Rahasia Yang Terbongkar

2.9K 113 4
                                    

WASPADA TYPO BERTEBARAN!

Happy Reading😊🙏



***

"Apa kau baik baik saja Asha?" tanya seorang laki laki tampan menatap Ashara dengan tatapan cemas yang begitu kentara.

"Sungguh kak, aku memang baik-baik saja. Berapa kali kau menanyakan pertanyaan yang sama padaku huh?" Sahut Asha sebal.

"Aku hanya memastikan saja jika kau berkata jujur padaku." lanjutnya.

"Kak Afsa.. Aku benar baik baik saja. Kau lihat sendiri kan keadaanku sekarang."
Afsa menganggukan kepalanya pelan membenarkan jawaban adiknya. Ia tersenyum hangat menatap adiknya yang kini sedang menatapnya dengan tatapan sebal yang kentara.

"Kemarilah adikku.."

Asha beranjak mendekati Afsa dengan pandangan bingung.

Afsa langsung memeluk Asha dengan lembut.
"Aku sungguh mengkhawatirkanmu.. Bagaimana bisa kau terlihat tak berdaya hanya karna ulah manusia itu." Gumam nya pelan.

Asha tersenyum kecil dan langsung membalas pelukan hangat kakak laki lakinya itu.

"Tanpa aku jawab pun aku rasa kakak sudah tau alasannya kan."

Afsa menganggukan kepalanya pelan.
Ia melepaskan dekapannya, dan memegang kedua bahu Asha.

"Mulai sekarang berhentilah bermain main dengan dunia 'mereka' Asha, kau sudah terlalu jauh. Lanjutkan tujuan awalmu kesana." ucap Afsa serius mata hijau nya berkilat tajam.

Afsa sedikit kaget dengan ucapan Afsa, apalagi dengan perubahan warna mata yang kakaknya lakukan tiba tiba seperti sekarang. Ia tau betul jika sudah begini, laki laki tampan didepannya ini memang sedang bicara serius padanya.
Afsa mengerjap.

"Apaa bunda...."

"Ya, Asha. Keadaan bunda sekarang sudah sangat mengkhawatirkan. Cahaya Berlinnya sudah mulai meredup. Ayah sudah putus asa untuk membuat cahaya itu tetap terjaga sampai sejauh ini. Harapan satu satunya adalah kita." jelas Asha berubah muram.

Asha gemetar mendengarnya.

"Meredup?" lirihnya.

Afsa mengangguk lemah.

"Kak, maafkan aku. Aku rasa ini terjadi karna ulahku." Asha tertunduk dalam.

Afsa menggeleng pelan ia menyentuh kedua pipi adiknya lembut.

"Jangan menyalahkan dirimu Asha. Semua itu memang harus terjadi bukan? Dari pada menyesalinya lebih baik kita lakukan tujuan kita secepatnya."

"Kita? Apakah kakak..."

"Ya aku akan ikut membantumu Adikku.." Afsa tersenyum lembut.

Asha ikut tersenyum haru dan langsung memeluk kakaknya erat.

"Terimakasih.." gumamnya.

Afsa membalas pelukan itu dengan senyum menenangkan.

"Ayo! Kita lakukan sekarang..." lanjut Afsa pelan.


***

"Mari kita tanyakan pada Ashara hari ini juga." ucap Dean akhirnya.

Abay menatap Dean bingung.

"Kau yakin?"

"Memangnya kenapa?" Dean mengernyit bingung.

"Ahhh tidak tidak. Baiklah ayo kita temuin Asha." lanjut Abay menggaruk kepalanya kikuk.

Like The Boss,Huh!! (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang