Ini Bukan Manhattan!

328 127 124
                                    

"Berani berbuat, berani bertanggung jawab"

13.00 WIB

Sungguh menyebalkan, hari pertamaku di Indonesia begitu membuat amarahku mendidih, sekaligus membuat pipiku memanas karena saking malunya.

Mungkin aku akan terus jadi pusat tertawaan banyak orang, bila tak ada yang memberi tau keadaan pakaianku.

Kenapa pakaianku bisa robek seperti ini ya?
Apa saat aku ...

"Nona, kebetulan saya membawa dress ini. Maaf mungkin tidak terlalu bagus," seorang wanita yang sepertinya sebayaku, menyerahkan sebuah dress berwarna peach dengan bagian bawah sedikit mengembang.

"Terimakasih banyak, dengan kamu menolongku pun sudah lebih dari cukup."

Aku menerima dress tersebut dan segera masuk ke toilet wanita untuk mengganti pakaianku yang sudah tak pantas lagi aku kenakan.

Setelah selesai, aku keluar dari toilet memakai dress yang telah dipinjamkan padaku.

"Dress milik saya yang sederhana, kelihatan berbeda saat Nona yang memakai. Mungkin karena Nona memang sudah cantik," wanita yang telah menolongku, memberikan pujian dan tersenyum.

"Terimakasih, aku yakin dress ini pun akan indah saat kamu yang memakai. Dan kamu tidak perlu terlalu formal saat bicara denganku, aku hanya orang biasa. Oh ya, kita belum berkenalan. Namaku Adora."

"Namaku Grace Nathalia,kau bisa memanggilku Grace."

"Adora, apa kau datang ke sini untuk berwisata?"

"Bukan, aku pindah dari negaraku untuk menetap di sini."

"Ohh ... Kau berasal darimana?"

"New York, aku dulu tinggal di daerah Manhattan."

"Apa di sana diajarkan untuk berbahasa Indonesia? "

"Ya, ada beberapa sekolah yang mengajarkannya pada murid-muridnya. Kalau aku sendiri bisa fasih berbahasa Indonesia karena ibuku adalah orang Indonesia."

"Wah.. Ternyata kamu blasteran Indo-Amrik."

Sambil berjalan, aku dan Grace mengobrol dengan akrab. Grace adalah orang yang ramah dan antusias. Pasti tak sulit baginya beradaptasi dengan orang baru sepertiku.

Bagaimana denganku?
Aku tak yakin aku bisa sebaik dirinya dalam beradaptasi.

"Nah tak terasa kita sudah di pintu masuk lagi. Padahal sebelumnya berjalan dari sini ke toilet terasa lama."

"Dengan mengobrol panjang, waktu memang terasa singkat,"balasku sambil tersenyum.

"Kau datang ke sini sendirian, Adora?"

"Ya, itu benar. Bagaimana denganmu?"

"Aku juga datang sendiri, tapi ada yang..,"Grace tiba-tiba diam dan terlihat cemas

"Apa ada yang salah?" tanyaku bingung.

"Astaga! Aku lupa ada yang datang menjemputku. Dia pasti akan membunuhku jika terlalu lama menunggu."

"Hmm ... Itu pasti karena kau tadi menolongku. Biar aku antar kau kepada orang yang menjemputmu. Aku akan berusaha menjelaskan padanya," aku menawarkan diri karena merasa bersalah.

"Yeah ... itu pantas dicoba. Tapi jangan kaget saat bertemu dengannya,ya ... "

"Apa dia semenyeramkan itu?"

"Hahaha ... tentu tidak, dia sebenarnya baik. Ayo, dia menunggu di taman bandara."

Aku pun mengikuti langkah Grace, menuju taman bandara.

Saat tiba di taman bandara, aku perhatikan taman bandara yang menurutku, indah sekali ...

Saat tiba di taman bandara, aku perhatikan taman bandara yang menurutku, indah sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku kira taman ini berada di luar bandara, ternyata ini taman indoor.
Aku tak menyadari taman ini tadi, saking buru-burunya.

"Dimana dia? Jangan-jangan sudah pulang karena kelamaan nunggu."

"Maaf ya.. Ini kesalahanku. Aku membuat kau dan orang yang menjemputmu repot."

"Tidak masa--hey ternyata elo belum pulang," Grace dengan matanya seperti memandang seseorang.

Memandang siapa?

"Ini hari yang benar-benar sial buat gue. Tau berapa jam gue nunggu elo?" terdengar suara jawaban, pelan namun tajam.

Kubalikan badanku dan menghadap orang yang berbicara.

Seorang pria..
Mata tajam sang pemilik yang dingin,
langsung membekukan diriku saat aku mencoba memandangnya.
Lantas aku cepat-cepat menundukan pandanganku

Matanya begitu tajam dan membekukan ...

"Nyantai ... aku bisa jelasin kok," Grace mencoba mencairkan suasana.

"Apa yang ngebuat elo sampai ngaret kayak gini?" Dia bertanya pada Grace, namun matanya masih memandangku.

Apa lagi yang salah pada diriku?

"Tadi aku nolongin dia,"Grace menepuk bahuku.

"Tadi umm.. Pakaiannya robek, aku bantu dia dengan meminjamkan dress yang aku punya."

"Oh gitu ... elo nolongin kucing manja yang baru keluar dari kandangnya."

"Husssh ... kok kamu bicaranya gitu sih? " Grace tampak tidak suka

Kucing manja yang keluar dari kandangnya?
Aku?
Kenapa dia bicara seperti itu?

"Maaf.. Maksudmu apa ya?" tanyaku langsung

"Oh ... Bisa bahasa sini ternyata, harusnya elo ngerti maksud gue apa."

"Maaf aku gak pernah ada masalah denganmu. Kenapa kamu seolah membenciku?"

"Elo pikir gue bakal ngomong kayak gini seenaknya?"

"Terus apa masalahmu denganku?!" tanpa sadar aku tersulut emosi.

"Emosi elo mencerminkan seberapa
dewasa sikap elo"

"Kamu duluan yang memancing emosiku!"

"Hey sudah-sudah kalian berdua baru ketemu, kok langsung berantem?" Grace mencoba melerai kami berdua.

Tapi perkataan orang ini begitu menusuk. Aku tak bisa membiarkan dia bicara seenaknya.

"Elo bukan di kandang elo lagi. Jangan berbuat seenaknya, elo lagi di Indonesia bukan di Manhattan!"

Aku yang hendak kembali membalas perkataanya, tiba-tiba berpikir..

Darimana dia tau aku berasal dari Manhattan?

"Berani berbuat, berani tanggung jawab. Kalo bisanya cuma lari, nyali elo masih ciut buat tinggal di sini."

"Sudah-sudah gak enak diliatin orang banyak."

Ini benar-benar aneh, darimana dia tau aku akan tinggal di sini?
Apa dia orang yang aku tabrak?

🍀🍀🍀

Mohon maaf kalau cerita ini banyak kekurangannya.
Maklum rada ngebut.

Buat kalian yang udah baca, makasih banget. Silahkan buat saran dan kritiknya supaya aku bisa merevisi cerita ini dan memperbagus cerita selanjutnya.

Give Me a Hand[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang