9 : be with you

1.9K 53 0
                                    

Mereka pun cukup bersenang-senang saat fiting untuk pernikahan mereka. Mila yang sekarang sudah benar-benar menerima Gio apa adanya, dan Gio yang siap untuk menjaga Mila apapun keadaannya.

Saat mereka di dalam mobil sambil berjalan-jalan ...

"Mil ..."
"Hmm ?"
"Mau tanya boleh ?"
"Tanya aja" jawab Mila menatap Gio yang sedang menyetir.

"Ga jadi lah"
"Ish kamu nyebelin banget sih !" teriak Mila pada Gio
"Tuh kamu emang ga berubah ya , sama aja kaya waktu SMA"
"Ih apaan sih kamu"
"Hahaha , kamu mau kemana ga ?"
"Ke tempat undangan ? Kayanya kita harus ngurusin buat undangan"

Entah kenapa , Gio mendengarnya sangat senang sekali. Mila yang awalnya menolak pernikahan ini , malah sekarang Mila seperti benar-benar suka sekali menyibukkan dirinya dengan menyiapkan pernikahan ini.

Saat mereka di tempat undangan , mereka berdua melihat-lihat bentuk undangan apa yang mereka suka.

"Permisi ... Ada yang bisa saya bantu ?" tanya seorang karyawan di tempat itu.
"Hmm ... Saya lagi cari-cari dulu" jawab Gio

"Kalau boleh saya tahu , konsep pernikahan mas sama mba nya apa ya ? Biar saya carikan yang sesuai" ujar karyawan tersebut.

"Hmm konsep nya sih biru putih" jawab Mila

"Oh kebetulan kami baru saja memproduksi kartu undangan yang baru sesuai dengan konsep pernikahan mas sama mba nya , sebentar saya ambilkan ya" Karyawan tersebut pun meninggalkan mereka berdua untuk mencarikan kartu undangan yang cocok.

Tak lama karyawan itu pun kembali ...

"Ini mba , mas" Karyawan itu memberikan kartu undangan dengan dominasi warna putih dan biru, sangat indah. Bentuk nya sederhana tapi terkesan mewah.

"Gio .. Ini bagus ga ?"
"Bagus kok. Kamu mau yang ini ?"
"Mau sih , tapi kalo kamu ga mau juga gapapa"
"Ya aku sih asal kamu suka aja, aku juga suka" jawab Gio dengan lembut.
"Ya udah deh ini aja. Mas ini aja ya" ujar Mila pada karyawan tersebut.

"Mari ikut saya dulu mba , mas. Buat isi tulisan di kartu nya nanti" Mereka pun mengikut karyawan dan tersebut dan menulis apa saja yang akan di cetak nanti di kartu undangan tersebut.

"Udah nih, mas" ujar MIla

"Kira-kira berapa ya saya harus cetak nya ?"
"Seribu aja"

"Seribu ?! Ga salah Mila ?" tanya Gio tidak percaya
"Gatau , tadi papa aku bilang kalo bikin undangan nya seribu , gitu"
"Ga kebanyakan ?"
"Gatau juga"

"Jadi seribu ya mba ?" tanya karyawan itu
"Iya seribu. Bayar aja sekarang ya" ujar Mila sembari mengeluarkan kartu kreditnya.

Tapi , tangan Gio menahan nya.

"Kok kamu yang bayar ? Aku aja yang bayar"
"Ssssttt tenang aja , Papa ngasih aku kartu kredit ini khusus kita berdua buat keperluan nikah nanti"

"Sampe segitu nya ?" tanya Gio tidak percaya
"Ya aku juga gatau, tiba-tiba Papa ngasih kartu ini buat kita berdua pas tadi sebelum pergi"
"Ya ampun"

"Ini mas kartu nya" Mila memberikan kartu itu pada karyawan tersebut

"Total nya dua juta lima ratus ya. Terima kasih" ujar karyawan itu sembari memberikan kartu kredit pada Mila.

