Gue teringat akan kata-kata Salsa beberapa hari yang lalu. Juga kejadian sama Clara terus berputar-putar di kepala gue, layaknya film pendek. Dan memang bener kata Clara waktu itu, gue ngerasain yang namanya "makan hati".
Ah, untuk saat ini lupakan saja soal Clara juga kejadian itu dan sekarang pikir, apa mungkin bener kata Salsa kalo mereka --Calvin dan Si "Anu"-- cuma temenan?
Setelah dipikir-pikir secara matang, gue memutuskan untuk langsung aja bertanya secara pasti sama orangnya. Bukan sama Calvin, tapi Si "Anu".
Kebetulan hari ini jam kosong. Jam pelajaran yang harusnya di isi sama pelajaran PPkn, jadinya free karena gurunya ada rapat bulanan para guru yang pastinya secara rutin dilaksanakan setiap bulan.
Gue mulai menjalankan rencana gue dengan mengajak Si "Anu" ke perpustakaan, biar gue bisa langsung nanya secara leluasa tanpa ada temen sekelas yang nguping.
"Anterin gue ke perpustakaan kuy? Gue gak ada temen nih," kata gue.
"Lah, emangnya Ranila, Nicella, sama Leyana pada kemana?" Si "Anu" nanya.
"Ranila sama Leyana ke kantor guru bayar uang Komite dan Nicella bareng Kinara belanja ke kantin," jawab gue jujur, karena memang begitu adanya.
"Hmmm, ya udah gue anter. Sekalian gue juga mau baca buku di sana, boring gue disini," kata Si "Anu".
Begitu dia mau, gue langsung narik tangannya dengan penuh semangat ke perpustakaan. Ngeliat semangat gue, Si "Anu" cuma bisa geleng-geleng kepala.
Ruang perpustakaan dari kelas gue letaknya gak begitu jauh. Berhubung ruang kelas gue ada di lantai 2, ada tangga khusus yang bisa menjadi jalan pintas untuk ke perpustakaan.
Sesampainya di sana tanpa ba-bi-bu lagi, kami langsung berpisah di antara tumpukan-tumpukan berbagai macam buku di rak untuk mencari buku-buku yang sekiranya menarik dibaca. Setelahnya, gue dan Si "Anu" duduk bareng di bangku meja khusus yang udah tersedia di sana.
Sejenak hening menyelimuti kami berdua yang sedang khusyuk dengan bacaan masing-masing. Gue dengan buku Chinese Astrology karya Sabrina Liao dan Si "Anu" dengan buku Edensor karya Andrea Hirata.
Saat Si "Anu" lagi asik baca, gue ngomong, "Berdasarkan Astrologi Cina, lo termasuk Shio Kambing Air."
Si "Anu" mengalihkan pandangannya dari bukunya ke gue. Dia kelihatan tertarik akan pembicaraan gue.
"Trus lo?"
"Gue Shio Kuda Air" kata gue, dia mangut-mangut dan ngomong lagi.
"Calvin kira-kira Shio apa ya?" Tanya dia yang sedikit ambigu antara nanya ke gue atau diri sendiri.
Gue anggap aja dia nanya ke gue, jadi gue liat buku lagi dan ngomong, "Berdasarkan Astrologi Cina dia Shio-nya sama kek lo, Shio Kambing Air."
"Keliatannya menarik. Bacain gue secara garis besar dong Ge, soal apa tadi yang lo bilang? Astrologi Cina Shio Kambing Air, gitu?" gue ngangguk dan mulai membaca secara garis besar tentang apa yang tertulis di buku Chinese Astrology soal Shio Kambing Air.
"Shio Kambing Air terlihat sangat menarik sehingga banyak orang yang ingin menjadi temannya. Saat membutuhkan pertolongan, ia sanggup memanggil semua teman-temannya untuk membantunya. Ia memang bisa menjadi populer. Namun, pengetahuannya yang sempit, sikapnya yang lembek, dan suka menentang membuat Shio Kambing Air selalu membutuhkan seorang figur panutan. Dengan begitu, ia dapat menyelaraskan diri dengan figur panutannya. Ia mampu menampung ide-ide orang lain, tetapi akan berpegang erat pada ide-ide yang bisa dipatuhinya. Ia akan tersiksa sendiri apabila kehendaknya tidak diikuti orang lain--"
"Gimana kalo soal jodoh?" Potong Si "Anu" yang mendadak membuat gue bingung.
"Maksud lo?" Tanya gue balik.
"Ya, maksud gue gimana seandainya kalo sesama jenis Shio di jodohkan, cocok gak kira-kira? Ada gak penjelasan tentang itu di sana?" Tanya Si "Anu" sambil nunjuk buka yang sedang gue baca.
Gue membalik-balik halaman buku yang sekiranya memuat apa yang dimaksudkan Si "Anu" dan ternyata memang ada.
