Little Girl (after the story) ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang