"Waras gue." Ucap Aluna yang kemudian melenggang pergi menuju ke tempat yang tidak terlalau banyak orangnya.
Setelah itu Aluna hanya celingak-celinguk seperti orang hilang, dia tidak tahu harus beli apa. Apa lagi dia baru beberapa kali ke pasar itu pun saat SD dulu. Karena lama berpikir, akhirnya Aluna memilih mendekati tukang daging ayam. Setidaknya Aluna masih ingat beberapa bahan makanan yang ada di dalam kulkas.
"Pak ayamnya berapa?" tanya Aluna dengan bergidik ngeri setelah melihat kepala ayam yang baru saja di penggal.
"Iya neng, murah satu kilo lima puluh ribu aja. Masih seger baru di potong." Ucap penjual itu dengan senyum.
"Ya udah tiga pak."
"Tiga ekor neng?”
“Ya nggak ekornya juga, saya maunya beli tiga ayam utuh.” Ucap Aluna, namun bapak itu malah tersenyum sedangkan Nada terlihat menahan tawa. Sepertinya Aluna tidak mengerti arti tiga ekor ayam.
“Oke siap neng. Beres pokoknya." Bapak itu pun segera memotong-motong daging yang Aluna pesan.
Setelah Ayamnya usai di potong dan di masukkan ke dalam kantong kresek, Aluna pun menerima daging ayam yang segar itu. Aluna mengulurkan uang ratusan dua lembar.
"Makasih banyak neng. Semoga neng teh bahagia selalu." Bapak penjual daging itu menatap Aluna dengan senyum juga mata berbinar.
Saat bapak mengucapkan kata-kata itu, Aluna merasa iri, kenapa hanya gara-gara uang kembalian yang dia ikhlaskan pedagang itu bisa bahagia, padahal Aluna yang sering menghambur-hamburkan uang tidak pernah merasa bahagia.
Setelah itu Aluna melenggang menuju penjual sayur-sayuran. Aluna terlihat bingung ketika melihat berbagai macam sayuran. Aluna hanya mengerti beberapa, seperti kubis, cabe dan bawang bombai.
"Buk, di sini jual sayur kangkung nggak?"
"Iyo mbak, sayakan jual khusus sayur. Emang mbakne mau beli kangkung?" Ibu penjual sayur bertanya pada Aluna dengan logat jawa.
"Iya, tiga ikat. Terus sama jagung, sayur asem, cabe, tomat sama yang oren ini! Ini ubi tanah kan?" Ucap Aluna sembari membawa benda berwarna oren itu.
"Oh iku wortel mbak, bukan ubi." Ibu itu menatap Aluna dengan tawa yang di tahan.
Nada mengulas senyum setelah mendengar Aluna yang mengira wortel adalah ubi. Sedangkan Aluna terlihat diam dengan mata yang melirik ke arah Nada dan beberapa ibu-ibu yang berdiri di dekatnya. Mereka terlihat menahan tawa dan ada yang meliriknya sinis.
"Ya, sama-sama di tanam di tanah kan? Ya berarti ubi." Ucap Aluna dengan tegas untuk mencoba mempertahankan imagenya di hadapan Nada dan ibu-ibu.
"Tapi rasanya yo beda mbak, kalo ubi tanah warna kulitnya coklat isinya putih, kalo wortel dalam luarnya oren." Ucap ibu itu lagi dengan senyum.
“Whatever, bungkusin itu sekalian." Ucap Aluna dengan malas.
Selama menunggu ibu itu mengemas sayuran, Aluna hanya diam dengan ekspresi wajah yang sebal pasalnya sedari tadi Nada terus tersenyum mengejeknya. Setelah semua sayur pesanannya di masukan ke dalam kantung kresek, Aluna kemudian membayar belanjaannya.
"Makasih banyak mbak. Semoga jadi ibu rumah tangga yang baik." Ucap ibu penjual sayur.
"Ibu rumah tangga? Saya ini masih SMA." Ucap Aluna dengan kaget. Sedangkan Nada hanya diam, meski sebenarnya dia juga ikut terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alunan Nada [Completed]✓
Mystery / ThrillerTerbit dan Completed (bisa di PO dengan hubungi @senjasaturnus via IG) "Dengar ini baik-baik ketua geng Evalor yang terhormat. Gue bukan cewek lemah yang selalu minta bantuan saat jatuh, gue bukan orang pendendam dan gue nggak suka sama orang yang s...