[Judul sebelumnya: Curahan Hati Gea.]
***
Nama gue Geana Patricia Gunawan. Panggil aja Gea atau cinta juga boleh. Cewek 17 tahun biasa, yang hobi nyempil di sela-sela tersempit kantin demi membeli sebuah keripik buah yang selalu ludes saat jam istir...
Malam ini, adik gue yang umurnya baru 4 tahun minta dianterin ke pasar malam. Mendadak dia pingin naik odong-odong di pasar malam karena nonton video klip lagu "Odong-odong" di Youtube. Nyokap, bokap dan bang Nico gak bisa nganter, jadilah gue yang disuruh mereka untuk nganterin adik gue. Gue sih oke-oke ae, itung-itung bisa sekalian ke toko buku deket situ untuk beli isian binder yang hampir habis.
Jarak pasar malam dari rumah gue gak terlalu jauh cuma 7 Km aja. Sesampainya di sana adik gue langsung loncat dari motor dan udah kayak orang kesetanan nyari odong-odong. Gue bener-bener kewalahan jagain dia. Selesai naik odong-odong dia bilang, "Kak laper". Gue menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya gue anterin dia nyari makan.
Setelah muter-muter gak jelas kayak undur-undur. Gue memutuskan untuk makan bakso. Gue gandeng tangan adik gue menuju gerobak bakso yang mangkal di pinggiran trotoar. Lagi 7 meter aja jarak gue dari dagang bakso itu, gue berhenti. Adik gue sempat bingung ngeliat gue berhenti, dia narik kaos gue, nyuruh gue jalan. Tapi gue gak peduli.
Dia di sini.
Pergi ke pasar malam yang sama dan beli bakso di gerobak bakso yang sama.
Saat itu juga gue pingin banget salto di tengah jalan raya saking senengnya.
Cepet-cepet gue rapiin baju, rambut dan muka gue. Tapi, kayaknya gak usah di rapiin juga gue tetep cantik kok. Hehehe....
Masih dari tempat gue berdiri tadi gue panggil dia.
"Calvin, woi Calvin"
Dia gak ngeh. Entah karena dia budeg atau gue yang manggilnya kurang keras. Gue panggil dia sekali lagi.
"Calvin..."
Dia berbalik, tapi pandangannya ngelewatin gue dan dia berbalik lagi. Gue serasa jadi Invisible Boat Mobile di animasi Spongebob Squarepants.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Apa gue se"tak terlihat" itu ya?
Oke, fine.
Gue seret adik gue yang keliatan bingung itu ke dagang bakso lain. Dia diem, nurut tanpa ngomong apa-apa lagi. Dia kayak ngerti banget gue lagi broken heart.
***
Selesai makan bakso. Gue sama adik gue langsung cap cus ke toko buku untuk beli isian binder. [Baca: kertas binder]
Pas sampai sana, gue muter-muter kek orang bego di belantaran rak-rak buku di sana. Gue bingung, gak tau di mana tempat isian binder, karena ini pertama kalinya gue beli isian binder di toko buku ini.
Mungkin karena kasihan atau kenapa si mbak-mbak penjaga toko itu nanyain gue, "Mau cari apa, dek?"
"Mau cari kertas isian binder, kak" jawab gue. Si mbak itu langsung nujukin gue di mana tempat isian binder itu berada.
Gue sama adik gue langsung ke tempat yang di tunjuk si mbak itu. Sesampainya di sana gue membeku lagi.
Dia lagi.
Ke toko buku yang sama dan beli isian binder yang sama.
Gue cuma bisa sabar. Gue gak mungkin bisa ngelak lagi. Ya, karena itu satu-satunya tempat isian binder di toko ini. Gak mungkin kan, gue jauh-jauh pergi ke toko buku lain cuma untuk menghindar dari dia, karena dia beli isian binder yang sama kek gue di sini?
Cepet-cepet gue ambil random isian binder di sampingnya, tanpa noleh sedikit pun ke dia. Baru gue mau berbalik ke kasir, dia ngomong-
"Ge, lo salah ambil isian binder--"
Gue mematung, gak tau harus ngomong apa.
"Seharusnya yang lo ambil itu kertas ukuran sedang bukan besar. Binder lo kan yang ukuran sedang,"
Gue berbalik lagi ke dia dan langsung dengan cepat menukar kertas binder yang sebelumnya gue ambil itu dengan kertas seukuran binder gue.
Sebelum gue berbalik lagi ke kasir, gue bilang--
"Thanks,"
Untuk kesekian kalinya, Calvin, lo buat gue gak fokus dan bertindak seperti orang ogeb.