Menetap

40 4 10
                                    

Hidup bukanlah masalah yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dialami
-Soren Kierkegard

Ketika rasa senang datang, aku takut hal yang menyedihkan akan segera terjadi
-Adora

27 Januari 2018

Kebun Raya Residence

15.30 WIB

Aku turun dari mobil dengan hati-hati, ternyata selain terluka kakiku juga menjadi kaku dan agak pegal. Rasa pegal ini baru terasa sekarang, sebelumnya tidak. Mungkin mengingat aku juga baru kembali berjogging untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

Melihatku yang nampak begitu memperhatikan langkahku, Grace pun mengamit tanganku, membimbingku untuk berjalan. Sungguh, Grace baik sekali sejak pertama kali aku bertemu dengannya, beda sekali dengan kakaknya, super cuek dan sarkas padaku.

Kutengok ke belakang, Aydan tampak sedang membayar supir taksi, lalu dia berbalik dan melihatku memperhatikan dirinya. Aku segera memalingkan wajahku, sampai sekarang aku masih takut mata beku itu mengintimidasiku persis seperti pertama kali aku bertemu dengannya di bandara.

"Ini rumah Kak Aydan," ucap Grace saat berhenti di sebuah rumah bergaya eropa, yang mengingatkanku pada rumah omahku di Belanda.

"Wah, rumahnya bagus," pujiku sambil memandangi tampak depan rumah itu.

"Jelas bagus, ini rumahku," seloroh Aydan dengan bangganya.

"Tapi nenek yang memilih gaya untuk rumah ini," timpal Grace.

"Iya, tapi aku juga sudah memberikan sentuhanku agar rumah ini semakin bagus. Kucing Manhattan bisa menilainya sendiri."

"Aku punya nama, namaku Adora," tukasku begitu mendengar ledekan Aydan.

"Terserah," ujarnya sambil mencoba membuka kunci pagar.

Grace mencubit lengan kakaknya sekilas, dan menatap mata kakaknya serius, sementara Aydan acuh tak acuh. Pintu gerbang pun terbuka, memperlihatkan taman pelataran rumah.

Aydan jalan di depan, sementara Grace dan aku berada di belakangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aydan jalan di depan, sementara Grace dan aku berada di belakangnya. Dari luar pagar, rumah ini nampak tidak terlalu besar, namun setelah masuk ternyata rumah ini luas meskipun lantainya hanya satu tingkat. Dan asri sekali tamannya, saking asrinya begitu melihatnya mata dan pikiran serasa segar kembali.

Kami menapaki tangga di taman untuk tiba di pintu depan rumah, Aydan membukanya, dan kami disambut dengan nuansa putih abu di ruangan itu.

Yang membuatku terpukau adalah dinding rumahnya yang berwarna putih, dipenuhi dengan bingkai quotes.

"Kamu yang memilih rangkaian bingkai ini?" Tanyaku sambil menatap Aydan.

"Ya gue suka rangkaian kata-kata motivasi, supaya gue tanpa sadar akan membacanya sebagai penyemangat ketika letih, dan gue memang lumayan aesthetic juga so yeah ..." Wajah Aydan yang dari pertama selalu datar itu akhirnya nampak bersemangat menceritakan rumahnya.

Give Me a Hand[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang