Eighteen

11.5K 637 1
                                    

"Fanya, tidur ya? Fanya? bangun sayang," kata Anya membangunkan Fanya.

Fanya membuka matanya perlahan. "Kenapa, Ma?"

"Ada yang nyariin kamu," kata Anya lagi lalu menghampiri Fanya.

Fanya mengerutkan dahinya. "Siapa?"

"Liat aja sendiri. Kamu nggak ganti baju dulu? masa masih pake seragam?" tanya Anya.

"Gapapa lah, Ma. Emangnya siapa sih yang nyariin?" kata Fanya lalu mendudukkan dirinya.

"Mending kamu turun deh. Kasian dia nungguin," kata Anya lalu berjalan keluar.

Fanya langsung berdiri dari kasurnya dan berjalan ke kamar mandi untuk membasuh mukanya. Dia keluar kamar dan melihat seseorang yang mencarinya sedang duduk di sofa. Sudah tertebak olehnya siapa seseorang itu.

"Ngapain lo kesini?" tanya Fanya sambil menuruni tangga.

Alan menengok. "Kok gitu banget sih? bukannya di sapa malah langsung nanya gitu."

"Ya, sorry. Hai," kata Fanya lalu duduk di samping Alan.

Alan terkekeh. "Hai juga. Gue cuma pengen ketemu lo aja. Sekalian mau minta maaf."

Fanya mengerutkan dahinya. "Minta maaf?"

"Iya, tadi udah berantem depan lo gitu," kata Alan lalu keduanya terdiam ketika melihat Anya membawakan minuman untuk keduanya.

"Tadi kan lo udah minta maaf di LINE," kata Fanya setelah Anya pergi.

"Ya, minta maaf lagi kan apa salahnya? lagian gue juga mau ketemu lo lagi. Tadi di sekolah gue kebawa emosi, jadi ngeliat lo nya kurang," kata Alan sedikit menggombal.

Fanya memutar kedua bola matanya. "Apaan sih lo. Jiji gue dengernya."

Alan tertawa. "Oh iya, lo tau nggak kenapa tadi gue bisa kayak nuduh Al yang ngempesin ban gue?"

Muka Fanya langsung berubah serius. "Kenapa?"

"Kemarin malem, gue sama orangtua gue pergi makan malem di luar. Terus pas gue pulang, tiba-tiba kayak ada yang ngikutin gue gitu tapi gue nggak tau itu siapa. Terus kan gue sampe rumah dan gue masuk ke dalem kan tapi ternyata handphone gue masih di dalem mobil. Nah, pas gue keluar itu gue ngeliat kayak ada orang yang jongkok di depan ban mobil gue yang belakang gitu kan terus gue mulai curiga tapi masih gue diemin.

"Gue masuk ke dalem tapi langsung lari ke kamar dan ngeliat dia dari jendela. Tempat parkir mobil gue itu emang keliatan kalau dari jendela kamar. Gue yakin banget itu Al. Dari postur tubuhnya dan cara dia jalan keluar bener-bener sama banget. Dan yang bikin gue tambah yakin itu pas dia nengok ke belakang. Itu beneran Al, mukanya sama persis dan setau gue dia nggak punya kembaran," cerita Alan panjang lebar.

Fanya menganggukkan kepalanya. "Jadi, lo ngeliat langsung orang itu dan lo yakin kalau dia Al?"

"Iya, yakin banget. Terus bener kan dia ngejemput lo. Yaudah, jelas banget itu dia," kata Alan lalu meminum minumannya.

"Tapi kenapa dia ngelakuin itu?" tanya Fanya lagi.

"Karena dia suka sama lo, Nya. Dia sendiri yang bilang sama gue. Waktu gue nanya-nanya tentang lo ke dia, gue juga sempet nanya dia suka atau nggak sama lo dan dia bilang dia emang ada perasaan sama lo. Tapi waktu itu dia bilang kalau dia nggak yakin sama perasaannya dan malah ngedukung gue sama lo," kata Alan.

Fanya mengerutkan dahinya. "Oh gitu. Tapi, emang bener kalau lo yang ngempesin ban mobilnya?"

Alan menggeleng. "Nggak, beneran deh. Gue juga nggak tau siapa yang ngempesin bannya dia. Pas gue ketemu lo tadi itu gue bener-bener baru keluar kelas."

TroublemakersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang