Masa SMA. Kata orang, ini adalah masa di mana semua kenangan terbentuk. Manis, asam, pahit, dan segala bentuk rasa lainnya akan kami nikmati di masa ini. Dan ... begitu pula dengan masa SMAku, yang juga masa SMA mereka.
Aku sedikit menyesal dengan pilihanku untuk masuk sekolah yang sama dengan Abi. Seharusnya aku masuk SMA swasta atau sekolah di luar negeri saja. Tapi, karena rayuan yang dilontarkan Abi padaku, aku pun akhirnya melunak dan mengikuti permintaannya. Dan di tempat ini, hal yang paling ingin kuhindari akhirnya terjadi.
"Wah, wah, wah... Jadi ini artis baru SMA 70?" ucap seorang senior perempuan yang mendatangiku bersama dengan beberapa orang temannya. "Siapa nama lo tadi?"
"Kiara."
"Apa? Gue nggak denger!" ucapnya lagi setengah membentak.
Astaga, boleh aku langsung melempar kepalanya dengan tas karung yang kubawa sekarang?
"Kiara!" balasku dengan suara lebih keras.
Sontak perempuan itu dan juga teman-temannya tertawa. Entah apa yang ditertawakannya, aku tidak tahu -dan juga tak peduli. Yang baru kupedulikan adalah saat dia dengan tiba-tiba menarik salah satu dari 4 kunciran di kepalaku. Perlakuan yang sama sekali tak berdasar.
"Gue baru tau kalo anak orang kaya begini kelakuannya," ucapnya dengan senyum sinis. "Nggak pernah diajarin sopan santun ya sama orang tua lo?"
Tak mau kalah, aku balas menjambak rambut sebahunya. Apa dia pikir dia adalah orang yang paling bertata-krama di sini? Apa dengan menjambak rambut juniornya adalah salah satu penerapan dari sopan santun yang diajarkan oleh orang tuanya?
Dan jangan berpikir aku bodoh dan selemah itu!
"Lo yang nggak punya adab!" balasku.
Dan ... perseteruan itu di mulai. Empat lawan satu. Senior dan junior. Ini biasa disebut pengeroyokan, tapi aku bukan junior lemah yang hanya bisa ditindas oleh seniornya seperti yang kebanyakan dipertontonkan di televisi. Come on, kalau kita bisa melawan, kenapa hanya diam saat diperlakukan tidak menyenangkan?
"Hey, yang di sana!" Satu kalimat itu membuat perseteruan kami terhenti. Aku yang tadinya sudah akan menarik kerah seragam salah satu seniorku menarik kembali tanganku.
Kulihat siapa yang datang menuju ke arah kami. Dia seorang pria dengan pakaian serba rapi, tubuhnya kurus tinggi, dan menyiratkan aura kepemimpinan yang luar biasa kuat. Dia berhenti di depan kami, membuat empat orang senior yang mengeroyokku ciut.
"Kalian ada urusan apa ke sini? Bukannya kalian bukan pengurus Orientasi?" Dia bertanya dengan nada biasa, tapi sukses membuat bulu kudukku merinding. Aku tahu pertanyaan itu bukan untukku, tapi kalau aku yang mendapatkannya, sudah pasti aku akan langsung kabur dari tempatku semula.
"Dan kamu." Dia beralih padaku. Dia menatapku penasaran sementara yang bisa kulakukan hanyalah menunduk. "Bukannya acara Orientasi belum selesai?"
Aku menunduk makin dalam dan menutup mulutku rapat-rapat. Jangan bilang kalau laki-laki ini adalah senior keamanan yang memergokiku saat aku kabur dari acara orientasi. Dan jangan bilang kalau laki-laki ini sudah menyiapkan rentetan hukuman untukku.
"Kamu nyasar ya?" tanyanya lagi.
Seketika aku mendongak. "Eh?"
"Kamu pasti nyasar kan? Ayo saya antar." Dengan cepat dia meraih pergelangan tanganku dan membawaku bersamanya. Berdua kami meninggalkan 4 orang senior perempuan nggak tau aturan itu. Entah ke mana dia akan membawaku pergi, yang pasti kemungkinan besar aku akan mengalami hal buruk kali ini.
♥♥♥
"Gue benci sama lo! Benci! Benci! Benci! Benci! Pokoknya gue benci banget sama lo!!!" Aku berteriak sekencangnya sambil memukul mana saja bagian tubuh Abi yang dapat kuraih. Sementara itu, Abi mencoba untuk menghindari serangan demi serangan yang kuberikan. Menyebalkan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Terrible Liar ✔️ (PUBLISHED)
RomanceDITERBITKAN OLEH JEJAK PUBLISHER 2019 Blurb: Kesalahan di masa lalu membuat Kiara harus menanggung segalanya sendirian. Dibuang oleh keluarga yang telah memberikannya kemewahan dan harus hidup apa adanya dengan seorang bayi perempuan mungil yan...