"Omg my baby Fanya, lo kenapa? daritadi pagi kayak nggak ada semangat hidupnya banget," tanya Tasya sambil memegang kepala Fanya.
"Gue gapapa kok. Kalau mau kebawah, kebawah aja gue nggak laper," kata Fanya sambil membenarkan posisi duduknya.
"Yaudah kalau gitu kita ke bawah ya. Kalau bosen dikelas ke bawah aja, kita dikantin oke?" kata Sarah. Fanya hanya mengangguk dan kembali tiduran dimeja. Tetapi sesaat kemudian, dia sadar bahwa Alan juga tidak keluar.
"Ngapain lo dikelas?"
"Nyadar juga lo gue nggak kebawah. Gue nggak laper."
"Yaiyalah lo kan di sebelah gue. Oh iya nggak usah ngikutin alesan gue deh sok-sok nggak laper. Perut lo kan perut karet."
"Yee pengen banget diikutin? tapi sebenernya gue laper sih tapi pengen dikelas aja soalnya ada bidadari dikelas."
"Hah? bidadari apaan coba? dasar daydreamer."
"Hehee ya gue mau nemenin lo aja dikelas. Nanti kalau ada apa-apa kan jadinya ada gue."
"Najis amit-amit deh mending ditemenin pocong. Udah ah gue mau kebawah. Males ada lo dikelas."
Fanya langsung bangun dari tempat duduknya dan meninggalkan kelas tanpa berpikir omongannya tadi.
Alan juga ikut keluar kelas mengikuti Fanya. Fanya sudah bodo amat dengan Alan karena dia tidak mau sampai membuat keributan lagi dan membuat orangtuanya dipanggil untuk yang ketiga kalinya.
Fanya benar-benar mencoba untuk tidak membuat masalah dalam waktu dekat ini. Tetapi arti tidak membuat masalah untuk Fanya adalah tidak bertengkar tonjok-tonjokkan atau sebagainya yang buat kekasaran.
Ngerjain orang itu sudah benar-benar seperti sifat dasar Fanya. Bagaimanapun dia menutupinya dan berusaha untuk tidak melakukan itu tetapi tetap saja seperti ada yang tidak lengkap untuk Fanya jika tidak mengerjai orang.
Fanya sengaja menabrakkan dirinya ke Asya yang sedang membawa minuman dan membuat baju Fanya terkena sedikit.
Asya benar-benar takut sudah menabrak Fanya padahal tadi dia sudah mencoba untuk minggir tetapi malah tetap ditabrak Fanya.
"Aduuh kamu gimana sih. Makanya kalau jalan diliat dong!" Fanya memulai aksinya.
"Ma-maaf Kak, aku nggak liat."
"Maaf? udah ngotorin baju gue gini dan lo cuma minta maaf?"
"I-iya terus Kakak mau aku ngapain?"
"Gini aja, lo nyanyi ditengah kantin depan semua anak. Anggap aja itu sebagai permintaan maaf yang pantes."
"Ta-tapi, Kak aku nyanyi apa?"
"Terserah lah. Kreatif kek. Udah sana buruan. WOY INI ASYA BAKAL NYANYI! YANG MASIH NGOBROL TOLONG DIEM DAN DENGERIN."
Asya adalah anak kelas sepuluh yang benar-benar tidak bisa bernyanyi dan suaranya sangat jelek, sejelek-jeleknya suara orang bernyanyi. Jadi, Fanya sengaja melakukannya agar dia malu.
Terdengar suara Asya keseluruh kantin. Asya mulai bernyanyi dan dia menyanyikan lagu Brave - Sara Bareilles. Tidak tau kenapa Asya memilih lagu itu.
Fanya hanya bisa menahan tawanya ketika Asya mulai bernyanyi dan melihat ekspresi orang-orang dikantin yang sepertinya usah enek mendengar suara Asya walaupun dia baru saja bernyanyi.
"Gue maafin lo," kata Fanya sambil bertepuk tangan dan tersenyum sinis setelah Asya selesai bernyanyi.
"Makasih, Kak," Asya menunduk dan langsung pergi keluar kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemakers
Teen FictionKetika benci menjadi cinta yang bertepuk sebelah tangan. Dan ketika benci menjadi cinta yang datang terlambat.