Hari baru pun datang dengan matahari yang bersinar cerah di langit. Laswell baru bangun ketika jarum jam menunjukkan pukul delapan pagi. Ia sengaja bangun lebih siang karena pelajaran hari ini dimulai pukul sembilan. Laswell menggeliat di dalam selimutnya sebelum keluar dan duduk di kasur. Mendengar suara berisik, Laswell pun turun dari kasurnya dan berjalan keluar kamar.
“Ah, akhirnya kerbau satu ini bangun juga,” Laswell mengucek matanya yang terasa berat. Ia bisa melihat Mizuki yang sedang melakukan sesuatu di dapur.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Laswell berjalan ke dapur mengambil segelas air dari lemari pendingin.
“Tentu saja memasak. Aku tidak suka masakan barat,” Laswell mengambil botol berisi air mineral dan membawanya ke meja makan. Ia melihat jatah sarapan yang berupa roti dengan sup dan sosis panggang.
“Ada apa dengan ini? Intinya bisa dimakan kan?” Laswell duduk di meja makan dan mulai memakan sarapannya.
“Kalau aku tidak mau, ya tidak mau,” Mizuki meletakkan penggorengan dengan kasar di westafel membuat Laswell memutuskan untuk diam.
Laswell merasa heran dengan rekannya ini. Kemarin ia terlihat dingin dan depresi. Namun pagi ini dia terlihat sangat hidup untuk bisa mengoceh dan membalas semua perkataannya. Orang yang merepotkan, pikirnya. Laswell pun berhenti membantah dan melanjutkan sarapannya.Tak lama Mizuki duduk di sebrang Laswell membawa sepiring nasi dan lauk. Laswell memperhatikan Mizuki dari atas sampai bawah. Dia hanya mengenakan kaus oblong dan celana pendek dengan rambut coklatnya yang tergerai dan mencuat disana-sini. Namun diuar penampilannya, cara makannya sangat rapih.
“Kenapa kau menatapku begitu?” tanya Mizuki merasa ngeri ditatap terus menerus oleh Laswell.
“Tidak, hanya saja... baru pertama kali aku lihat spesies sepertimu?” Mizuki menghentikan acara makannya dan menatap Laswell dengan penuh tanda tanya.
“Ha?”
“Kau tahu, manusia dasarnya ada dua golongan. Baik dan buruk. Hal itu bisa terlihat dari penampilan secara langsung. Tapi, kau beda. Penampilanmu terlihat buruk tapi kenapa sikapmu bisa kebalikannya?” Mizuki merasa terhina mendengar perkataan Laswell. Ia mematahkan sumpit kayu yang digunakannya untuk makan dalam diam.Sementara Laswell melanjutkan acara makannyatanpa merasa bersalah. Melihat hal itu semakin membuat Mizuki naik pitam. Tanpa ragu, Mizuki menendang kursi yang Laswell duduki hingga pemuda itu jatuh.
“Apa yang kau-!!”
“Tidakkah itu sama dengamu? Penampilanmu rapih, tapi mulutmu harus lebih diajari tata krama!” Mizuki memberikan penekanan pada akhir kalimatnya. Laswell pun memutuskan untuk menarik kata-katanya lagi. Penampilan memang bisa menunjukkan sisi asli dari orang tersebut, pikirnya.
***
Setelah menyelesaikan sarapan, mereka kembli ke kamar masing-masing untuk berganti baju olahraga. Laswell merasa terganggu dengan penampilan Mizuki. Ia menggulung lengan jarseynya hingga sikut dan membuka resletingnya hingga menampakkan kaus oblong berwarna putih. Celananya pun digulung hingga seperempat dan kaus kaki yang dibiarkan melipat di atas mata kaki. Satu-satunya bagian yang rapih hanyalah rambutnya yang diikat seluruhnya. Tidak setengahnya seperti biasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crim[e]son Blood
AcakSekolah. Mungkin terdengar membosankan dan monoton bagi kebanyakan orang. Belajar dari pagi hingga sore, tugas yang menumpuk, hukuman bagi yang melanggar aturan, ulangan dan tes, teman yang normal hingga abnormal sekalipun, juga aturan seragam setia...