"Pertemuan antara laki-laki dan perempuan sesama Shio Kambing akan bisa menutupi kebutuhan yang sama persisi antara keduanya. Mereka bisa saling bersandar, saling menyokong, dan saling mengadu kemalangan masing-masing. Sesama Shio Kambing akan saling mengisi dan bergantung.
"Peruntungan dan Rezeki: ada pengikat yang erat di antara keduanya. Keduanya saling membutuhkan dan memberi motivasi. Soal harta dan dunia, perlahan tapi pasti bisa mereka kumpulkan," kata gue, membaca sesuai apa yang tertulis di buku.
"Artinya cocok dong ya?" Tanya dia.
Gue gak ngerti maksud dia "cocok" itu apa, jadinya gue ngangguk aja. Dia kelihatan seneng dan puas atas penuturan gue, lalu lanjut lagi membaca bukunya. Gue pun lanjut lagi baca Shio-shio lain.
Gue sempet merhatiin dikit mimik mukanya waktu dia lanjut baca buku. Dia kelihatan senyum-senyum gitu. Padahal setau gue gak ada yang lucu atau sesuatu yang greget bikin senyum-senyum sendiri gitu di buku Edensor itu.
Eh, mendadak gue teringat tujuan utama gue ngajak dia ke sini. Langsung aja gue tanya ke dia.
"Hmm... gue boleh nanya sesuatu gak sama lo?" setelah ngomong gitu, dia mengalihkan perhatiannya dari buku ke gue lagi.
"Boleh lah, emang lo mau ngomong apa, Ge?"
"Itu... gini, hmm... gimana ya gue nanyanya... itu--" gue mendadak gugup.
"Gak usah gugup gitulah, Ge santai aja. Gak usah segan sama gue," kata Si "Anu" santai.
Gue narik nafas panjang berusaha untuk gak gugup dan lanjut nanya, "Lo beneran pacaran sama Calvin?"
Dia kelihatan sedikit kaget mendengar pertanyaan tak terduga dari gue, tapi berusaha dia tutupin, "Eh, maksud lo apa, Ge?"
"Gini, banyak teman-teman pikir, lo itu gak jelas hubungannya sama Calvin. Dibilang pacaran? Katanya kagak. Dibilang temen? Kelihatannya lebih dari itu. Bisa lo jelasin gak? Bukannya gue kepo atau gimana ya, tapi ya gitu lah. Kalo lo gak mau jawab juga gak apa kok."
Dia terdiam, menimang-nimang jawaban yang sekiranya bisa memuaskan rasa penasaran gue.
"Gini ya Ge, mungkin banyak orang-orang di kelas atau bahkan anak kelas lain pikir gue itu pacaran sama Calvin, tapi gue tegaskan sekali lagi, gue gak pernah pacaran dan gak akan pernah mau pacaran sama Calvin. Yang bener aja, gue udah tau semua baik-buruknya dia dan dia itu kebanyakan buruknya. Idih kagak lah pokoknya, lebih baik gue temenan aja," kata Si "Anu".
"Tapi, kenapa lo kelihatan terlalu deket gitu sama dia? Mesti pakek panggilan aku-kamu?" Tanya gue berusaha menahan emosi.
"Gue emang pingin aja pekek panggilan aku-kamu, menurut gue itu gak masalah. Gak ada pengaruh apa-apa soal hubungan seseorang. Lagi pula gue sama Calvin itu deket, ya deket sekedar teman gak lebih.
"Jadi lo jangan khawatir lah, Ge. Lo gak cemburu kan?" Tanya Si "Anu" sambil senyum nakal ke gue.
"Hah gue, cemburu? Ya kagak lah. Gue cuma sekedar nanya soalnya ya gue pingin kepastian, dan pingin mastiin aja soal "berita-berita" Hoax," kata gue santai. Bahkan saking santainya gue sampai gak ngerti barusan gue ngomong apa.
Si "Anu" cuma cekikikan aja ngeliat gue, gue jadi sebel dan langsung nunduk aja pura-pura fokus baca buku. Padahal aslinya berusaha nutupin pipi gue yang udah blushing.
Dari penuturan secara real yang udah di ungkapkan Si "Anu", gue jadi bisa menyimpulkan kalo mereka CUMA TEMAN.
From Gea
For Calvin***
Ini udah lebih dari 1000 words. Tumben.
Gak nyangka banget bakal ada yang baca sampai sejauh ini.Jangan lupa vote & comment nya ya😁
*Ini tumben si author buat "author note"?*😂

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Fanatic
Genç Kurgu[Judul sebelumnya: Curahan Hati Gea.] *** Nama gue Geana Patricia Gunawan. Panggil aja Gea atau cinta juga boleh. Cewek 17 tahun biasa, yang hobi nyempil di sela-sela tersempit kantin demi membeli sebuah keripik buah yang selalu ludes saat jam istir...