Target 5 : George

127 7 0
                                    

        Muncul seorang pemuda dengan rambut berwarna merah. Bertubuh tinggi dengan mata emas yang menyimpan misteri. Ia memakai baju lengan panjang bergaris horizontal dengan celana gombrong seperempat berwarna hitam dan tas peralatan yang tersampir di pinggangnya.

        “Saya perkenalkan, George Stamford Raffles. Dia akan menjadi rekan kalian mulai hari ini,” jelas LC menatap kedua muridnya yang nampak terkejut.

        “George? Bukannya kau setim dengan Kyle?” Mizuki terheran-heran melihat orang yang membantunya ketika dipersidangan itu.

        “Ah, Kyle dikembalikan ke keluarganya. Sebenarnya dia disini hanya menjalani masa karantina,”

        “Karantina? Berarti dia tidak benar-benar masuk kesini?”

        “Ahaha, sebenarnya dia gagal ujian,” dalam pikiran Mizuki ia mulai menganggap George adalah orang yang suka mengelabuhi orang lain. Meski ia mengatakan yang sebenarnya terjadi pada akhirnya.

        “LC, bukankah dia punya pembimbing?” Laswell turut angkat bicara. Seingatnya ia bertemu dengan pembimbing George di ruang sidang. 

        “Pembimbingnya memberikan dia pada saya, dalam timnya hanya dia anak tahun pertama. Karena di dalam tim tidak sedikit orang yang melakukan perasisan, tidak ada anak tahun diatasnya yang mau menerimanya. Dia tidak mungkin menjalani misi sendirian sebagai anak tahun pertama, jadi pembimbingnya memberikan dia pada saya,” Mizuki dan Laswell mengerti garis besar permasalahannya. 

        Mereka tidak begitu keberatan mendapat rekan baru, hanya saja kerja sama mereka belum baik, ditambah mereka harus beradaptasi dengan anggota baru.

        “Lagipula, Mizuki! Tangan anda belum pulih kan? Kenapa perbannya dilepas?” LC menatap Mizuki dengan tatapan tajam yang mengintimidasi. Yang ditatap hanya melihat ke arah lain, takut dengan tatapan LC yang lebih menakutkan daripada seekor singa kelaparan.

        “A-aku tidak apa-apa-” tanpa berkata lebih lanjut LC menarik tangan kanan Mizuki membuatnya berteriak.

        “Sa-sakit! LC-- iya aku mengerti tolong hentikan!” LC melepaskan tangan Mizuki dan berjalan kembali ke mejanya.

        “Kalau kalian sudah mengerti, cepat pergi ke pelabuhan. Perjalanan kalian panjang,”

        “Kau tidak ikut? Bukankah guru pembimbing harusnya ikut dalam misi pertama?” LC memutar bola matanya dan mendengus kesal.

        “Apa umur kalian masih pantas untuk saya kawal?”

        “Tapi dalam peratu--,”

        “Sekarang pergi, kalian hanya mengganggu dengan terus berdiri disana,” LC mengibaskan tangannya, mengusir ketiga murid di hadapannya itu. Laswell hanya menghela napas berat melihat kelakuan guru pembimbingnya. Dia menyebalkan, begitulah yang ada dipikiran ketiga pemuda tersebut.

        Mereka pergi ke dermaga sekolah untuk melakukan pelayaran menuju pulau yang bersebrangan dengan pulau tempat tinggal mereka. Disanalah sekolah membangun fasilitas landasan pesawat dan pelabuhan. Berbeda dalam penerbangan yang biasa di lakukan, para penumpang tidak perlu membeli tiket. Bagi yang akan menjalankan misi, mereka harus menunjukkan surat resmi pada pilot yang telah dipilih oleh guru pembimbing. Sementara bagi yang sedang liburan akan dimintai surat keterangan resmi dari sekolah. Untuk ke luar negri pun mereka tidak membutuhkan paspor. Biaya perjalanan dan penginapan, juga urusan yang menyangkut tentang hukum dan kenegaraan telah menjadi tanggung jawab sekolah. Para murid hanya diminta menjalankan misi sebaik-baiknya. Jika gagal mereka akan masuk ke dalam persidangan untuk dijatuhi hukuman.

Crim[e]son BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang