[29] Bertambah Sakit

29 5 0
                                    

Seperti dugaan gue, kedatangan Calvin ke rumah gue kemarin bener-bener membawa dampak negatif.

Hari ini kesehatan gue nge-drop. Suhu tubuh gue meningkat signifikan dari kemarin malam, tapi amannya dugaan gue gak sepenuhnya benar karena gue gak divonis menderita Diabetes melitus saat di periksa dokter. Dokter itu cuma bilang, gue kelelahan dan sistem imunitas tubuh gue rendah. Selain itu, gue juga diberikan berbagai macam vitamin dan obat.

Dokter menyarankan gue untuk istirahat total yang artinya untuk hari ini gue gak sekolah lagi. Tanpa melakukan sesuatu yang berarti, gue cuma bisa mendekam di dalam kamar, makan bubur dan soup yang rasanya hambar, juga tanpa menyentuh gadget.

I feel like die...

Hari membosankan gue di mulai. Dan sepertinya akan menjadi semakin buruk karena hari ini kebetulan abang gue gak ada jadwal kuliah.

I hope you know what i mean.

"Gea..."

Gue cemberut. Itu suara abang gue, tanda kalau kiamat sudah dekat.

"Gea..."

Terdengar lagi panggilan abang gue yang seketika membuat gue menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh gue. Kali ini gue harus selamat.

Tapi, sepertinya hari kematian gue memang tidak bisa ditolak dengan mudah. Abang gue --yang entah dari mana tau gue sembunyi di bawah selimut-- menyibak selimut gue sambil menyeringai.

Gue nyengir, "Ampun bang."

"Dari tadi abang panggil gak nyaut-nyaut lo."

"Iya-iya, napa bang?" kata gue ngalah.

"Lo keluar gih, beliin abang kertas F4 di toko buku sekitar pasar malam," perintah abang gue yang langsung aja membuat gue melemparkan guling ke mukanya.

"Gea lagi sakit abang, tega banget nyuruh Gea keluar rumah. Mana jauh lagi toko bukunya, abang kira sekitar pasar malam dari sini itu deket?"

"Ya, jauhlah!"

"Nah itu tau, kenapa abang gak beli aja sendiri? Lagian di depan komplek juga ada kok toko buku, ngapain repot-repot beli di tempat yang jauh," omel gue dengan suara yang semakin terasa agak serak.

"Abang mager keluar dan abang gak mau belanja di toko buku depan komplek, harganya jauh lebih mahal dari toko lain," jelas abang gue.

Gue mendengus kesal mendengar penjelasan Bang Nico yang rasanya seperti tidak berperikemanusiaan kepada gue. Ngaco banget nyuruh gue yang lagi sakit gini pergi ke toko buku yang jauhnya 7 km dari rumah.

Abang sableng!

"Bunda nyuruh Gea untuk istirahat full di rumah bang, dokter juga bilang gitu. Gea gak boleh kemana-mana dan ngerjain pekerjaan berat dulu."

Bang Nico menggeleng, "Abang udah ijin sama bunda untuk nyuruh lo keluar."

Gue kaget dan menyipitkan mata curiga, "Abang bohong ya? Gak mungkin bunda ngijinin Gea keluar, kan bunda sendiri yang nyuruh Gea istirahat."

"Abang gak bohong. Abang beneran udah ijin sama bunda. Udahlah lo beliin aja, nanti sisa uangnya bisa lo ambil," kukuh abang gue, yang jatohnya malah maksa.

Gue masih 'agak' gak percaya sama perkataan abang gue, tapi karena dia terlalu ngotot untuk buat gue percaya, jadilah gue cuma mangut-mangut sambil berjalan ke luar melakukan perintahnya. Tentunya setelah gue bersiap-siap dan dia ngasih gue duit satu lembar seratus ribuan.

Gue berjalan turun ke lantai satu dan sekitar 3 meter lagi dari tempat gue berdiri ke pintu keluar rumah, suara bel rumah berbunyi. Gue lari ke pintu sambil agak nyeret badan karena agak lemes.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crazy FanaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang