0.5

2.5K 477 156
                                    



Derap langkah terburu menggema di koridor rumah sakit yang kala itu sesak; karena banyaknya orang berlalu-lalang.


Peluhnya menetes dengan kerja jantung yang tak karuan. Woojin panik. Jisung menghubunginya tepas setelah ia menyelesaikan perbincangan dengan beberapa staf agensi mengenai pendebutan boy grup.

Hyeongseob pingsan. Begitu kalimat Jisung terlontar, Woojin lekas meninggalkan ruangan tanpa mengiyakan ajakan makan malam beberapa staf. Hyeongseob lebih penting dari segalanya.

Woojin disana, dengan napas terengah. Menjejalkan kaki tak sabaran kedalam bangsal vip dimana istrinya terbaring lemah.

"Paman apa yang terjadi padanya?!"

Kentara sekali jika Woojin panik luar biasa. Namun Jisung justru memberikan seulas senyum. Menepuk bahu Woojin, berbisik kata selamat dan memberi beberapa wejangan lain. Lantas meninggalkan tempat.

"Woojinie--?"

Woojin lantas menghampiri, menggenggam jemari Hyeongseob lembut. Beberapa kali mengecupinya hingga mengundang kekehan lirih dari sang istri. Hyeongseob rasanya ingin tertawa mendapati air wajah Woojin yang terlihat begitu cemas menatapinya.

"Apa yang terjadi love? bukankah aku selalu berpesan agar terus berhati-hati?"

Hyeongseob tersenyum. Meraih pipi Woojin, lantas membelainya.

"Euijin?"

"Aku menitipkannya dirumah ayah. Monster kecil itu sempat merengek padaku, tapi ayah merayunya hingga akhirnya Euijin menurut. Lantas, apa yang terjadi padamu hm? kau membuatku khawatir"

Hyeongseob sendiri tak mengerti mengapa tiba-tiba ia kehilangan kesadaran dan berujung terbaring di bangsal rumah sakit (dengan jisung yang menemani).

















"Di sini-- (hyeongseob meraih tangan besar woojin. membawanya menuju perut)  ada calon adik Euijin. Kau senang?"


















Tutur Hyeongseob dengan suara seraknya (efek bangun tidur). Woojin terkesiap. Maniknya melebar, sementara Hyeongseob terkekeh disana.



Calon adik euijin-- hyeongseob hamil?



"Ayah tidak senang eum ?"

Tak kunjung mendapat respon, Hyeongseob menarik tangannya yang sejak tadi bertumpukan dengan milik Woojin di atas perutnya. Tersenyum getir, rasanya seperti de javu. Woojin-- memang sampai kapan pun nampaknya tak akan pernah siap untuk ini. Hyeongseob terlalu banyak berharap--
















"A-aku-- sayang, Hyeongseob-ah.. a-apa yang harus kukatakan? bagaimana cara untuk mengekspresikan jika-- aku amat bahagia sekarang?"















huh? Woojin-- menangis?

Setitik airmata Woojin meluncur bebas. Menggenggam erat jemari Hyeongseob, mengecupinya membabibuta. Terus mengumamkan terimakasih dengan ungkapan cinta yang tak pernah Hyeongseob bosan untuk mendengarnya.

Hatinya menghangat. Dugaannya mengenai ayah si bayi nampaknya salah.

"Aku mencintaimu love-- terimakasih untuk hadiahnya"

[2]  Little Girl (after the story) ;jinseob ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang