normal pov
tuk
seseorang datang dan menepuk bahu anak lelaki yang tengah bersembunyi diantara kursi-kursi tak terpakai itu.
iapun mengernyit heran.
"hey sedang apa kau bersembunyi disitu:)"
ucapnya sembari tersenyum manis.
merasa terpanggil,
anak lelaki itu pun berbalik.
sontak kedua mata nya membulat sempurna.
kedua kakinya kehilangan keseimbangan.
ia pun terjatuh
brugg
kearah kursi-kursi yang tidak terpakai itu.
lidahnya terasa kelu.
jutaan tetes mengalir tanpa permisi.
"aaaa---aaa---aaaa--astagggg---ga saejang kkk--kk--kau kenapa bi---bisa ada disini?"
bibirnya bergetar, kedua kaki dan tangannya pun ikut berguncang hebat. tak kuat berhadapan dengan sang lawan bicara.
sesekali ia mencuri pandang kearah sang lawan bicara dengan tak berani.
sang lawan bicara pun berjongkok pelan. mencoba menyamakan posisinya dengan anak lelaki yang sedang terduduk di hadapannya.
ia pun tersenyum kearahnya.
kedua matanya ikut menutup seiring dengan tarikan bibirnya yang membentuk sebuah senyuman yang khas."kau melihatnya?" ucapnya masih tersenyum indah namun terkesan menyeramkan.
"aaa---aaaapa ?"
anak laki-laki itu mundur teratur menjauhi sang lawan bicara yang ia sebut 'saejang' itu.
sang saejang tersenyum kembali sembari berjalan mendekatinya.
"kau melihatnya kan? :)" ulangnya lagi.
anak laki-laki itu mendongakan kepalanya.
glup
sontak ia meneguk ludah nya kasar.
matanya tak kunjung berkedip saking takutnya."ti----ti-----tidak saejang a--aku tidak melihat apapun." ia berusaha mengelak.
kedua tangannya dan kaki nya memucat. aliran darah yang sedang berjalan seolah berhenti.
"ah begitu." tarikan bibir itu tak kunjung luntur. ia pun mengeluarkan sebuah benda dari saku kantongnya dan mendekatkan benda itu kearah anak lelaki itu.
"ku---ku--kumohon saejang maafkan aku. jangan bunuh aku. aku janji tidak akan memberitahu siapapun. aku janji saejang."
ucapnya sembari bersujud di kaki sang 'saejang' itu.
sang saejang memandangnya bosan.
senyumannya luntur. tarikan bibir itu perlahan turun, tergantikan dengan garis bibir yang datar.
"ah jadi kau melihatnya?" ucapnya dengan nada yang dibuat seolah-olah kecewa.
anak lelaki itu pun mendongak,
"ti--tidak maksudku i---iya --ups"
sontak ia membekap mulut nya sendiri karena jawaban tidak bergunanya itu.
"turun."
"hah?"
anak lelaki itu menelan ludah kasar. mencoba menyaring maksud kalimat yang baru saja, sang saejang itu katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
my perfect brother [samuel x somi]
Gizem / Gerilimkau milikku. sampai kapanpun. write in bahasa