Memulai

208 89 37
                                    

Tanamkan rasa syukur di tengah kekurangan.
Budayakan kesederhanaan di kala berkecukupan.

27 Januari 2018

Guest House Pinus, Kebun Raya Bogor

05.45 WIB

Sudah tepat satu minggu Adora menetap di Indonesia. Saat ini dia tinggal di sebuah villa yang terletak di kawasan Puncak Bogor. Kawasan yang asri dan ketenangan di sana, membuat Adora merasa pilihannya untuk tinggal di sini tidaklah salah.Adora kini sudah mulai merasa tenang, dia yang biasanya sering menangis kini perlahan-lahan mulai menyunggingkan kembali senyumannya.

Pagi ini Adora berencana pergi jalan pagi di sekitar villa. Hawa pada pagi ini menurutnya lumayan dingin, maka dia harus mengenakan pakaian hangat, dan karena ia akan olahraga pagi dia telah menganakan celana jogger.

Dibukalah lemari bajunya untuk mencari sweater hoodie berwarna lilac kesukannya. Ternyata sweaternya itu berada di tumpukan baju paling bawah. Karena malas menurunkan baju diatasnya, Adora langsung menarik sweaternya. Alhasil semua baju diatasnya berantakan dan sebagian baju jatuh ke lantai.

"Sial seharusnya aku tidak menariknya," keluh Adora.

Dibereskannya baju yang berserakan di lantai akibat ulahnya sendiri. Saat sedang membereskan bajunya, secarik sticky notes jatuh.Diliriknya sekilas, lalu dipungutnya. Terdapat tulisan tangan yang isinya sebuah alamat yang tidak diketahuinya.

'Ini alamat siapa? Kok ada di lemariku?'

Adora berpikir sejenak, lalu menggeleng, kertas ini rasanya tidak asing, namun Adora tidak mengetahui alamat yang tertulis di sana.

Di tutupnya lemari baju, tanpa berpikir lagi Adora meninggalkan villa untuk menikmati jalan pagi.

🍀🍀🍀

06.00 WIB

Blossom Residence, Jakarta Selatan

Seorang wanita paruh baya tengah meminum secangkir tehnya di teras rumahnya.

Wanita itu seperti tengah menatap ke taman kecil depan rumahnya dengan tatapan mata menerawang lewat mata hazelnya. Nampak memikirkan sesuatu.

"Nek, aku sudah memasak sarapan untuk kita bertiga, ayo makan Nek," seorang gadis berwarna mata senada dengan wanita itu tiba-tiba muncul di sampingnya.

Namun entah tak mendengar, atau terlalu fokus, sang nenek tetap duduk diam termenung.

"Nek ... ayo sarapan," seru gadis itu seraya menepuk bahu sang nenek.

Nenek itu tidak terkejut dengan tepukan itu, namun dia menoleh ke arah cucunya seraya tersenyum.

Sebenarnya cucu nenek hanya Grace, namun Aydan sedari kecil sudah dianggap keluaraga di sini. Rumahnya Aydan pun bukan di sini, melainkan di Bogor. Dia tinggal di sini atas permintaan keluarga Grace, agar bisa menemani nenek.

Aydan tak keberatan, lagipula dengan begini dia tidak lagi merasa kesepian.

"Nenek baik-baik saja, kan?"

"Tidak apa Grace, nenek hanya teringat kakekmu," jawab sang nenek.

"Nenek masih sedih dengan kepergian kakek?" tanya Grace hati-hati.

"Bukan, nenek hanya ingat dia pernah bilang sesuatu tentang Aydan," jelas sang nenek.

"Kak Aydan? Kakek bilang apa?"

"Kakekmu bilang ..."

"Kalian sedang membicarakan apa?" Aydan ternyata sudah muncul di pintu dengan rambut basah dan handuk di bahunya.

Give Me a Hand[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang