Hari yang di nantikan pun tiba. Perjodohan yang di awali dengan ketidakmauan itu pun terjadi. Awalnya aku tidak mau melakukan perjodohan, tapi karena Gio berhasil merebut hati ku, perjodohan ini pun berlangsung.
Di ruangan ku, aku berdiam diri, berusaha untuk menenangkan perasaan gugup ku sekarang. Teman-teman ku dan para sahabat wanita ku berusaha untuk menenangkan ku.
"Tenang aja, Mil. Gua dulu pas married gugup juga kok, tapi itu sih biasa ya"
"Iya, Mil bener""Ih tapi tetep aja gua deg-degan banget nih"
"Tenang aja napa" ujar teman-temannya pada nya."Pengantin perempuan siap ya" teriak salah satu crew untuk pernikahan Mila.
"Woah woah, bentar lagi nih, Mil"
"Apaan sih lu, jangan bikin gua makin tegang coba"
"Hahaha maaf ya"Teman-temannya berusaha untuk membantu Mila berdiri dan mengantar ke tempat dimana pernikahan yang sakral akan berlangsung.
Tak terasa, Mila pun sampai di depan pintu masuk gereja. Ayahnya sudah siap untuk mengantarkan Mila pada sang calon suami. Entah mengapa air mata tiba-tiba saja membasahi pipinya, ayahnya pun begitu.
"Pa.." tiba-tiba saja Mila memeluk badan ayahnya yang lebih besar dari pada dirinya.
"Sudah sudah, ini kan hari bahagia kamu. Kamu ga boleh nangis, sayang" ujar ayahnya
"Makasih ya, pa" ayahnya pun mengangguk dan memegang tangan Mila untuk masuk ke dalam gereja dan menghampiri altar.
"Ayo kita masuk" Suara tepuk tangan memenuhi seluruh gereja saat pintu di buka. Terlihat seorang putri sehari datang dengan ayahnya menghampiri sang pangeran yang sedang melihat mereka berdua berjalan ke arah altar.
Mengagumkan.
Itulah kata yang ada di otak Gio terus menerus. Ia terus terpaku pada kecantikan Mila dengan balutan wedding dress berwarna putih nya tersebut."Ku titipkan anakku padamu" bisik Ayah Mila pada Gio saat ia memberikan tangan Mila pada calon menantunya tersebut.
Gio menjawab dengan anggukan yang mantap, seperti ia akan selalu menjaga Mila seumur hidupnya.
Sang pendeta memulai acara yang sangat sakral ini. Sang pendeta pun bertanya pada mereka masing-masing apakah mereka siap menerima pasangan mereka dalam suka dan duka. Dan mereka pun menjawab dengan sangat mantap. Di situlah kehidupan mereka bersama di mulai.
---
Tak terasa, pernikahan mereka telah berjalan satu minggu. Mereka memikirkan tentang honey moon mereka, rumah mereka, dan berapa anaknya nanti.Memang sekarang mereka belum mempunyai rumah baru yang akan mereka tinggali bersama nanti. Untuk beberapa hari ke depan, mereka berdua akan tinggal sementara di rumah Gio.
Saat malam santai, mereka berbincang-bincang sembari menonton televisi.
"Mila..."
"Hm?"
"Kira-kira kamu mau rumah atau apartement?"Mila terkejut dengan pertanyaan yang suami nya lontarkan itu.
"Kenapa kamu nanya kaya gitu?"
"Ya gapapa sih, aku cuman mau tahu aja kalo kamu lebih suka nya kemana"
"Aku lebih suka rumah, karena kalo kata aku apartement kecil, apalagi nanti kan anak kita banyak" canda Mila"Memangnya kamu mau anak nya berapa?"
"Sepuluh!"
"Banyak banget"
"Ya kan aku yang ngelahirin lah, jadi aku juga mau"
"Ya deh terserah kamu. Besok kita lihat-lihat rumah di komplek yang baru itu ya"
"Memangnya kamu udah ada duit?"
"Ya aku sebenernya dari beberapa tahun yang lalu, nabung untuk masa depan aku nanti. Dan aku pikir ini waktunya aku pake tabungan aku buat keluarga kita nanti""Oh my God! Kamu kok sweet banget sih" Mila pun berhamburan memeluk badan kekar suami nya itu.
"Ga usah kaya gitu. Buat masa depan kita juga kok"
"Makasih ya sayang"Keesokan hari nya mereka pun pergi untuk melihat rumah baru mereka.
Tak lama mereka pun sampai di kantor pemasaran.
"Permisi.." ujar Gio
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
"Saya mau lihat rumah"
"Oh sebentar ya" Receptionist itu pun menelepon seseorang."Bapak boleh tunggu aja di sana, nanti bos saya akan datang menemui, Bapak"
"Terima kasih"
"Sama-sama, Pak"Tak lama mereka menunggu...
"Oh hey, Gio"
"Kaitlin?!""Dia siapa, Gio?"
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Want You to Stay (complete)
Teen FictionMila Michelle , seorang gadis yang menyukai seorang pria yang pendiam , maskulin , dan memiliki kharisma yang tidak terkalahkan , tapi sayangnya pria itu menolaknya mentah-mentah. Tetapi, 10 tahun yang datang keajaiban pun terjadi pada mereka masin...