Neuron berharap keberuntungan datang

133 25 2
                                    

Anda pernah mendengar kata-kata motivasi, yang menghimbau agar tidak mengharapkan keberuntungan dan terus berjuang? Memang benar, anda sebaiknya tidak terlalu mengharapkan keberuntungan. Bukan karena keberuntungan itu tidak ada, tapi karena tidak ada gunanya berharap.

Keberuntungan itu nyata. Hidup ini adalah permainan dadu. Kebetulan bisa datang kapan saja. Kecuali anda percaya pada takdir. Walau takdir itu tidak pernah adil.

Keberuntungan adalah hukum alam. Dia acak. Tidak seimbang. Tidak adil. Ada orang yang lebih beruntung dari orang lain. Ada yang selalu sial. Ada ikan dalam lautan yang mati karena lingkungan yang tercemar, dan ada yang hidup sejahtera dalam iklim yang baik.

Ada manusia yang miskin dan kelaparan. Hidup di tengah pertikaian keluarga. Di tengah perceraian dan siksaan fisik. Ada yang hidup sejahtera. Dengan uang yang cukup, keluarga yang baik, teman dan kerabat yang ramah dan siap membantu.

Seseorang yang beruntung mungkin punya kesempatan lebih, memperoleh ilmu yang lebih, sehingga punya kecerdasan dan ketrampilan yang lebih. Dan menjadi orang yang lebih sukses.

Kemudian mereka bisa menjadi motivator hanya untuk mengatakan bahwa mereka tidak beruntung. Kesuksesan mereka didapat dari kerja keras.

Tapi benarkah mereka tidak beruntung?
Kerja keras? Apakah benar dia bekerja sangat keras melebihi orang lain? Lihatlah para kuli bangunan, para petani dan nelayan yang bekerja mulai subuh, atau para pekerja kantor yang mungkin terus bekerja hingga jatuh sakit.

Tanpa keberuntungan, kerja keras kita tidak akan ada artinya. Kisah sukses inspiratif yang anda dengar tentang orang yang mulai dari bawah, dari kondisi yang sulit, mungkin sangat jarang terjadi. Kisah sukses itu hanya datang dari beberapa orang saja. Namun ada jutaan orang lainnya yang berjuang sama kerasnya, namun masih belum beruntung.

Bagaimana kondisi anda yang sekarang? Apakah anda bisa menikmati duduk di kursi mobil, sambil memegang hape canggih? Coba lihat sekitar, ke arah orang-orang yang sedang bekerja keras untuk melayani anda. Pegawai toko, tukang parkir, atau bahkan orang-orang yang berjualan di tengah jalan. Coba lihat ke arah teman-teman anda, yang mungkin sedikit nakal, yang kurang bisa mengikuti pelajaran sekolah. Mungkin mereka tidak punya kesempatan untuk ditempatkan pada bimbingan belajar. Bahkan mungkin mereka harus bekerja keras sehingga tidak punya waktu belajar. Mungkin mereka lahir di lingkungan yang kurang sehat, banyak berandalan, dan asap rokok yang bertebaran. Andaikan mereka di tempatkan di keluarga yang baik dan berkecukupan, punya waktu dan kesempatan untuk belajar lebih, mungkin mereka bisa melebihi pencapaian anda.

Jika anda memahami ini, maka akan sulit bagi anda untuk meremehkan kerja keras orang-orang yang hidupnya lebih sulit dari anda. Karena sesungguhnya mereka bukan pemalas. Mereka mungkin kurang cerdas karena mereka tidak mendapat kesempatan menimba ilmu lebih. Mereka mungkin kurang terampil karena mereka tidak punya sumber daya yang memadai untuk belajar dan berlatih. Kita semua tidaklah lebih hebat dari mereka, kita hanya lebih beruntung.

Para Neuron LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang