Part 42 Something Suspicious

3.4K 161 6
                                    

    Waktu terus berdenting, berlalu dan berjalan meninggalkan hari ini untuk menjemput hari esok. Waktu mengambil semua pedih dan kebahagiaan, memporak-porandakan jalan kehidupan dengan berbagai inti sari permasalahan.

    Meski sudah melangkah dengan cepat, tapi rasanya waktu berjalan semakin lambat. Kapan semua ini akan berakhir? Kapan waktu akan membawanya pada saat yang lebih membahagiakan dan menguntungkan, kapan waktu membalas rasa sakitnya dengan kebahagiaan? Kapan waktu itu datang?

    Sudah empat bulan semenjak Nada keluar dari rumah sakit. Selama itu juga suasana sekolah terasa hambar, tidak lagi ada bumbu-bumbu masalah dan keonaran. Aluna juga jarang membuat masalah dan lebih sering melamun di kelas.

    Sekolah tampak tak hidup, tidak ada lagi guru yang berteriak di pagi hari. Ibu Ajeng tidak lagi menjaga gerbang. Ibu Indah jarang mengunjungi perpustakaan. Mang Diman jarang menemukan putung rokok. Pak Aryo jarang berkutbah dan pak Didit dia yang paling murung karena dia tidak memiliki kegiatan.

    “Aluna.” Seseorang memanggil Aluna dari arah tangga.

    Aluna menoleh ke arah tangga, dan melihat Nadin yang berlari ke arahnya. Kemudian mereka berdua berjalan menuju kantin. Mereka terlihat saling mengobrol dan membahas sesuatu yang lucu.

    Semenjak Nada amnesia, Aluna memang jarang membuat masalah, bahkan di bilang Aluna berubah total. Dia tidak lagi terlambat, membolos dan melawan guru. Aluna benar-benar menjadi orang yang sedikit pendiam dan lebih sering duduk di kelas.

    “Gue bingung mau ambil jurusan apa. Bokap maunya gue jadi dokter gigi, tapi gue pengen jadi dokter sesar. Kalo lo, mau ambil apa?” Ucap Nadin. saat ini, mereka sedang membicarakan mengenai Universitas dan jurusan yang akan mereka ambil setelah lulus nanti.

    “Entahlah. Gue juga bingung. Mungkin psikologi.” Ucap Aluna dengan datar.

    “Nggak terasa ya, kita udah mau ujian aja. Padahal kayanya baru kemarin kita kenal. Waktu berjalan sangat cepat.” Ucap Nadin yang di balas anggukan kepala oleh Aluna.

    Di saat mereka berdua berjalan memasuki kantin, di waktu yang bersamaan Nada dan teman-temannya keluar dari kantin. Nada berjalan melewati Aluna begitu saja, tanpa melirik atau pun tersenyum, tatapan matanya masih tajam hanya saja terlihat kosong.

    Aluna menoleh ke arah Nada dan menatap punggung Nada sekilas lalu kembali berjalan memasuki kantin yang lumayan sepi. Kemudian mereka berdua duduk di bangku dan memesan makanan mereka. Aluna terlihat melamun dengan tangan yang terus mengaduk minuman menggunakan sedotan.

    “Aluna.” Nadin menatap Aluna dengan serius.

    “Apa?” Aluna melepas sedotannya dan menatap Nadin dengan serius.

    “Gue tau lo sering marah saat gue singgung pertanyaan ini. Tapi gue bener harus tau alasannya Al.” Nadin menatap Aluna dengan serius. Aluna melirikkan mata ke samping, seakan dia malas menjawab pertanyaan Nadin.

    “Sebenarnya apa alasan lo minta kita buat bohongin Nada tentang kecelakaan itu?” tanya Nadin.

    “Udah berapa kali gue bilang, jangan pernah bahas itu lagi.” Ucap Aluna dengan tajam.

    “Gimana nggak gue bahas Al, lo sama sekali nggak kasih tau gue alasan yang ngebuat lo ngelakuin itu. Nada mulai nggak percaya kalo dia amnesia karena kecelakaan mobil. Kenapa sih lo harus jauhin Nada? Dia udah selamatkan lo Al.” Ucap Nadin dengan penuh ke frustasian.

    “Lo pikir gue mau kaya gini? Enggak.” Ucap Aluna dengan mata yang berkaca-kaca.

    “Kalo lo nggak mau kaya gini, kenapa lo harus ngehindar?” tanya Nadin dengan serius, sedangkan Aluna malah menutup mata untuk menahan emosinya. Setelah merasa tenang, Aluna berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari kantin.

Alunan Nada [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang