Kakak terusik kala sinar matahari menusuk-nusuk kulitnya, dia lalu menguap sambil bergeser ke tempat yang tidak terpapar sinar matahari.
Aku sengaja membiarkan dia tergeletak di depan jendela yang tirainya sudah dibuka lebar karena aku masih terlalu marah untuk sekedar membangunkannya.
Semalam aku bersusah payah memegangi kakak yang tidak kuat berjalan, beberapa kali juga terkena cipratan isi perut yang keluar dari mulutnya. Aku ingin sekali mengamuk, tapi setelah dipikir-pikir tidak ada gunanya mengomeli orang mabuk, lebih baik besok saja saat ia sudah sadar sepenuhnya.
"Bangun kak, ada sup pereda mabuk untuk kakak." ucapku ketus sembari menyenggol pundaknya dengan jari kakiku.
Kakak diam saja, tidak bergeming dari posisi tidurnya.
"Kak berhenti merepotkanku! cepat bangun dan makan supnya! kau mau aku mengadu pada ibu bahwa kau mabuk berat? ibu sangat tidak suka jika salah satu dari kita mabuk-mabukkan." Kata Eunrin mengancam.
Meskipun kakak dalam keadaan ngantuk berat, tapi sebenarnya ia mendengar ocehan-ocehanku, termasuk ancamanku yang akan mengadu pada ibu.
Kakak pun bangun dan berjalan menuju ruang makan tanpa mengucapkan apa-apa, di belakangnya ada aku mengekori sambil terus mencibir.
"Kau yang membuat sup?" tanya kakak sesudah mencicipi kuah sup.
"Bukan. Membopongmu saja sudah sangat melelahkan, mana mungkin aku mau repot-repot memasak sup."
"Sudah kuduga."
"Memangnya kenapa?"
"Karena rasanya enak, jadi tidak mungkin kau yang membuatnya."
"Terserah kakak, aku tidak peduli. Kau tidak mabuk saja sudah menjengkelkan, apalagi mabuk, sifatmu yang jelek bertambah sepuluh kali lipat."
Kakak mencibir, kemudian lanjut mengunyah makanannya.
Walaupun sebal, aku memilih untuk duduk di samping kakak dan menemaninya menghabiskan makanan. Dalam kesempatan ini, aku diam-diam memerhatikan kakak dan tak sadar terpukau akan ketampanannya yang masih bertahan meskipun dalam keadaan acak-acakkan. Bahkan saat makan pun kakak tetap terlihat keren! hanya satu yang aku sesali, bau alkohol masih tercium dari tubuhnya dan itu membunuh syaraf-syaraf hidungku!
"Ayo berkencan."
UHUK!
Aku terkejut mendengar ucapan kakak, saking terkejutnya aku bahkan tersedak salivaku sendiri.
Berkencan? apa kakak sedang bercanda?
"Aku yang makan kenapa kau yang tersedak? haha" Goda kakak, ia malah senang melihat ekspresiku.
"Berkencan? kakak berkencan denganku?" tanyaku masih tak percaya.
"Kalau bukan kau lalu siapa lagi? hantu? ckck"
"Kenapa harus aku? Kenapa bukan Yeonhee eonni, dia kan calon istrimu."
"Aku maunya dirimu." Kakak meletakkan sendoknya, kemudian mengecup bibirku secepat kilat. "Berdandanlah yang cantik! kalau tidak cantik maka kau dihukum!" Setelah itu bangkit dari kursi dan lari menuju kamar mandi.
"Yaaakk! Cuci mangkuk dulu sebelum mandi!"
"Tidak mau! kau saja! itukan tugasmu!" Seru kakak dari dalam kamar mandi disusul suara tawanya yang jahil.
Aku kehabisan kata-kata, rasanya sulit menebak apa yang akan dilakukan pria itu. Apapun yang dilakukan kakak selalu tidak terduga.
"Astaga.." aku menyentuh bibir, teringat saat kakak mengecupku dengan kilat. "Dasar laki-laki, mencium karena ada maunya." aku tersenyum lebar, hati ini tiba-tiba terasa sangat bahagia. "Tapi tadi itu lucu sekali, aww."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Brother (18+) COMPLETED
FanfictionDia kasar, tapi dia kakakku. Dia menyiksaku, tapi dia menyayangiku. Aku terjebak pada situasi yang sangat sulit. Cinta terlarang yang tumbuh di antara pasangan kakak beradik. Seseorang tolong selamatkan aku.