Part 4 Hukuman Tambahan

5.7K 262 8
                                    

    Waktu menunjukan pukul sepuluh pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Waktu menunjukan pukul sepuluh pagi. Bel istirahat baru saja berbunyi dan semua siswa dari berbagai kelas saling berhamburan menuju kantin. Saat ini juga, Aluna tengah duduk di meja kantin dengan semangkuk bakso miliknya. Di depannya juga ada Nadin yang tengah memakan siomay.

    “Gue seneng deh, kelas gue bertambah ceweknya. Jadi lebih ramai. Kebanyakan yang sekolah di sini anak cowok, mungkin karena di sini ada gengnya,” ucap Nadin, tapi Aluna sama sekali tidak peduli.

    “Oh ya. Besok teman gue udah masuk sekolah. Dia baru aja liburan di Jogja. Nanti gue kenalin ke lo,” ucap Nadin dengan senyum.

    “Ck, berisik!” Aluna menoleh ke arah Nadin dengan tatapan tajam.

    Aluna mendengkus kesal dan kembali memakan baksonya. Namun, saat Aluna asik memakan bakso, banyak anak cewek yang berbisik dan melirik ke arah meja Aluna.

    “Gue nggak suka anak baru itu. Sok cantik,” ucap Nila, si ratu gosip.

    "Dia kan emang cantik, kayaknya dia blasteran,” timpal Siska sambil menatap Aluna dari samping.

    "Palingan dia operasi plastik. Pokoknya gue nggak ikhlas kalau cewek pereman itu deketin Nada. Nada cuma punya gue," kesal Nila.

    “Udah lah. Lo lupain aja si doi, dia itu nggak se-level sama lo. Nanti lo bisa berurusan sama gengnya Agnes,” ucap Rio, teman Nila.

    "Gue nggak takut. Cuma geng nenek lampir,” ucap Nila.

    "Eh Lihat deh. My lovely hari ini cool banget, udah ganteng, most wanted lagi,” puji Siska dengan tatapan mata menuju pintu kantin.

    Aluna berjalan mendekati Nila dan mengebrak mejanya dengan keras. Tatapan semua orang tertuju ke arah Aluna, begitu juga anak Evalor yang baru saja memasuki area kantin.

    "Maksud lo ngomong itu apa, hah?!" bentak Aluna. Nila dan teman-temannya terlihat kaget.

    "Aluna, nggak usah ditanggapi.” Nadin mencoba untuk menenangkan Aluna.

    "Ada apa ini?" Pak Cokro masuk ke kantin dengan wajah tegasnya.

    "Kalau punya mulut dijaga. Gue sama sekali nggak oplas. Seharusnya lo ngaca, muka lo putih kaya cat, tapi tangan lo buluk kaya aspal,” caci Aluna mengabaikan kedatangan Pak Cokro.

    "Aluna, cepat ikut bapak ke ruang BP, sekarang!" titah Pak Cokro dengan tegas. Aluna melirik ke arah Pak Cokro dan mendengkus kesal.

    "Apa liat-liat? Mau gue congkel mata lo semua!" Aluna membentak siswa-siswa yang melihat ke arahnya.

    Saat Aluna berjalan keluar dari kantin tatapannya tidak sengaja bertemu dengan mata Nada. Aluna menatap Nada dengan wajah kesal, sedangkan Nada hanya diam tanpa memedulikan drama yang baru saja terjadi di depan matanya.

Alunan Nada [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang