Lamaran Kakak

3.3K 157 8
                                    

Btw, chapter kali ini full dari sudut pandang Eunrin.

Happy reading!

💎💎💎

Pernah suatu waktu aku melihat kakak menangis di dapur. Awalnya kupikir karena sedang memasak dan memotong bawang bombay, ternyata setelah ku selidiki dia menangis karena hal lain.

Aku speechless waktu mengetahui alasan dibalik tangisannya. Selama ini kakak ternyata sangat terbebani dengan pekerjaannya di kantor sekaligus kuliahnya yang semakin sibuk. Terlebih pada saat itu ayah dan ibu sedang dinas kerja di luar negeri selama hampir 3 minggu, jadilah kakak yang mengurus segala pekerjaan rumah, ya walaupun dibantu aku juga.

Menurutku tangisan kakak menandakan bahwa dia sedang berada di titik terberat dalam hidupnya. Sekali dalam seratus juta tahun aku melihat sisi lemah Jeon Jungkook, orang yang selama ini kuanggap pria paling tangguh di seluruh dunia.

Ajaibnya, malam ini hal serupa terjadi lagi. Kakak terlihat sangat murung, sedih, dan tidak berdaya. Dia bersender di bahuku sekaligus diam seribu bahasa, tapi sayang air wajah itu memberitahukan segalanya.

"Aku mencintaimu, Eunrin"

Kalimat yang ia ucapkan beberapa menit yang lalu sukses membuat bulu kudukku berdiri. Cara bicaranya seperti melantur, tapi nyatanya dia sedang dalam keadaan seratus persen sadar.

Aku teringat saran Minji supaya memperhatikan gerak-gerik dan gaya bicara kakakku, Makanya tadi aku sampai merinding karena sadar bahwa tingkah kakak sangat aneh. Geli.

Sekarang kami berdua sedang berjalan kaki menuju rumah, kakak menggandeng tanganku erat-erat seolah aku akan menghilang jika dilepas.

*****

"Sekolah yang rajin, nanti sore aku akan menjemputmu"

Setelah mengucapkan beberapa kata, mobil sedan hitam milik kakak melaju pergi. Geez, ucapannya dari dulu selalu sama, memangnya aku anak sekolah dasar yang harus selalu diingatkan?

"Eunrin-a!" Minji berlari menghampiriku seraya melambaikan tangan.

"Jangan berlari, seluruh bumi bergetar karena kau"

"Dasar sinting, kau pikir aku babon" katanya setelah berada di sampingku.

Aku tertawa geli, lucu sekali obrolan kami dimulai dengan topik yang konyol.

"Ngomong-ngomong bagaimana dengan kakakmu?"

Aku langsung teringat pada artikel yang semalam kubaca. Bagaikan nightmare, semua ciri-ciri sister complex ada pada kakakku.

"Kau benar Minji, sepertinya kakak mengidap sister complex."

Minji tersenyum miring, aku yakin prediksinya betul.

"Apakah dia cemburu kalau kau dekat dengan pria lain?"

Aku mengangguk, salah satu yang membuatku yakin adalah Mingyu yang pernah dipukuli kakak. Untung saja Mingyu masih mau berteman denganku walaupun sudah menjadi korban.

"Lalu bagaimana denganmu?"

"Maksudmu?"

"Apa kau juga memiliki perasaan yang sama dengan kakakmu? Ya maksudku
masih belum bisa dipastikan juga kakakmu apakah memang terkena sister complex, tapi perhatiannya kan sangat besar kepadamu, jadi mustahil jika kau tidak merasakan hal yang sama"

Aku terdiam.

Aku tidak merasakan sesuatu yang 'spesial' seperti rasa ingin 'memiliki' atau yang lain sebagainya. Sisi monsternya itu membuatku benci setengah mati, meskipun di sisi lain aku mengapresiasi posisinya sebagai kakak yang serba bisa.

Possessive Brother (18+) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang