Kali Kesembilan

8 2 0
                                    


Saat ini aku sedang berada ditaman belakang sekolah .
Duduk dikursi kayu bercat putih berteman dengan angin .
Aku tengah menikmati alunan musik bertema rindu .
Orang melihat hanya dari apa yang ingin mereka lihat dariku .
Berkeluh kesahpun rasanya percuma karna keluh kesahku tak akan mengembalikan bahagia yang kurasa dari arti keluarga .
Dalam keluh kesah hanya akan menambah sakitku .
Seoalah alam mengerti apa yang kurasa ia menghadirkan angin semilir yang menerpa tubuhku , menerbangkan sedikit helai rambutku , membawaku ke memori kala itu .

Keluarga yang bahagia .
Aku menginginkan waktu itu kembali .
Jika Tuhan memperkenankan , aku ingin tinggal dan hidup hanya diwaktu itu .
Dikala aku , Amira , papa dan mama masih tinggal bersama berbagi tawa dan canda .
Aku sadar itu hanya harapan semu yang tak akan pernah bisa terwujud .

Setelah kepergian Amira keluargaku menjadi berbeda .
Papa dan mama sering bertengkar , hingga suatu hari  papa pergi dari rumah meninggalkan aku dan mama .
Saat itu aku masih sangat kecil untuk mengerti , yang aku tau hanya papa dan mama bertengkar layaknya aku bertengkar dengan temanku .

Namun dugaanku salah , aku sama sekali tidak mengerti pemikiran orang dewasa saat itu .
Aku salah , aku mengerti aku salah ketika aku sering melihat mama menangis dikamar amira , mama berteriak memanggil nama papa dan setiap malam akan selalu seperti itu .
Papa tidak pernah pulang .
Aku sangat merindukan papa dan mama .
Meski mama selalu mengurusku, selalu disampingku namun entah mengapa aku seperti kehilangan sosok mama .
Aku baru mengerti pertengkaran orang dewasa tidak semudah pertengkaran anak kecil sepertiku .
Jika hari ini aku marah pada temanku keesokan harinya kami sudah bermain bersama .
Tapi aku baru mengerti orang dewasa lebih menyukai marah terlalu lama .

Semakin hari aku semakin kehilangan sosok mama .
Mama seperti tak mau lagi mengurusku .
Mama menghabiskan harinya hanya dikamar amira , terkadang menangis , terkadang tertawa dan selalu diakhiri dengan tangis histeris memanggil nama papa dan amira.
setelah semua itu mama kelelahan dan selalu tertidur disana .
Aku takut melihat mama seperti itu .

Sudah 3 bulan mama seperti bukan mama . Aku sangat takut , aku takut karna sekarang jika mama melihatku mama akan membentakku karna aku telah membuat adikku amira menangis  .
Selalu itu yang disebut mama saat membentakku , yang mama ingat hanya pertengkaranku dengan amira karna berebut mainan .
Hanya ada mbok sam yang mengurusku dan memelukku ketika mama menyakitiku .
Sampai saat ini papa tak pernah pulang .

Sebanyak apapun aku meminta kepada Tuhan kala itu . Papa tak pernah muncul menjemputku dari kesakitan yang mama beri ditubuh kecilku .
Sempat aku berfikir kala itu apakah papa juga akan menyakitiku jika aku bersamanya .
Setelah muncul pemikiran itu aku tak pernah sedetikpun mengharap kehadiran papa lagi .

Sudah 6 bulan aku bertahan dengan kesakitan yang mama beri padaku .
Hingga suatu malam mama berteriak memanggil namaku .
Aku masih ingat jelas kala itu teriakan kesakitan kekecewaan dan kemarahan seolah menjadi satu .
Aku sangat takut , saat itu mbok sam sedang pergi ke pengajian ditempat tetangga menggantikan keluargaku yang tak bisa hadir menyambut tetangga baru .
Pak tarjo juga sedang pergi entah kemana .
Hanya ada aku dan mama dirumah .
Aku takut akan dipukul oleh mama lagi .

"PUTRIIII PUTRRIII DIMANA KAMU NAK  " Teriak mama memanggilku

" A  aa ada apa ma "

Plakk

"Hiks hiks sakiittt maa , ampun maa .. "

Seperti tak mendengar permohonanku mama terus memukulku .
Tangan yang dahulu mengelus rambutku dengan kasih sayang kini menjambak rambutku tanpa belas kasihan .

"Kau anak mama bukan ?" Tanya mama padaku

"Putri anak mama hiks .. "

"Ha ha ha kamu kakak amira kan ? " tanya mama dengan tawa yang begitu menakutkan bagiku .

flavourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang