Episode 8 : Reflection

27 3 0
                                    

Tentukan, di sisi mana kau berdiri.
-Vena-

...

"Vena,"

Raka sedikit berlari saat melihat Vena sedang berjalan ke kelasnya. Sejak kemarin dia memikirkan perasaannya kepada Vena, dia sempat ragu.

Cinta dia kepada Vena? Terlalu melankolis dan berlebihan sepertinya.

Suka? Mungkin iya, mungkin juga tidak.

Tertarik? Hmm, iya.

Jadi, Raka memutuskan untuk berlaku seperti gentleman, bergerak maju agar selangkah lebih dekat dengan Vena. Dia ingin mengenal Vena lebih dalam, agar dia juga bisa menambatkan hatinya lebih dalam juga.

"Iya, Kar? Eh, maksud saya, Kak Raka?"

Raka menatap Vena intens. Mengamati satu persatu detail penampilannya saat ini.

Rambutnya tak digerai seperti dulu, melainkan dikuncir kuda atau bahkan yang lebih parah, dikelabang dua seperti pelajar jaman dulu.

Vena-nya, berubah. Raka sadar akan hal itu. Tapi, dia hanya diam dan tersenyum kecil.

"Panggil Kara juga nggak papa, Ven. Yuk, masuk!"

Vena memutar bola matanya malas. "Kak, ini bukannya saya ke geeran atau bagaimana ya, saya hanya merasa kakak sedang pedekate dengan saya, ya?"

Tercyduk lagi kau Raka. Vena memang jeli sekali mengamati lawan bicaranya. Vena seperti menelanjangi semua pemikirannya, seolah tahu segalanya.

Maka, dengan berani Raka menantangnya. "Iya, gue lagi pedekate,"

Sesaat Vena menampakkan raut keterkejutannya, namun dengan cepat dia berekspresi seperti semula.

"Lebih baik kakak berhenti. Saya sedang tak ingin dekat dengan laki-laki manapun,"

Tak hilang akal akan penolakan Vena, Raka memutar otak. "Karena Angga? Lo pernah dibrengsekin sama dia kan?"

Vena terlihat geram. "Kakak tahu apa soal kak Angga? Dia baik, dia perhatian, dan satu hal lagi, dia bukan pria yang pernah menyakiti saya. Jangan hina kak Angga brengsek di depan saya."

"Oh, beneran? Lalu siapa dong yang bikin lo berubah kaya gini? Lo dulu ceria banget Ven, makanya gue jadi suka sama lo,"

"Bukan urusan kakak. Lagipula, memang kakak tahu darimana saya dulu ceria? Sok tahu lagi kan?"

"Gue emang beneran tahu, bukan sok tahu. Ven, gue kakak kelas lo waktu SMP, nggak inget? Gue juga temennya Angga,"

Dahi Vena berkerut. Teman kak Angga? Siapa? Yang Vena kenal hanyalah kak Letta, teman perempuan kak Angga, dan satu anak laki-laki lain yang namanya...

Ah iya, namanya Rakash.

"Ra-kash? Kak Akash?"

Raka mengangguk cepat.

"Hah, saya kira siapa. Nama kamu banyak sekali ya, kak. Saya jadi penasaran mengapa kamu punya banyak nama seperti itu,"

"Gue juga penasaran kenapa lo berubah jadi seperti ini,"

Still Waiting For A Reason✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang