Membangkang

1.5K 65 0
                                    

Guys sekarang sudah memasuki beberapa chapter akhir, gatau sih bakal berakhir di chapter keberapa, yang pasti aku gamau bikin ff ini kepanjangan karena takutnya jadi bosen juga. 

Happy Reading!

******

Semenjak berciuman di bianglala, hubunganku dengan kakak kian membaik. Aku sebenarnya masih tidak tahu apakah aku juga mencintai kakak selayaknya dia mencintaiku, tapi yang pasti aku nyaman dengan hubungan terlarang ini.

Saat ini kami sedang terbaring menatap langit-langit kamar, kepala kami penuh dengan banyak pertanyaaan dan pikiran. Suasana sangat hening, hingga akhirnya aku melontarkan sebuah pertanyaan.

"Kak, adakah alasan lain kenapa kau menyukaiku?"

Kakak melirik, kemudian tersenyum.

"Apa ya?" Ia tampak berpikir. "Mungkin karena kau sangat imut? Aigoo.." Kakak mengulurkan tangannya lalu mencubit pipiku dengan gemas.

"Argh" aku mengerang kesakitan karena cubitannya. "Berhenti.."

"Karena bagiku kau adalah adik yang berharga."

Aku agak terkejut mendengarnya, setelah itu kakak berbalik menghadapku. Mata kami bertemu, dalam beberapa detik akhirnya aku menyadari sorot mata itu begitu tulus.

"Dengar, aku bukan hanya menyukaimu tapi aku mencintaimu. Karena kau adikku, maka kau adalah milikku." Kakak bermain-main dengan rambutku sebelum akhirnya melanjutkan kembali perkataannya. "Eunrin-ah tolong ingat perkataanku. Dunia ini penuh dengan orang jahat, tidak terkecuali orang tua kita sendiri. Kau lihat? aku bahkan dipaksa menikah dengan orang yang tidak aku cintai. Maka dari itu aku ingin melindungimu dari orang-orang jahat, kau adalah gadis kecil yang tidak boleh disakiti."

"Tapi kau sering menyakitiku." Aku menurunkan sedikit kerah bajuku. "Lihat, luka ini ada karena kau memukulnya."

Kakak terlihat gelagapan. Aku sudah tahu ia pasti lupa pada jejak yang ia tinggalkan di leher jenjangku.

"Bukankah kejadian itu sudah lama? kenapa masih ada bekasnya?"

"Coba tanya pada dirimu sendiri kenapa mencekik leher adiknya terlalu keras?"

Kakak menurunkan pandangannya, jelas sekali ia merasa bersalah.

"Ah sudahlah lupakan, kejadiannya sudah lama sekali. Berterima kasihlah padaku karena aku sudah melupakannya. sedikit."

"Ngomong-ngomong apakah kau malu punya pacar yang notabenenya adalah kakakmu sendiri?"

Pertanyaan yang bodoh untuk mengalihkan pembicaraan, tapi biarlah aku berpikir sejenak untuk menjawabnya.

Malu? sepertinya tidak.

Maksudku kakak kan tampan, ia jangkung dan atletis, otaknya sangat cerdas dan calon penerus perusahaan keluarga. Aku bahkan diantar kemana-kemana menggunakan mobil mewah, makan di restoran mewah dan berbelanja di butik-butik ternama.

Jadi kesimpulannya aku tidak menemukan alasan mengapa aku harus malu berpacaran dengan kakak.

"Aku tidak malu, hehe." Jawabku disusul dengan cengiran kuda.

Possessive Brother (18+) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang