"Gea..."
"Hmm..."
"Gea..."
"Hmmm..."
"Gea..."
"Apaan!!? Njir ganggu amat lo Ran!!" teriak gue kesel.
Hari ini, gue lagi kerja kelompok matematika bareng Ranila, Nicella dan Leyana. Sebenarnya kerja kelompoknya udah selesai dari tadi dan sekarang jam kegiatan bebas.
Nicella lagi asik berkutat dengan laptopnya --seperti biasa ngetik part cerita terbarunya--, Leyana lagi goyang-goyang gak jelas niruin gerakan dance BTS di HP-nya sambil pekek headset --mana suaranya di kerasin lagi sama dia, sampai-sampai gue bisa denger samar-samar kata "Fire...er...er..."--, gue sendiri lagi asik sendiri juga baca komik Doraemon, sedangkan Ranila tidur-tiduran di bahu gue.
Sebenarnya Ranila gak cuma tiduran aja, tapi plus nepok-nepok pipi gue. Awal-awalnya gue biarin aja, tapi lama-lama gue terganggu juga.
"Lo napa sih, Ran?" Tanya gue setengah emosi.
"Gue mau cerita," kata Ranila dengan nada manja yang dibuat-buat. Rasanya gue pingin muntah ngeliatnya.
"Cerita apaan?"
"Gini, waktu lo gak sekolah, karena ada acara nikahan itu, gue ngeliat dengan mata kepala gue sendiri, Si "Anu" ke kantin bareng sama Calvin, mereka keliatan mesra banget."
Ranila menarik nafas panjang sesaat sebelum melanjutkan perkataannya, "Gak cuma itu, mereka juga duduk bareng sambil makan nasi goreng berduaan di kantin. Gila dah... gue liatnya Ge, tega bener mereka berduaan disaat lo gak sekolah hari itu."
Selesai Ranila cerita, gue pura-pura aja gak peduli acuh tak acuh sama ceritanya.
"Ya elah lo Ran, yang tega tuh elo sebenarnya! Ngapain lo ceritain itu sama Gea? Yang ada lo malah mancing-mancing kecemburuan dia. Dasar kompor!" ucap Leyana sambil memutar kedua bola matanya malas.
Masih dalam keadaan handset yang terpasang di telinganya, gue berpikir kok bisa ya Leyana denger semua perkataan Ranila di tengah dentuman musik BTS yang dia puter dengan volume full?
"Eh, tapi yang gue ceritain itu kan fakta yang real, no HOAX! Lagian Gea juga perlu tau, biar dia sadar kalo Si "Anu" sudah bertindak lebih capat satu langkah di depannya," kata Ranila mulai menjalankan jurus ngeles-nya.
"Hmmm, bener juga sih. Kalo gitu gue juga mau cerita, deng."
Leyana mulai mensejajarkan dudukannya dan melepaskan headset di telinganya sebelum mulai berbicara lagi, "Ge, biasanya Calvin selalu pulang lewat belakang kan? Nah waktu gue pulang lewat depan, --entah itu hari apa, gue lupa-- gue liat Si "Anu" di depan sekolah sama Calvin. Gak berhenti sampai situ, gue liat juga Calvin gonceng Si "Anu" dan nganterin dia pulang. BAYANGKAN NGANTERIN DIA PULANG!!! Lo udah ketinggalan jauh sama Si "Anu", Ge!"
Selesai Leyana cerita, gue cuma bisa garuk-garuk kepala. Bingung mau ngomong apa atau ngerespon apa.
"Udahlah Ge, jangan didengerin. Lo juga Na, lo sama aja kayak Ranila! Lo dan Ranila sama-sama ngomporin Gea. Kalian berdua gak ada bedanya, dasar kompor!" denger perkataan Nicella, gue senyum sumringah. Akhirnya ada orang yang bisa ngerti gue.
Langsung aja, gue meluk dia dan ngomong, "Makasih ya Cel, lo bener-bener pengertian deh, sama gue."
"I... iya Ge, santai aja napa dan lepasin pelukan lo, g... gue gak bisa napas nih!" seketika aja gue langsung mengendurkan pelukan gue dan nyengir kuda ke Nicella yang dia bales dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
From Gea
For Calvin

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Fanatic
Teen Fiction[Judul sebelumnya: Curahan Hati Gea.] *** Nama gue Geana Patricia Gunawan. Panggil aja Gea atau cinta juga boleh. Cewek 17 tahun biasa, yang hobi nyempil di sela-sela tersempit kantin demi membeli sebuah keripik buah yang selalu ludes saat jam istir...