"Kira-kira nanti saya yang ambil barang nya atau gimana ?" tanya Mila
"Nanti sama saya langsung di antar ke alamat mba nya aja. Tadi sudah isi identitas kan ya ?"

"Oh ya sudah kok. Baiklah , makasih ya mas"

Hari menjelang malam , mereka masih tetap saja berkeliaran untuk mengurusi masalah pernikahan mereka itu. Dari mulai hotel sampai souvenir semuanya sudah di urusi dengan baik, dan masalah keamanan pun sudah di urusi , karena mereka takut terjadi apa-apa saat pernikahan nya nanti mengingat Mila yang di ancam oleh Kevin dengan seram nya.

Saat mereka di dalam mobil ...

"Mila , kita pulang ya , ini jam 10 loh. Besok lagi kita cari yang lain buat EO nya" ujar Gio sembari menyetir.

Tidak ada jawaban ... Sangat hening ...

Gio pun menoleh ke kursi sebelah, melihat sang pujaan nya seang tertidur pulas dengan damainya. Ia melihat satu persatu pernak-pernik yang ada di wajahnya.

Cantik

Kata itu yang selalu ada di dalam pikiran dan hatinya saat melihat wajah sang calon istri.kadang, terbesit dalam pikiran nya jika benar-benar beruntung memilki Mila di dalam hidupnya, walau ia pernah menolak takdir tersebut 10 tahun yang lalu. Tapi , ia bersyukur kepada Tuhan karena takdir nya itu tidak ddi hilangkan oleh Sang Maha Kuasa.

Ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang Dia telah berikan dalam hidupnya. Ia tidak mau kejadian yang dulu terulang lagi karena ulahnya sendiri. Ia janji , ia akan menjaga dan mencintai Mila sampai akhir hayatnya nanti.

Tak lama , mereka pun sampai di rumah Mila. Gio berhati-hati saat ingin membangunkan Mila di dalam tenangnya.

"Mil ... Mila .. Kita udah nyampe nih" bisiknya
"Hmm?" Mila pun sedikit membukakan matanya, tapi alhasil, ia tertidur lagi.

"Mila ... Udah nyampe di rumah kamu" bisiknya lagi.
"Aku masih ngantuk Gio" ujarnya
"Mau tidur dulu di mobil ?"

Mila pun langsung duduk dengan tegak dan ia terdiam untuk mengumpulkan "nyawanya"

Gio pun terkekeh melihat tingkah Mila yang seperti itu. Karena ia tidak pernah melihat wajah Mila yang seperti itu.

Setelah ia sadar, Mila pun membuka tas nya untuk mencari kunci rumahnya sendiri.

Ia tetap mencari. Ia cukup panik karena kunci nya tidak ada di dalam tas nya.

"Kenapa , Mil ?"

Tiba-tiba saja mata Mila menatap wajah Gio dengan penuh ketakutan.

"Kenapa kamu Mila ?" tanya Gio bingung

"Huwaaaaaa .... Gio !!! Kunci nya ilang , gimana dong ?!" tangis Mila tiba-tiba pecah. Ya , memang jika Mila ketakutan , yang ia lakukan ialah menangis.

"Hushh hushh ... Jangan nangis gitu. Coba kamu tenang nyari kunci nya , pasti dapet kok" jawab Gio menenangkan nya.

Mila pun berusaha mencari lagi kunci rumah nya tersebut dengan tenang.

Alhasil , sia-sia yang dilakukan nya. Benar-benar tidak ada.

"Tetep ga ada , Gio. Terus aku harus gimana ?" tanya Mila bingung.

"Eumh ... Tidur di rumah aku ?"
"Hah ? Tidur di rumah kamu ?!"

.
.
.
huhu maapkan author yg update nya lama ya :( , dan part ini juga kayanya garing banget. Maapkan yaaa

Want You to Stay (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang