Sixteen

11.6K 662 2
                                    

Haaai maaf ya baru bisa ngepost malem-malem hehe. Makasih yang udah baca dan ngevotes!!

Sebenernya masih nggak tau bakal sampe chapter berapa tapi mungkin ini bakal sampe chapter 20an tapi nggak sampe 30an. Kedikitan nggak? atau malah kebanyakan?

Yaudah selamat membaca readersku yang setia!:b

**********

Pagi ini sudah hari ke-83 Fanya bangun pagi untuk berangkat ke sekolah di semester dua. Tetapi, hari ini Fanya merasakan perasaan yang tidak begitu enak, entah kenapa. Mungkin akan ada sesuatu buruk yang akan terjadi. Tetapi, tidak tau juga.

Fanya tidak memikirkan perasaan yang tidak jelas itu. Dia berjalan keluar rumah untuk menunggu jemputan dari Alan. Sudah hampir 10 menit dia menunggu tetapi masih tidak ada tanda-tanda kedatangan Alan.

"Hai. Belum di jemput Alan?" tanya seseorang tiba-tiba dari depan gerbang rumah Fanya.

Fanya langsung menengok ke sumber suara tersebut. "Hai, Al. Iya belum, nggak tau nih dia kemana."

"Yaudah, bareng gue aja yuk. Daripada nanti telat terus dihukum kayak waktu itu," kata Al menawarkan tumpangan.

Fanya berpikir sebentar. "Yaudah deh."

Fanya segera membuka handphonenya lalu mengetik sebuah pesan untuk Alan.

Fanya: Lan, nggak usah jemput gue. Gue udah bareng Al.

Alan: Iya. Sorry nggak bisa jemput. Ban mobil gue kempes terus gue nggak boleh pake motor dulu jadi bareng sama bokap.

Fanya: Iya, gapapa.

Alan: Yaudah, hati-hati ya.

Fanya: Iya. Lo juga.

Fanya mematikan handphonenya. Seperti ketika pertama kali di jemput Alan, Fanya tidak memulai percakapan terlebih dahulu.

"Alan kenapa?" tanya Al.

"Katanya ban mobilnya kempes jadi nggak bisa jemput," jawab Fanya sambil melihat ke arah Al.

Al menengok Fanya sebentar. "Oh, emang motor dia kemana?"

"Ada, tapi katanya dia lagi nggak dibolehin naik motor gitu jadi dia bareng sama papanya gitu. Nggak tau deh," kata Fanya lalu mengangkat bahunya.

Al menganggukkan kepalanya. "Dia nggak ngabarin lo sebelumnya apa gimana?"

Fanya melirik Al lalu melihat keluar jendela. "Nggak ngabarin. Lupa kali."

"Masa setiap hari jemput bisa lupa," kata Al lalu terkekeh.

Fanya tertawa. "Ya, bisa aja. Gue kan cuma satu dari berapa ratus cewe yang ada di otaknya."

TroublemakersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang