Part 44 Two Years Later

4.2K 201 46
                                    

  Seperti daun kering yang jatuh tertiup Angin dan seperti matahari yang panas membakar bumi. Kata-kata yang indah mengalun mengikuti setiap langkah perjalanan yang terbalut oleh luka dan duka masa lalu.

    Membawa hawa dingin yang terus menusuk kulit. Membawa senja. Membawa harapan yang patah. Dan membawa seribu tanya tanpa ada jawabnya.

    Waktu berjalan amat teramat sangat lama, membawa semua gerombolan ketidak adilan yang terus tersimpan di dalam dada. Menyakiti dan terus merogoh setiap nafas yang dia hirup dengan kesesakan yang tak terduga.

    Siapakah dia? Dia hanyalah sebutir debu jalanan yang terbang mengikuti setiap alunan udara yang bergelombang, berpasrah mau sampai mana angin akan membawanya pergi dan ketempat mana dia akan beristirahat.

    Takdir menenggelamkan semua pernyataan. Kini hanya ada setitik kehidupan yang masih dia bawa dalam dirinya, hanya untuk hidup, untuk terus bertahan dan terus percaya bahwa akan ada masa di mana dia akan mengingat masa lalunya dengan sempurna.

    Suasana bandara pagi ini terlihat ramai. Begitu banyak orang yang membawa koper besar untuk melakukan perjalanan mereka. Di sudut-sudut bandara pun terdapat tulisan ‘happy new year’ yang di tunjukkan untuk besok hari. Di antara kepadatan di dalam bandara, di sana ada Nadin dan Nada, juga ada Rehan, Leon, Adam dan Jefri.

     “Dua tahun udah berlalu. Meski kita jarang nongkrong bareng anak-anak yang lain dan jarang ke sirkuit, tapi kita tetap Evalor. Mau ke mana pun lo pergi, lo tetap ketuanya. Jadi gue harap, lo harus berjuang buat sembuhin amnesia lo dan segera kembali ke persatuan kita.” Rehan menepuk bahu Nada.

     “Gue pasti bakal kangen sama lo Nad. Jangan pernah punya niatan buat menetap di sana. Meski gue cerewet, suka ngomongin Lo di belakang. Gue bahagia Lo buat geng kita.” Jefri memeluk Nada.

     “Iya Nad. Gue pasti bakal kurus karena nggak ada yang telaktir.” Adam dan Leon ikut memeluk Nada.

    Nada tersenyum dan sesekali menepuk punggung Jefri, Leon dan Adam. Setelah itu mereka melepas pelukannya.

     “Gue cuma pergi sebentar.” Ucap Nada dengan senyum simpul.

    “Selama lo pergi, gue yang akan urus Evalor. Tapi lo nggak usah khawatir, gue nggak akan rebut tanggung jawab lo, karena gue nggak mungkin bisa emban beban sebagai leader.” Ucap Rehan yang kemudian memeluk Nada.

   "Nadin, tolong jagain Nada di sana ya." Ucap Adam.

   "Kok gue sih?" tanya Nadin.

    "Gue cuma bercanda." Ucap
Adam yang kemudian memeluk Nadin. Nadin pun terkejut.

    "Modus Lo." Jefri menarik Adam menjauh dari Nadin.

    "Nad, hati-hati. Pesawat Lo take off sebentar lagi." Leon menepuk punggung Nada. Nada tersenyum, dan melangkah pergi sambil menyeret kopernya.

    “Bye Nada, Bye Nadin.” Teriak Jefri dan Adam, mereka terlihat menangis dan menyedot ingus mereka cukup keras.

    Setelah itu, Nada dan Nadin menyeret koper mereka menuju pintu masuk. Rehan dan yang lain pun masih setia berdiri di ruang tunggu. Tidak lama itu pesawat yang di tumpangi Nada dan Nadin take off.

**AlNa**

    Sydney, 31 Desember 2020

    Malam tahun baru di Sydney terlihat ramai dan meriah, banyak orang yang menyalakan berbagai macam kembang api dan berjalan-jalan di sekitar taman. Meskipun udara dingin menusuk kulit, orang-orang tetap melakukan aktivitas mereka untuk merayakan tahun baru. 

Alunan Nada [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang