Chapter 08

1.5K 159 27
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku hanya terdiam membisu disini, setelah kemarin lusa seorang Daniel melakukan hal terbodoh yang belum pernah aku lakukan. Terlebih membuatku salah tingkah untuk pertama kalinya. Kiranya aku akan baik-baik saja? Kalian salah. Aku tetap manusia yang memiliki banyak rasa dan juga asa yang belum, atau bahkan mungkin tidak bisa terungkapkan.

Aku memiliki banyak ketakutan setelah merasa insecure yang berkepanjangan. Sungguh aku tidak ingin membuat siapapun merasa tersakiti. Bahkan aku juga menjaga agar diriku tidak merasakan sakit. Oh ayolah, mungkin kalian, atau sebagian dari kalian tidak memahami hakekah mencintai.

Bukan di sebuah drama atau sebuah cerita ala kadarnya. Mencintai dalam kenyataan sesungguhnya adalah tersenyum meskipun rasa sakit luar biasa melanda. Tidak semua orang bisa jujur akan perasaanya. Bukan karena tidak mau, melainkan tidak tahu harus berbuat apa.

Jadi sebelum kau menerka atas perasaan orang lain, baiknya berpikir dulu dan berhenti berbuat atau memikirkan hal kekanak-kanakan. Meskipun tidak semua dari kalian sudah cukup dewasa memahami sebuah makna cinta.

"Min Yoongi?"

Suara itu membuyarkan lamunanku.

Ku lepaskan senderan tubuhku pada mobil saat melihat seseorang keluar dari gerbang rumahnya. Cantik dan sederhana sudah, dan akan selalu membuat ciri khasnya.

"Kau sudah lama menungguku?"

"Tidak." Kataku seraya mengulurkan tanganku untuk menggapai tangan mungilnya. "Hati-hati"

"Kau manis sekali. Tumben. Aku jadi takut" Cibirnya saat memasuki mobil.

Itu hanya bercanda, aku tahu benar.

Ia terkekeh melihat sikapku saat berusaha melajukan mobil ini menuju tempat dimana kami bisa mengingat masa-masa menyenangkan saat sekolah. Atau mungkin masa menyakitkan dimana aku berada dalam kebodohan luar biasa.

Di sepanjang jalan, tak henti-hentinya ia tersenyum dan bercerita mengenai kuliahnya di Amerika dan London. Aku hanya bisa bersyukur bahwa melepasnya saat itu adalah hal yang memang terbaik. Ia bisa mengejar cita-citanya dan membuat keluarganya bangga.

Yewon ku cerdas. Aku sangat bangga padanya.

Aku sangat mencintainya. Kim Yewon.

"Wah.. Sudah lama tidak kesini" Ujar Yewon saat kami memasuki parkiran SOPA.

Tidak begitu banyak perubahan yang terjadi kecuali meluasnya lahan parkir sekolah ini. Setelah keluar dari mobil, kilauan cahaya lampu menyambut kami. Begitu indah, disandingan dengan Yewon yang saat ini ku genggam tangannya.

Ia tidak menolak, dan aku juga tidak berusaha melepaskan tangannya. Aku merindukan hal ini, saat dimana ia meraih tanganku dan aku tidak melepaskannya karena aku tahu, ia akan marah jika aku melakukannya. Dulu ia selalu menggenggam tanganku dan meletakkannya di pipinya, 'hangat dan lembut' katanya saat memuji tanganku.

[COMPLETED] I WILL TRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang