Matahari perlahan mulai menaiki cakrawala, mengusir kegelapan malam dengan sinarnya yang hangat. Burung-burung di pohon menyambut dengan riang kedatangan sang pusat tata surya dengan nyanyiannya yang merdu. Satu per satu penduduk kota Skylar terbangun dari tidur mereka dan mulai menjalani aktivitas mereka masing-masing. Namun, berbea dengan Albert. Ia masih tertidur pulas di kasurnya. Bahkan, air liurnya sampai menetes dari sudut mulutnya.
Kriiiiiing! Kriiiiiing! Kriiiiiing!
Albert terbangun seketika karena suara jam wekernya. Ia menguap, lalu menoleh ke nakas--tempat di mana pengganggu tidur pulasnya berada. Ia mematikan jam weker tersebut, lalu kembali tidur. Namun, lagi-lagi ia terbangun. Kali ini bukan karena jam wekernya, tapi karena suara ibunya, Katherine Wilson.
"Albert Wilson! Cepat bangun! Jangan tidur-tidur terus!"
Ia bangkit dari posisi tidur, lalu menggaruk-garuk kepalanya. "Astaga, masih ngantuk ini ...," gumamnya.
Ia beranjak dari kasurnya dengan sedikit perasaan tak rela. Ia masih sangat mengantuk, tapi ia juga tak mau berurusan dengan amarahnya ibunya yang kalau diibaratkan mirip seperti Monster Godzilla. Ia menuruni tangga menuju lantai satu, menuju satu-satunya tempat di mana ibunya berada saat pagi hari seperti ini, yaitu dapur.
Ketika ia sudah sampai, ia mendapati ibunya sedang memasak sesuatu. Di meja makan, terdapat ayahnya--Samuel Wilson--yang sedang membaca koran sambil meminum secangkir kopi hangat. Menyadari kehadiran anaknya, Samuel langsung menoleh ke arah Albert, lalu tersenyum hangat.
"Selamat pagi, Al," sapa Samuel.
Tak lama, Katherine ikut menoleh ke arah Albert. "Selamat pagi. Nah, begitu, dong. Bangun, jangan tidur terus. Anak remaja kayak kamu nggak bagus kalau bangun kesiangan."
Albert mengangguk asal, menanggapi perkataan ibunya. Ia sebenarnya tidak terlalu mendengarkan perkataan Katherine itu karena masih mengantuk. Maka dari itu, ia mengangguk saja tanpa benar-benar tahu apa yang telah dikatakan oleh ibunya itu.
"Ya udah, duduk, gih. Sarapan sudah selesai ibu masak," ucap Katherine.
Albert langsung menuruti perintah Katherine--mengambil salah satu kursi lalu duduk. Tak lama, piring berisi pancake terbang ke depan Albert, lalu turun perlahan. Sendok dan garpu pun ikut terbang, lalu tertaruh di samping piring. Albert menoleh pada Katherine, ternyata ibunya itu menggunakan kekuatan anginnya.
Katherine yang merasa diperhatikan langsung tersenyum pada orang yang memerhatikannya. "Sesekali nggak apa-apa, 'kan, menggunakan kemampuan sihir? Lagipula, ibu merasa kalau kekuatan ibu mulai karatan karena nggak dipakai terlalu lama."
"Nggak apa-apa kalau mau pakai kekuatan. Tapi, ya, pakai-nya bukan untuk hal simpel kayak gini, bu," ucap Albert datar.
Samuel menutup korannya, lalu menaruhnya di meja. Ia mengangguk, menyetujui ucapan anaknya itu. "Betul apa kata Al. Tumben kamu bijak, Al." Samuel mengacak-acak rambut Albert.
Katherine tersenyum malu-malu. "Ah iya, maaf, hehe." Ia pun ikut duduk bersama Albert dan Samuel di meja makan.
Mereka pun memakan makanan mereka dalam diam. Setelah menghabiskan makanannya, Samuel menaruh sepucuk surat di sebelah Albert.
Albert mengernyitkan keningnya, bingung. Ia mengambil surat itu, lalu menatap Samuel. "Ini surat apa, ayah?"
"Buka saja, itu untukmu, kok." Samuel tersenyum misterius.
Albert menatap lekat-lekat surat itu. Lalu, ia memutuskan untuk membuka amplop surat itu, lalu membaca isi surat itu.
Kepada,
Albert WilsonKami dengan senang hati memberitahukan bahwa kamu diterima di Skylar Academy! Selamat! Semoga kamu dapat merasa betah dan senang bersekolah dan menjalani hari-harimu di sini. Maka dari itu, datanglah pada hari Senin pada jam 7 untuk memulai hari pertamamu di Skylar Academy. Kami menunggu kehadiranmu.
Tertanda,
Kepala Sekolah Skylar Academy,
Varius Ferdinand."E-eh?! Kok tiba-tiba aku diterima di Skylar Academy, 'Yah?"
"Ayah dan Ibu yang mendaftarkanmu. Kami ingin sekali kamu mengasah kekuatan spesialmu itu," ungkap Samuel. Katherine tersenyum hangat.
Albert tak mampu berkata-kata. Ia tak menyangka bahwa kedua orangtuanya akan menyekolahkan ke akademi elite seperti Skylar Academy. Dari dulu, ia memang ingin sekali bersekolah di akademi itu. "Makasih ayah, ibu! Kalian memang yang terbaik!"
"Iya, enggak masalah. Kami akan melakukan apa pun demi kebahagiaanmu. Nah, nanti kamu bereskan baju-bajumu, ya. Kamu harus ke akademi besok, 'kan?" ucap Katherine.
Albert mengangguk. "Doakan aku ya, ayah, ibu. Semoga aku bisa mengikuti ajaran di sana dengan baik."
"Pasti, Nak. Kami akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Skylar Academy
Fantasy[HIATUS] Sejak lahir, Albert dilahirkan dengan dua elemen. Ia pun merasa sedikit aneh dengan elemen keduanya. Karena itu, orangtuanya memutuskan untuk menyekolahkannya di Skylar Academy. Akademi elite yang banyak meluluskan penyihir dan petarung kua...