Hari ini sudah tiga hari setelah Alan dan Fanya bertemu di restoran. Sudah tiga hari setelah Alan mencoba mencium Fanya tetapi selalu ada gangguan.
Hari ini akan di bagikan nilai-nilai hasil tes yang sudah di kerjakan selama dua hari kemarin. Namun kelas baru akan dimulai Senin depan.
Fanya melihat kertas yang berada di atas mejanya. Dia yakin bahwa itu adalah kertas tes kemarin. Dia langsung melipatnya dan memasukkannya ke dalam tas.
Fanya tidak peduli berapapun nilai yang di dapatnya. Dia yakin nilainya akan jelek karena dia tidak belajar sama sekali dan juga banyak yang dikerjakan dengan tidak serius.
Gapapa deh masuk kelas bawah juga. Jadi nggak usah cape-cape belajar buat ngejar peringkat doang. Batin Fanya sambil berjalan keluar.
"Fanya! mau kemana?" tanya seorang perempuan. Nata.
Fanya berbalik badan. "Kebawah. Ikut yuk."
Nata berlari mendekati Fanya. "Yuk! yang lain pada males kebawah. Oh iya, nilai-nilai lo berapa aja?"
"Nggak ngeliat. Paling jelek. Lo gimana?" kata Fanya melihat Nata.
"Oh. Gue jelek gila. Malemnya gue nggak belajar sama sekali. Males banget cuma kelas doang. Malah gue pengen di kelas bawah gitu jadi nggak usah repot-repot belajar cuma buat peringkat," jelas Nata panjang lebar.
"Iya sama kok. Gue juga nggak belajar sama sekali. Ya, semoga kita sekelas ya, Nat," kata Fanya menyenggol tangan Nata lalu memesan minuman.
Fanya dan Nata mengobrol di kantin. Sedangkan yang lain hanya duduk-duduk di depan kelas.
Tidak lama kemudian, Alan dan Gilang mendatangi dan duduk di depan Fanya dan Nata.
"Ngapain lo?" tanya Nata ketika melihat mereka duduk di depannya.
"Ya, duduk lah. Gapapa kan kalau gabung?" jawab Gilang. Sedangkan Alan meminum minuman yang di bawanya
"Gapapa. Oh iya, kan ada yang udah jadian ya," Nata terkekeh sambil melihat Fanya dan Alan.
Fanya melirik Nata sinis. "Siapa yang jadian sih? harus berapa kali gue bilang kalau kita nggak jadian?"
Nata tertawa. "Kita ya, Nya. Kita."
Fanya memutar kedua bola matanya. "Gue sama Alan."
Gilang ikut tertawa. "Udah lah. Ngaku aja kali. Perasaan nggak ada yang bisa menahan."
"Siapa yang ada perasaan sama dia sih?" kata Fanya menunjuk Alan.
"Alah. Nggak usah muna deh, Nya. Buktinya sampe mimpiin gue gitu apa itu tandanya bukan suka? atau mungkin cinta kali ya?" ledek Alan yang dilanjutkan dengan pukulan Fanya yang mendarat tepat di tangan kanan Alan.
"Hah? demi apa?" tanya Gilang dan Nata bersamaan.
"Kompak banget deh kalian. Jadi tuh Fanya mimpi kalau--" dengan cepatnya, Fanya langsung menutup mulu Alan.
Gilang dan Nata langsung tertawa terbahak-bahak melihat Alan dan Fanya. Mereka berempat mengobrol tentang banyak hal. Sampai tidak mendengar bel masuk kelas.
Mereka memang pindah ke taman belakang. Bel sekolah memang tidak terlalu terdengar sampai tempat itu apalagi mereka sedang tertawa-tawa.
"Eh tumben banget istirahatnya lama," kata Gilang di tengah-tengah perbincangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemakers
Fiksi RemajaKetika benci menjadi cinta yang bertepuk sebelah tangan. Dan ketika benci menjadi cinta yang datang terlambat.