Chapter 01

3.8K 283 18
                                    

"I wish not to tell you how I feel. I choose silence so that you leave.

Kiss me goodbye and set me free..."

Sanhita Baruah

Aku hanyalah pria biasa yang tidak memiliki banyak kelebihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku hanyalah pria biasa yang tidak memiliki banyak kelebihan. Namun ia membuat diriku merasa sangat special ketika aku tidak merasakannya. Aku bukanlah orang yang mudah membuka perasaanku atau lingkup baru dengan orang yang baru. Namun ia memaksanya.

Mungkin ini sudah jalannya. Mungkin juga sudah waktunya membuka diriku sendiri. Tertarik atau tidak tertarik,nyatanya aku dan dirinya sudah bersama cukup lama. Kata terbiasa sudah mendarah daging sekarang.

Selain itu, aku harus bertanya pada diriku; 

Apa aku menyukainya? Apa aku membutuhkannya? Apakah dia orang yang aku butuhkan dihidupku? Apakah begini saja cukup? 

Aku tetap harus menanyakan semuanya pada diriku sendiri. Berkali-kali, dan terus seperti itu.

oOo

"Yoongi-ya!!"

Seorang gadis berjalan dengan anggun ke arahku. Aku menatapnya dengan malas. Lalu mengalihkan perhatianku ke teman-temanku kembali.

"Perempuan berisik..." Decakku sebal.

Hoseok berdecak dan melipat tangannya. "Jangan begitu, kalau ia pergi, tahu rasa kau"

"Kenyataannya memang begitu" Kataku lagi. Mereka mengerjapkan matanya.

Aku kasar? Well, sepertinya sejak aku lahir sudah begini.

Aku tidak tahu bagaimana lagi.

"Tutur katamu tolong dijaga, Yoongi" Ujar Seulgi sembari menatapku tajam.

"Tidak ada dia pun tidak masalah" Kilahku sembari menatap ke gadis yang berjalan pelan ke arah kami.

Ia semakin mendekat dan kami semua hanya mengulum kembali ucapan kami dan memilih mengarahkan pandangan kami ke perempuan yang menjadi kekasih terpaksaku hampir tiga tahun ini. 

Terpaksa? Ya itu adalah kata yang tepat untuk menjelaskan hubunganku dengannya.

Kim Yewon.

Di tahun pertama, ia tiba-tiba mendekatiku dan mengatakan bahwa ia menyukaiku. Ia terus saja mengikutiku dan mengatakan bahwa ia sangat menyayangiku berkali-kali, bahkan dalam sehari. Kiranya aku akan luluh; salah. Aku malah muak melihatnya.

Hingga dibulan ke tiga, akhirnya aku terpaksa menerimanya. Namun aku tidak mengerti, apakah selama hampir tiga tahun ini aku menjalani semua dengan terpaksa? Atau hanya menjalani yang ada?

"Hai semua" Sapanya ramah.

Ia memang selalu seperti itu. Oleh karena itu Yunhyeong menyukainya. Mungkin ia tidak pernah mengatakannya pada siapapun. Tapi aku tahu itu. Ia menyukai kekasihku.

Yunyeong dan Yewon sebenarnya sangat cocok. Tapi terkadang ada hal yang aneh.

Sudahlah. Jangan dibahas.

"Membawa bekal?" Tanya Yunhyeong dan ia mengangguk. "Menu kalian apa hari ini?" imbuhnya

Yewon tersenyum. "Yoongi's favorite" Katanya, sambil mengangkat tas bekalnya

"Lalu favorite mu apa?" Tanya Jungkook dengan nada yang mengejek. Aku tahu bocah ini mengejekku. Selalu, dan selalu seperti itu.

"Min Yoongi!"

Jawaban spontan Yewon membuat kami semua tertawa. Ralat, kecuali aku. Aku hanya tersenyum secukupnya. Karena memang tidak ada hal yang harus dibanggakan dari ucapannya.

Semua orang tahu bahwa ia sangat menyayangiku. Teramat sangat.

Kami sudah berada ditahun ke tiga. Jadi penting bagi kami untuk belajar sebanyak dan sekeras yang kami bisa agar bisa masuk ke Universitas yang kami inginkan.

Maaf saja, pendidikan di Korea Selatan adalah salah satu yang terbaik. Jadi karena title itu lah kami semua sebagai siswa harus berusaha dengan sangat keras, danjuga sangat gila agar bisa memenuhi ekspektasi keluarga kami.

oOo

Kami berdua duduk di ruang makan dengan bekal yang disiapkan oleh Yewon.

Aku risih.

Bukan karena Yewon, bukan juga karena makanannya. Tapi karena puluhan pasang mata siswa laki-laki yang menatap kami. Beberapa bulan terakhir mereka semakin intens menatap kami, terutama Yewon. Maksudku, jika mereka ingin mendekati Yewon, ya lakukan saja. Asal tidak dihadapanku. Aku malas berdrama dan akhirnya harus menjawab pertanyaan Yewon.

'Kau menyayangiku, kan?'

Dan dengan helaan napas yang tersisa, aku hanya bisa tersenyum dan mendecak sedikit. Jika suasana hatiku sedang baik, mungkin aku akan membelai wajah mungilnya. That's all.

"Apa hari ini kelasmu akan mengadakan kelas tambahan lagi?" Tanya Yewon sembari memberikanku sepotong sandwich Tuna buatannya.

"Iya. Kau pulanglah duluan"

"Apa aku tidak bisa ikut belajar?"

Aku menatapnya datar. "Kau sudah cerdas. Tidak perlu ada tambahan"

Seakan tidak puas dengan jawabaku, ia mengerucutkan bibirnya dan memilih menundukkan kepalanya, menatap ponselnya sendiri. 

Salah lagi aku.

'Kenapa perempuan selalu berlebihan saat menanggapi ucapan kekasihnya? Ini hanya aku atau memang kenyataannya begini?'

"Besok kan kita bertemu lagi." Kataku sembari mengangkat dagunya. Memaksa matanya menatapku.

Aku benar kan? Besok aku masih sekolah, begitupula dia. Jangan terlalu melankolis. Lagi pula aku sudah tidak punya ide untuk menenangkan kekesalannya.

"..Yewon. Makan makananmu." Kataku sembari mengarahkan sandwich ke mulutnya.

Ia tersenyum, dan mengigit sandwich itu cukup besar. Ia lapar, dan akhirnya sandwich itu pindah ke tangan Yewon.

"Yoongi..."

"Ya?"

"Aku menyayangimu" Katanya dengan semangat. Aku tersenyum.

"...Sangat!" Imbuhnya sembari membentuk lambang hati dengan jemarinya.

"Aku tahu"

Kami kembali melahap makan siang kami. Ia pun kembali ceria seperti biasa. Mulai bercerita tentang apa yang terjadi dipagi ini dengan sangat semangat. Ya, mau tidak mau, aku tetap mendengarkannya sembari makan siang. Seperti rutinitas.

Kadang aku bertanya pada diriku sendiri; 

apa ini benar yang aku inginkan?



Chapter 01

20 Januari 2018



🍁🍁🍁

anyone miss Sumji?

I will write my simple story here. 

Again. Using my own experience ;)

[COMPLETED] I WILL TRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang